33 C
Jakarta

Seberapa Penting Nama Pena Bagi Seorang Penulis?

Artikel Trending

KhazanahLiterasiSeberapa Penting Nama Pena Bagi Seorang Penulis?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Saya dikejutkan oleh pernyataan Hetih Rusli, editor Gramedia. Dalam obrolannya di podcast Main Mata, dia berujar bahwa nama Ilana Tan, penulis mega best seller novel 4 musim dan New York series adalah nama pena. Hingga bertahun-tahun dari saya menggandrungi novel Winter in Tokyo, Summer in Seoul dan masih banyak lagi. Para pembaca setianya tidak mengetahui identitas di balik pemilik nama Ilana Tan.

Hal tersebut menyisipkan pertanyaan dalam diri saya, pentingkah mempunyai nama pena. Karena saya sendiri sempat berpikir panjang mengenai nama pena sendiri untuk berkarya. Ketika menemukannya, saya kerap menyematkannya di berbagai kata-kata di instagram. Saat kemudian menulis di berbagai media saya lebih memilih nama asli.

Kelly Notaras mengatakan bahwa nama pena lebih sering dimiliki oleh para penulis fiksi. Pembaca yang cenderung ingin memiliki pelarian tertentu saat sedang sedih, jenuh atau mencari petualangan seru. Lalu. mereka menemukannya saat membaca novel dengan berbagai genre. Tak dapat dimungkiri, kita terkagum dengan penulisnya dan ingin mengetahui identitas sang penulis.

Namun kenyataannya, kepribadian penulis, keahlian dan kehidupannya terletak di kotak yang berbeda dari kualitas dan tulisan mereka. Maka biarlah para pembaca terdorong dengan karya tersebut, membiarkan buku berdiri sendiri tanpa menghubungkan siapa penulisnya.

Berbeda dengan penulis non fiksi, kebanyakan ditulis oleh pakar berpengalaman seperti dosen, akademisi, pembicara, pebisnis, penyembuh dan masih banyak lagi. Saat memilih buku bacaan non fiksi, para pembaca pun ingin mempelajari sesuatu yang benar tentang hidup. Maka, penting bagi pembaca mengetahui identitas penulisnya dan bagaimana mereka mengumpulkan keahlian tersebut.

Saya tak menampik pernyataan Kelly Notaras. Saya sendiri pun kerap mencari tahu lebih dalam penulis non fiksi sebelum akhirnya membaca karya mereka. Hal ini juga menyadarkan bahwa selama ini saya lebih nyaman dengan nama asli saat menulis di media, karena bidikan tulisan saya sejenis artikel ringan atau tulisan meditatif.

BACA JUGA  Sastra Terjemahan: Dari Diplomasi Kultural Hingga Soal Garapan

Sebut saja J.K Rowling, Stephen King, George Orwell, George Eliot atau penulis Indonesia Tere Liye, Ilana Tan, Dee Lestari, Asma Nadia merupakan nama pena atau samaran. Mereka memiliki tujuan tertentu di balik nama tersebut.

George Orwell penulis buku 1984  yang sangat fenomenal, terinspirasi dari sungai Orwell dan nama George terdengar Inggris sekali, Eric Arthur (nama aslinya) berkata bahwa ia takut gagal dengan bukunya dan ia pun memilih nama pena agar mudah diingat dan diucapkan.

Selanjutnya, penulis Tere Liye dengan nama Darwis, menggunakan nama samaran tersebut sebagai personal branding dan menyesuaikan dengan karyanya yang beragam mulai dari novel religi hingga fantasi. Nama samaran Tere Liye terdengar lebih netral dibanding Darwis. Ada pula yang menggunakan nama pena untuk menjaga keselamatan diri.

Multatuli penulis Max Havelaar yang novelnya mengkritik pemerintah Kolonial Belanda. Nama tersebut digunakan Douwes Dekker untuk menghindari dirinya dari ancaman pihak-pihak tertentu yang mungkin tersentil oleh tulisannya.

Setelah mendengar beragam tujuan para penulis di atas lalu saya bertanya pada diri sendiri, apa tujuan saya memiliki nama pena. Bagi saya, jika nama pena hanya bertujuan untuk sekadar fun, mencari sebutan yang unik atau karena nama asli terlalu panjang, boleh-boleh saja.

Bahkan saya berpikir menyematkan dua nama, saat menulis fiksi saya menggunakan nama pena dan saat menulis artikel-artikel ringan menggunakan nama asli. Namun, perlu diingat ada beberapa media yang menganjurkan para kontributor dengan menggunakan nama asli.

Terlepas menulis di media, saran saya pilihlah nama pena. Apa pun tujuan nama pena yang kamu pakai. Dengan nama tersebut, membuatmu semangat berkarya dan tak ingin berhenti menulis. Sebab yang lebih terpenting dari nama pena adalah karya yang kita hadirkan.

Marisa Rahmashifa
Marisa Rahmashifa
Mahasiswi Jurusan Sastra Inggris berdomisili Malang

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru