Ulama berbeda pendapat mengenai asal mula penamaan Arafah. Menurut riwayat yang berasal dari al-Dhahhak, Arafah merupakan nama tempat pertemuan Adam dan Hawa. Setelah sebelumnya terpisah semenjak diturunkan ke bumi. Adam jatuh di tanah India. Sementara Hawa terdampar di jawasan Jedah Arab Saudi. Sejak itu mereka berdua saring mencari satu sama lain hingga dipertemukan pada hari Arafah di padang Arafah untuk saling mengenal kembali. Sebagaimana arti akar kata Arafah yakni mengenal; mengetahui. Sementara riwayat al-Sudi menceritakan latar belakang penamaan Arafah berawal dari kisah Nabi Ibrahim as yang mencari Ismail kecil yang baru dilahirkan. Akhirnya beliau temukan Ismail as bersama Siti Hajar di padang Arafah. Dari situlah Ismail mulai mengenal (‘arafa) ayahnya, Nabi Ibrahim as. Sedangkan pandangan ketiga berasal dari riwayat Atha’ dan Said bin al-Musayyab yang menyatakan bahwa penamaan Arafah berawal dari ucapan Ibrahim; ʻaraftu (aku tahu) saat diajarkan manasik haji dan tempat-tempatnya. Ada juga yang mengatakan bahwa Arafah berasal dari mimpi Ibrahim as –mengkurbankan Ismail- yang ia lihat pada malam hari tarwiyah. Mimpi itu baru ia ketahui (‘arafa) dari Allah swt bukan setan, setelah ia merenung (rawwa tarwiyah) selama satu hari di hari tarwiyah.
Selain sebagai nama tempat lapang di tanah haram atau disebut juga padang, Arafah juga merupakan nama waktu. Hari kesembilan dari bulan Zulhijah dinamakan dengan Arafah. Hari Arafah memiliki keistimewaan tersendiri dibanding hari-hari lainnya. Berikut Sembilan alasan kemuliannya;
- Hari kesempurnaan agama
Diriwayatkan dalam hadis sahih bahwa ayat QS al-Maidah [5]: 3. Ini terekam jelas dalam Sahîh al-Bukhârî dan Sahîh Muslim. Riwayat yang berasal dari Umar bin al-Khatab ini menceritakan bahwa salah satu orang Yahudi –konon sementara diduga adalah Ka’b al-Ahbar sebelum ia memeluk Islam- mengomentari perihal QS al-Maidah [5]: 3. Melihat isi ayatnya yang berbicara tentang kesempurnaan agama Islam yang diridai-Nya, jika ayat tersebut turun bagi kaum Yahudi, tentu mereka langsung menjadikannya sebagai hari raya. Umar bin al-Khatab pun langsung merespons bahwa dirinya mengetahui betul perihal ayat tersebut secara detail, hingga waktu dan tempat turunnya yakni di padang Arafah di hari Arafah yang bertepatan dengan hari Jumat.
2. Puncak ibadah haji
(Inti) haji adalah Arafah, demikian sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzi, al-Nasa’i dan Ibnu Majah dari Abdurrahman bin Ya’mur. Sehingga hari Arafah menjadi penting bagi jamaah haji. Dalam kondisi fisik bagaimanapun mereka diharuskan berada di tanah Arafah pada tanggal 9 Zulhijah, yakni hari Arafah.
3. Hari kebebasan dari neraka
Sebagaimana riwayat Aisyah dalam Sahîh Muslim, Nabi saw pernah menyatakan bahwa tidak ada hari di mana Allah swt membebaskan para hamba-Nya dari neraka sebanyak dari hari Arafah. Hingga malaikat pun ikut membanggakan mereka.
4. Hari ampunan
Hari pembebasan dari api neraka secara otomatis didahului oleh pengampunan. Ini dikuatkan oleh banyak riwayat hingga menempati level kualitas hadis hasan.
5. Hari yang dibuat sumpah oleh Allah swt
Menurut riwayat sahabat Jabir yang dinukil oleh Ibnu Rajab al-Hanbali, yang dimaksud dengan al-Watr (bilangan ganjil) dalam QS al-Fajr [89]: 3 adalah hari Arafah. Pun sama halnya dengan riwayat al-Tirmidzi saat menafsiri kata syâhid yang dijadikan sumpah oleh Allah swt dalam QS al-Buruj [85]: 3, yang dimaksud adalah hari Arafah.
6. Hari terafdal dalam setahun
Penahbisan hari Arafah sebagai hari terafdal dalam setahun ini tercatat jelas dalam riwayat Ibnu Hibban dari sahabat Jabir yang juga dikuatkan lagi dengan jalur riwayat Ahmad, Abu Dawud, al-Nasai dan Ibnu Hibban dari Abdullah bin Qurth.
7. Keutamaannya berbanding 1000 hari biasa
Perbandingan ini disampaikan langsung oleh sahabat Anas bin Malik yang termuat dalam Syu’ab al-Imân karya al-Baihaqi dan al-Targhîb karya al-Ashbahani.
8. Hari haji akbar
Haji akbar merupakan momen teragung dalam haji. Segolongan salaf di antaranya Umar bin al-Khatab menyatakan bahwa haji akbar berlangsung pada hari Arafah.
9. Berpuasa menghapus dua tahun dosa
Banyak sekali riwayat hadis yang menyatakan puasa Arafah dapat menghapus dosa selama dua tahun. Cukup hadis Abu Qatadah yang termuat dalam Sahîh Muslim yang menjadi perwakilannya.
((صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ))
Puasa hari Arafah saya berharap kepada Allah swt untuk melebur dosa tahun setelah dan sesudahnya. HR Muslim
Alhasil kemuliaan hari Arafah sudah disepakati oleh semua ulama secara mutlak. Tidak ada yang mempermasalahkannya. Kemuliaan tersebut dikuatkan lagi dengan sejarah yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw menyampaikan khutbah perpisahan (wadâ’) pada hari Arafah saat wukuf. Tidak lebih dari 81 hari sebelum Rasulullah saw meninggal dunia. Oleh karenanya haji tersebut juga dinamai dengan haji perpisahan (wadâ’). Wallahu Aʻlam [Ali Fitriana]