26.9 C
Jakarta
Array

Santri, Agen Alternatif Perdamaian di Dunia Maya

Artikel Trending

Santri, Agen Alternatif Perdamaian di Dunia Maya
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Negara kita nampaknya sedang butuh alternatif dalam berbagai lini kehidupan, salah satunya dalam perdamaian. Pesantren melahirkan santri-santri yang sekarang ini banyak dibicarakan di mana-mana. Santri bisa menjadi referensi alternatif bagi peradaban bangsa walaupun sempat terlupakan sebelum hari Santri ditetapkan.

Sebelum beranjak pada pembahasan kiprah santri bagi perdamaian bangsa khususnya di dunia maya, alangkah baiknya kita memahami dulu makna santri itu sendiri.

Penulis tidak akan membahas perihal perjuangan-perjuangan atau sejarah santri terdahulu yang telah berkorban jiwa dan raga demi keutuhan NKRI. Boleh saja kita berefleksi dari itu. Namun penulis ingin fokus pada kondisi dan peran santri hari ini dan masa yang akan datang khususnya dalam dunia maya untuk menangkal paham-paham yang anti perdamaian termasuk paham radikal.

Sebelum ke sana, mari kita pahami dulu makna dari santri itu sendiri, agar kita mengerti jati diri santri dan harus apa bila sudah mengerti jati diri. Mbah Mus atau Gus Mus beberapa waktu lalu merumuskan bila santri adalah murid kiai yang dididik dengan kasih sayang untuk menjadi mukmin yang kuat (yang tidak goyah imannya oleh pergaulan, kepentingan, dan adanya perbedaan). Santri juga adalah kelompok yang mencintai negaranya, sekaligus menghormati guru dan orang tuanya kendati keduanya telah tiada..

Yang mencintai tanah airnya (tempat dia dilahirkan, menghirup udaranya, dan bersujud di atasnya) dan menghargai tradisi-budaya-nya.  Yang menghormati guru dan orang tua hingga tiada. Seorang adalah kelompok orang yang memiliki kasih sayang pada sesama manusia dan pandai bersyukur. Yang menyayangi sesama hamba Allah, yang mencintai ilmu dan tidak pernah berhenti belajar (minal mahdi ilal lahdi). Yang menganggap agama sebagai anugerah dan sebagai wasilah mendapat ridha tuhannya. Santri ialah hamba yang bersyukur

Beliau juga bahkan memaknai santri secara luas bila santri bukan yang mondok saja, bahkan sipapun yang berakhlak seperti santri dialah santri. Dari dua definisi di atas kita dapat mengambil titik singgung bila santri identik dengan orang yang berakhlakul karimah dan penuh kasih sayang. Tidak pandang terhadap siapapun. Nah, ini yang kemudian harus diamalkan dan diperjuangkan secara kontinyu.

Dalam konteks sekarang mengapa negara butuh sosok alternatif seperti santri untuk menjaga negara? Terlebih untuk perdamaian di dunia maya? Kita dapat berefleksi dari makna santri yang telah dijelaskan oleh Mbah Mus tadi. Santri punya hubungan vertikal kepada Allah (hablumminallah) yang bagus dan hubungan dengan sesama manusia (hablumminannas) yang baik pula. Santri punya tantangan sekaligus andil yang cukup besar untuk menarasikan Islam rahmah.

Realitanya, kaum santri sudah mulai melek teknologi dan media. Mereka turut mengabdi untuk memberangus paham-paham yang ingin meruntuhkan eksistensi NKRI khusunya paham-paham Islam radikal. Kalau kita berselancar di dunia maya, sudah sangat banyak jumlahnya narasi-narasi bahkan medi-media yang berafiliasi pada santri yang meng-counter isu-isu yang anti terhadap perdamaian.

Karena memang dunia maya, dunia yang cukup potensial untuk menanamkan kebaikan dan keburukan. Dunia maya bisa menjadi ladang dakwah baru bagi kaum santri salah satunya dengan membuat dan menyebarkan narasi dan konten perdamaian, rahmah, dan toleransi. Mengikis sedikit demi sedikit keburukan dan maksiat yang bergumul di dunia maya.

Mari bersama ciptakan dunia maya yang ramah huni. Dunia maya itu rumah kedua kita. Bila kondisi rumah nyaman maka penghuninya akan nayaman dan betah tinggal di dalamya. Bila rumah tidak aman, otomatis penghuni akan terganggu. Jangan biarkan narasi-narasi anti perdamaian di dunia maya berkembang. Jangan hanya diam. Diam dalam konteks ini bukanlah solusi yang tepat. Buat dan sebar narasi-narasi perdamaian untuk dunia maya yang damai.

[zombify_post]

Ahmad Solkan
Ahmad Solkan
Penulis lepas, Alumnus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru