30.1 C
Jakarta

Sembilan Nasihat Ibnu Qayyim Mengatasi Virus Corona

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanSembilan Nasihat Ibnu Qayyim Mengatasi Virus Corona
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Kepanikan masyarakat Indonesia soal Virus Corona belum kunjung usai. Setiap hari, bahkan setiap waktu, dihantui dengan bayang-bayang kekhawatiran diserang virus berbahaya ini. Segala usaha waspada diri sudah lama dilakukan. Hidup sehat dan bersih pun sudah lama diperhatikan.

Kendati begitu, masih banyak masyarakat yang bersikap individualis, merasa paling benar, angkuh, dan sulit diatur. Sikap semacam ini mendorong seseorang melakukan perbuatan yang kurang elok dipandang mata. Sebut saja, berkumpul di tengah kerumunan yang dikhawatirkan terdampak virus, “kekeh” mempertahankan masjid sebagai satu-satunya tempat ibadah sehingga sangat mudah penularan virus.

Sikap individualis itu biasanya lahir dari seseorang yang belum “kaffah”, belum totalitas memahami nilai-nilai agama yang sangat kental dengan konsep: Dar’u al-mafasid awla min jalbi al-mashalih. Maksudnya, menghindari kemafsadatan (seperti Virus Corona) lebih didahulukan daripada melakukan kemaslahatan (sebut saja, shalat jamaah di masjid).

Agama, setahu saya, tidak kaku. Agama bukan terbatas di tempat-tempat ibadah saja. Agama dapat ditemukan di manapun. Seolah-olah agama menjadi horizon kehidupan manusia di mana mereka bernafas. Karena itu, berbuat baik bukan hanya terbatas di masjid, tapi kebaikan semestinya diwujudkan di mana pun bumi itu dipijak.

Menjaga agama bukan sebatas menjaga ibadah yang bersifat vertikal. Agama akan berdiri tegak jika hubungan horizontal berlangsung dengan baik. Tegaknya hubungan horizontal tentunya bermula dari sikap saling menghormati pendapat masing-masing. Pemerintah sebagai orangtua ideologis hendaknya diperhatikan nasihatnya selagi benar. Termasuk dalam kasus penanganan dan pencegahan Virus Corona diperintahkan semua masyarakat melakukan social distancing, menjaga jarak dan kontak dengan orang yang dikhawatirkan terdampak virus. Perintah ini semestinya diperhatikan, sehingga virus dapat kita perangi bersama.

Beraktivitas dari dan di rumah memang berbeda dibandingkan berinteraksi langsung di luar rumah. Sekalipun pesan yang disampaikan sama, kesannya pasti berbeda. Sebut saja, perkuliahan yang dilakukan dengan online akan berbeda kesannya dibandingkan kuliah tatap muka. Kita pasti menginginkan perkuliahan face to face, tapi situasi kurang membantu, maka cukup kita melakukan perkuliahan alternatif online ini. Memang semua kondisi saat ini lagi krisis, genting, dan tidak maksimal. Di tengah keterbatasan ini, sebaiknya kita kreatif bagaimana menyulap keterbatasan menjadi prestasi. Jelas, itu semua tidak semudah apa yang saya katakan.

BACA JUGA  Definisi Hari Tenang di Tengah Maraknya Kampanye di Media Sosial

Menghadapi carut-marut situasi akhir-akhir ini karena wabah Virus Corona, penting diperhatikan sembilan nasihat Ibnu al-Qayyim—sebagaimana dikutip Dr. Syamsuddin Arif dalam bukunya Teologi Wabah—dalam menghadapi dan mengatasinya. Pertama, hindari dan jauhi apapun yang bisa membuat kita terinfeksi wabah tersebut. Semisal, jabat tangan, pegang ganggang pintu, dan seterusnya. Kedua, jaga kesehatan dengan baik sebagai modal hidup di dunia dan akhirat. Tenaga medis sering berpesan: Lebih baik mencegah daripada mengobati.

Ketiga, jangan menghirup udara yang sudah tercemar dan membawa kuman penyakit tersebut. Untuk mengatasi udara yang tidak sehat ini, tenaga medis menyarankan pakai masker, mungkin kalau dalam agama bagi perempuan, pakai cadar. Keempat, jangan mendekat atau berdekatan dengan orang yang sudah terkena penyakit itu. Solusi yang paling efektif menghindar adalah beraktivitas di rumah saja. Kelima, buang pikiran dan perasaan buruk, jangan terpengaruh oleh ramalan, fantasi, dan seterusnya.

Keenam, gabungkan usaha aktif dengan iman dan tawakal kepada Allah. Sebaiknya, kita tidak fatalistik (tawakal yang bodoh) dan tidak angkuh (bersikap “bodo amat”). Ketujuh, mengambil keputusan dan pilihan yang rasional dengan mempertimbangkan nasihat dan mudarat. Kedelapan, lakukan tiga pendekatan sekaligus: kehati-hatian (hadzr), penjagaan dan pencegahan (himyah), larangan (nahy) memaparkan diri kepada resiko infeksi yang membinasakan. Kesembilan, melakukan edukasi (ta’lim) dan penerapan sanksi (ta’dib) bagi yang melanggar aturan.

Melalui sembilan nasihat tersebut, masyarakat Indonesia dapat merenungkannya, menyadarinya, sehingga kemudian menerapkannya. Saya optimis, jika kita bersama-sama mematuhi nasihat Ibnu al-Qayyim dan pemerintah, wabah Virus Corona akan dapat diatasi. Semua pilihan ini kembali kepada kesadaran masing-masing masyarakat Indonesia. Masih mau fatalis atau angkuh?[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru