27.8 C
Jakarta

Seharusnya Yang Mulia Habib Rizieq Tidak Begitu

Artikel Trending

KhazanahPerspektifSeharusnya Yang Mulia Habib Rizieq Tidak Begitu
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Belum lama ini, Pengadilan Negeri Jakarta Timur menggelar sidang secara daring terhadap terdakwa Habib Rizieq Shihab (HRS) terkait dengan dakwaan hoaks hasil tes swab dalam kasus RS Ummi yang belakangan selalu ramai jadi perbincangan. Alih-alih, Sang Habib menjawab setiap pertanyaan yang majelis hakim berikan, justru ia menanggapinya dengan diam tanpa kata.

Berulang kali majelis hakim melemparkan pertanyaan kepada Habib Rizieq, nihil, tidak ada satupun yang beliau balas dengan jawaban. Berulang kali pula majelis hakim mempertanyakan mengenai kejelasan suaranya, lagi, HRS tidak sedikitpun merespons bahkan barang satu huruf saja. Padahal mikrofon dengan tegaknya sudah siap menunggu Sang Habib angkat suara.

Nampaknya, “drama” yang HRS lancarkan ini lantaran yang bersangkutan tidak berkenan untuk menjalani persidangan secara daring. Ia berasumsi bahwa persidangan yang terlaksana secara daring khawatir mengalami sabotase, tidak lancar berkomunikasi dengan pengacara dan itu dapat menimbulkan kerugian pada beliau sendiri sebagai terdakwa.

Sebagai upaya mengacuhkan pertanyaan majelis hakim, selain menanggapinya dengan diam, beliau juga memisahkan diri kemudian berdoa dan bersujud. Aksi diamnya HRS ternyata tidak hanya dilakukan seorang diri. “Orang-orangnya” Habib Rizieq yang akhirnya ikut hadir dalam persidangan membersamai sang pemimpin juga melakukan jurus yang sama, diam seribu bahasa.

Melihat kenyataan tersebut, saya jadi tertarik untuk menanggapinya. Serangkaian sikap yang beliau tunjukkan dalam persidangan tersebut, menurut saya tidak indah. Ini bukan persoalan pasrah, tabah, sabar, zikir dan ibadah, tetapi lebih dari itu. Kita tahu kalau pengadilan itu tempat memutuskan perkara serius dengan cara yang serius pula.

Yang mulia HRS tentunya harus mengikuti ketetapan perundang-perundangan sebagaimana yang majelis hakim utarakan. Beliau tidak bisa begitu saja melawan hukum dengan bertindak diam dan mengacuhkan pertanyaan majelis hakim, meski untuk berdoa dan bersujud.

BACA JUGA  Mitos: Menyangkal Labelisasi Agama sebagai Sumber Konflik dan Kekerasan

Benar, kedua bentuk ritual tersebut bernilai baik dalam Islam. Tetapi, alangkah lebih baik jika keduanya beliau lakukan sebelum atau sesudah persidangan selesai. Hal itu agar proses persidangan berjalan dengan lancar dan mendapatkan hasil yang maksimal. Kalaupun benar beliau keberatan akan sesuatu, tentu bisa beliau sampaikan saat persidangan. Ini akan mencerahkan keadaan.

Tindakan beliau yang menurut saya kurang elok lainnya adalah perihal ungkapannya kepada media bahwa ia didorong, dipaksa dan dihinakan karena tidak mau menghadiri persidangan. Sebagai panutan sebagian kecil umat Islam di Indonesia, sepatutnya beliau sadar bahwa ucapannya tersebut dapat mengakibatkan kerusuhan.

Benar saja, seperti yang saya kira bahwa ucapannya tersebut akan menyulut emosi para pengikutnya. Hal itu terbukti dengan banyaknya massa yang menggeruduk Kejari Ciamis pada malam hari, beberapa jam usai persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Timur. Mereka berasumsi Habib Rizieq tidak diperlakukan dengan adil oleh penegak hukum.

Jika saya boleh sarankan, akan lebih baik jika yang mulia HRS tidak mengeluarkan kata-kata provokatif yang dapat memancing pengikut setianya untuk berbuat vandalisme. Saya kira, semua yang beliau tudingkan kepada para petugas tersebut tidak akan terjadi jika beliau menaati ketentuan dan regulasi yang berjalan.

Saya benar-benar meyakini, jika Habib Rizieq dan kawan-kawan mengikuti aturan yang berlaku dengan tidak menentangnya, persoalan ini tentu akan segera selesai. Skema playing victim yang sohor selalu beliau lakukan, kini sudah usang. Dan sejatinya hanyalah kesia-siaan. Tidak salah tentunya jika semua pihak menginginkan yang terbaik dengan terjaminnya keadilan dan kepastian hukum di negara kita tercinta ini, Indonesia.

Azis Arifin, M.A
Azis Arifin, M.A
Alumni SPs UIN Jakarta. Alumni Ponpes Asy-Syafe'iyah Purwakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru