30.1 C
Jakarta
Array

Sang Pembaharu Nusantara

Artikel Trending

Sang Pembaharu Nusantara
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Kiai Ahmad Dahlan adalah  salah satu tokoh yang sangat berpengaruh di Indonesia. Lahir dari keluarga yang religius dan terpandang di masyarakat Kauman Yogyakarta. Sejak kelahirannya masyarakat sudah berkeyakinan, kelak beliau akan menjadi seorang tokoh yang akan membawa perubahan besar. pasalnya beliau lahir setelah satu tahun lindu (gempa). Di mana saat itu, masyarakat meyakini gejala alam yang dahsyat sebagai pertanda baik.

Beliau merupakan keturunan ke 12 dari Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim), salah satu penyebar agama Islam di tanah Jawa. Dari Sunan Gresik lah  ia mewarisi semangat untuk berdakwah menyebar luas kan ajaran Agama Islam dengan indah dan damai. Buku KH. Ahmad Dahlan Si Penyantun ini, akan memberikan wawasan baru bagi kita, untuk mengetahui dan meneladani semangat kegigihan nya dalam berdakwah menyebarkan Islam yang ramah. Terlebih untuk peradaban Islam yang lebih maju.

  1. Ahmad Dahlan dikenal sebagai pribadi yang kuat dalam memegang prinsip. Tapi, tidak fanatik. Gerak-geriknya selalu didasarkan pada prinsip yang ia pegang dan yakini kebenarannya. Sehingga, dalam menjalankan dakwahnya, meski banyak rintangan yang mengadang ia tetap tegar (hal. 51).

Beliau sosok pembaharu yang memiliki gebrakan untuk kemajuan Islam. Terbukti dengan berdirinya organisasi Muhammadiyah, untuk menjalankan tugas Agama. Sedangkan untuk menyantuni kaum yang lemah, beliau telah memfasilitasi dengan adanya: rumah sakit, panti asuhan, dan sekolah, yang bisa kita nikmati sampai sekarang. Prinsip ini bisa kita jadikan motivasi untuk selalu menjadi sebaik-baik manusia yang bisa bermanfaat bagi sesama.

Keikhlasan mengabdi untuk bangsa dan agama adalah contoh nyata yang beliau tanamkan. Sebagai seorang muslim,  ia perlu mengajarkan Islam kepada masyarakat, sehingga memiliki pemahaman yang baik. Konsep tauhid Kiai Ahmad Dahlan selain dimaknai mengesakan Allah Swt., juga dipahami bahwa kita berasal dari nenek moyang yang satu (Adam).  Jadi tidak alasan untuk saling menyakiti atau menindas karena setiap hak warga memiliki yang sama untuk merdeka. (hal. 78)

Tidak membeda-bedakan antara muslim dan non muslim dalam berjuang, apalagi untuk kemaslahatan orang banyak. Menurut beliau, hubungan dengan non muslin haruslah terjalin dengan harmonis. Sebab, batasan larangan kompromi dengan non mu slim dalam hal akidah saja, bukan dalam hal kemanusiaan. Dengan begitu, kerukunan antar umat beragama berjalan indah tanpa ada perselisihan.

Selain cerdas beliau juga seorang kiai yang memiliki tekad baja dalam berdakwah. tidak pernah terlintas sedikit pun untuk menyerah, dalam menyampaikan ajaran Islam. Bahkan, jiwa raganya beliau korbankan di jalan Allah., agar cahaya ke ilmuan tetap bersinar di bumi Nusantara. Usia bukanlah penghalang untuk berdakwah, bahkan beliau marah ketika disuruh istirahat karena sakit. Sebab, pandangannya, selama hayat masih dikandung badan, tiada kata berhenti untuk berdakwah.

Tidak ada yang bisa menghalangi Kiai Ahmad Dahlan dalam berdakwah selain maut. Penyakit yang menggerogoti tubuhnya tidak mampu menyurutkan semangat beliau untuk selalu berbagi ilmu kepada Masyarakat.

Ketika rapat tahunan pengurus Muhammadiyah tahun 1923, telah dekat dan tidak lebih dari tiga bulan. Untuk menjaga kesehatan kiai Ahmad Dahlan agar bisa mengikuti rapat tersebut pengurus, Muhammadiyah berunding. Hasilnya, perundingan pengurus Muhammadiyah, Kiai Ahmad Dahlan dipersilakan untuk istirahat di luar daerah agar tidak terganggu dengan urusan sehari-hari, baik urusan Muhammadiyah atau yang lainnya. Sebenarnya, beliau kurang setuju, namun, ia tidak mau menolaknya karena sudah menjadi keputusan Musyawarah. Beliau memilih Pengunungan Tretes, Malang sebagai tempat istirahat. (hal. 202)

Selama berada di tempat peristirahatannya beliau lebih sering berada di mushala, untuk menegakkan shalat lima waktu dan mengajarkan Islam kepada masyarakat. Kendati kondisi sakit parah, tubuh semakin kurus, matanya semakin cekung dan wajahnya pucat, sedangkan kakinya bengkak. Semua itu tidak menjadi penghalang baginya untuk terus mengajarkan Islam.

Melalui buku ini kita akan lebih mengenal sosok kiai Ahmad Dahlan, dalam kegigihannya berdakwah, serta semangat perjuangannya untuk Islam yang lebih maju. Buku ini sangat cocok untuk dibaca, dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ditulis dengan bahasa yang sistematis dan mudah dipahami, untuk direnungkan. Selamat membaca!

 

Judul               : KH. Ahmad Dahlan si Penyantun

Penulis             : Imron Mustofa

Cetakan           : Pertama, Mei 2018

Penerbit           : Diva Press

Tebal               : 248 halaman

ISBN               : 978-602-391-534-7

Abdul Kholiq Zuhry : Pustakawan Garawiksa Institut Yogyakarta

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru