29.7 C
Jakarta
Array

Santri Sebagai Harapan Bangsa dan Agama

Artikel Trending

Santri Sebagai Harapan Bangsa dan Agama
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Santri berasal dari kata insan yang berarti manusia dan tri yang artinya tiga, artinya santri adalah orang-orang yang berpatokan teguh terhadap tiga pilar agama Islam; iman, islam dan ihsan. Menurut versi lain, kata santri berasal dari bahasa inggris, sun dan three. Jika digabung, bahasa tersebut mempunyai arti tiga matahari. Tata surya sebegai penerang dunia pada siang hari, dianalogikan sebagai santri yang bisa menerangi kegelapan masyarakat dunia dari pengetahuan agama. Jadi, santri merupakan orang yang belajar agama dan menerapkannya dengan baik.

Spesifikasi santri ada dua, santri secara kultural dan santri secara struktural. Pelajar agama yang menerapkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari adalah santri kultural. Sedangkan santri struktural merupakan orang yang resmi belajar di pesantren (mondok). Jadi, santri yang tidak menerapkan ilmu agamanya bisa dikatakan sebagai santri abal-abal.

Presiden Joko Widodo menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai hari santri nasional. Hal ini ini tertera dalam keputusan pemerintah (perpres) nomor 22 tahun 2015. Hari tersebut merupakan penghargaan bagi kaum pesatren dalam  mengusir penjajah dari Republik Indonesia (RI) agar Bumi Periwi merdeka secara utuh dan tidak dijajah lagi oleh kolonial. Pada saat itu, KH. Hasyim Asy’ari, tokoh besar Nahdlatul Ulama mengeluarkan fatwa bahwa membela tanah air hukumnya fadu ain (wajib). Pernyataan tersebut dikenal dengan Resolusi Jihad. Karena ketundukan santri kepada kyai Hasyim, mereka sangat antusias untuk membela tanah air, meskipun jiwa dan raga adalah taruhannya.

Santri Milenial

Santri tahun abad 19 dan santri abad 20 sangant signifikan perbedaannya. Tingkat ketundukan mereka kepada sang guru semakin mengurang mengikuti jalannya waktu. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kasus membangkangya santri kepada gurunya.

Penulis sebagai eks-santri struktural, mengalami sendiri seperti apa kemerosotan moral santri, hal ini spesifiknya terhadap alumni. Mereka sudah banyak yang meninggalkan ajaran pesantren yang didapat saat masih mondok.

Penulis merasa, santri jaman now sangat miris sekali perilakunya, santri abal-abal. Mereka secara tidak langsung melakukan pembangkangan terhadap apa yang diajarkan tentang nilai-nilai agama yang harus dilakukan, seperti, mabuk miras dan mencuri. Jika dianalisis dari segi model pendidikan  pesantren, institusi ini mempunyai tiga variasi, Pesantren Traditional, Semi-Modern, dan Modern. Ketiganya tetap dipimpin oleh seorang kyai sebagai panutan.

Pesantren Tradisional dan Modern mempunyai perbedaan agak jauh. Fokus pembelajaran terhadap kitab-kitab klasik menjadi ciri khas Pesantren Traditional, sedangkan Semi-modern dan Modern mengimplementasikan kajian terhadap kitab klasik dan buku terbaru atau karangan kekinian. Jadi, orang pesantren ala dulu dan sekarang tidak diragukan lagi cara berpikirnya. Mereka bisa menyatukan perspektif untuk membuat gebrakan baru.

Nilai-nilai pesantren sudah banyak ditinggalkan oleh santri alumni tempat tersebut. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Diantaranya adalah faktor lingkungan. Penulis melihat kebanyakan orang pesantren berubah drastis saat dia keluar/menjadi alumni.

Di pesantren, santri laki-laki dan perempuan dipisah untuk mencegah larangan agama yang dilakukan kepada lain jenis. Bahkan ada sebagian pesantren yang membatasi dengan dinding pemisah yang sangat tinggi agar santri dan santriwati tidak bermaksiat. Justru hal ini yang membuat orang pesantren sangat merasa terkekang dan saat menjadi alumni dia merasa sangat bebas dan tidak terikat oleh aturan apapun.

Globalisasi juga menjadi tantangan tersendiri bagi penghuni pesantren. Mereka yang terlahir pada tahun 70-an dan mondok pada era 90-an sangat sulit tersentuh oleh kecanggihan teknologi. Kepemilikan telepon rumah pada saat itu masih sangat minim. Hanya orang tertentu saja yang bisa mengoperasikan dan berlangganan. Tahun 2000-an menjadi ajang perdana, arus globalisasi menyentuh masyarakat. Pada saat itu masih belum ada handphone seperti android yang bisa berselancar ke internet dan bisa membuat dunia sesempit rumah kita. Kemudian, hp cerdas tersebut masuk ke Indonesia pada tahun 2011 dan mulai dioperasikan.

Smartphone menjadi barang yang diperlukan oleh kebanyakan masyarakat dunia, termasuk santri dan alumni pesantren. Kegunaan alat canggih tersebut mempunyai sisi positif dan juga negatif. Namun, orang yang tidak bijak menggunakannya akan menggunakannya dalam hal negatif, seperti, menyadap hp teman, menonton video porno, melakukan penipuan, dll. Alat ini menjadi hal yang sangat vital dalam perubahan sifat dan akhlak alumni pesantren selain faktor lingkungan.

Komunitas Alumni

Untuk mempererat tali silaturahmi, pesantren-pesantren biasanya mempunyai sebuah organisasi khusus untuk alumni. Program yang diadakan sudah pasti mempunyai visi agar nilai-nilai pesantren tidak hilang meskipun sudah tidak berkecimpung langsung. Namun, kebanyakan dari anggotanya kurang memperhatikan terhadap eksistensi visi kumpulan tersebut.

Program yang disajikan dalam komunitas alumni tersebut harus lebih menekankan terhadap program keagamaan yang biasanya di pesantren menjadi habit, sehingga nilai-nilai pesantren selalu terngiang, dan bisa diimplementasikan.

Alumni pesantren sudah pasti mayoritas disibukkan dengan pekerjaannya masing-masing. Yang punya istri mencari nafkah, yang menjadi mahasiswa sibuk dengan tugas. Bagaimana agar mereka hadir dalam program rutinitas, agar nilai-nilai pesantren tidak terlupakan?

Sebuah organisasi sudah pasti ada yang menjadi leader. Maka harus ada beberapa kader yang bertanggung jawab menyebarkan pamflet-pamflet program kepada setiap anggota agar mereka, alumni bisa menghadiri acara. Dengan ini, nilai-nilai pesantren akan terus mencuat, dan masyarakat pesantren bisa menjadikan Indonesia negara yang taat kepada agama dan negara.

*Bagis Syarof, Alumni Pondok Pesantren Annuqayah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru