28.4 C
Jakarta
Array

Salahkah Menjadi Fundamentalis?

Artikel Trending

Salahkah Menjadi Fundamentalis?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Fundamentalis merupakan golongan penganut paham fundamentalisme. Stereotip yang buruk diusung oleh para pengkritik paham fundamentalis ini. Bahkan KBBI pun mengenalkan fundamentalis dengan pengertian yang sangat mendoktrin. Bahwa fundamentalis merupakan sebutan bagi para penganut agama yang kolot. Kolot dalam artian tidak ingin menerima paham modernitas dan terus berpegang pada tradisi.

Sekilas terbesit perihal pengakuan oleh salah seorang tokoh filsuf Islam Kontemporer, yakni Hassan Hanafi mengklaim dirinya sebagai sosok yang sangat menganut paham fundamentalis. Sedikit menambahkan info bahwa pemikir Islam Kontemporer ini terkenal dengan gaya pemikiran yang sangat menerima -dengan menyaring dan memilah- paham modern. Jika demikian apa dasar Hassan Hanafi mengklaim dirinya sebagai sosok yang sangat fundamentalis?

Kiranya perlu kembali dan membedah pada dinamika terbentuknya kata “Fundamentalis” untuk mendapat paham yang obyektif. Fundamental merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris dengan artian mendasar, pokok, asas, dan prinsip.

Jika ditarik pada bentuk kata fundamentalis akan mengacu pada pengertian sebuah golongan yang berpaham dengan sangat mendasar pada pokok asas dan prinsip. Kemudian jika dihubungkan dengan Islam, maka fundamentalis ini cocok dengan paham golongan yang sangat berpegang pada aspek-aspek yang mendasar atau tradisi keislaman.

Anehnya sering kali kata fundamentalis ini digunakan untuk menyebut golongan penganut tradisi yang kaku, kolot, dan tidak menerima modernitas. Sejatinya berasal dari kata fundamentalis seperti yang diuraikan di atas merupakan sebutan bagi golongan yang memegang tradisi, dan bukan berarti menolak modernitas.

Pembahasan inilah yang mendasari Hassan Hanafi menyebut dirinya sebagai sosok fundamentalis. Hanafi menjelaskan bahwa fundamentalis memiliki dua kubu yang sedikit berbeda, kubu pertama merupakan golongan kaum yang memegang tradisi tanpa mengizinkan dirasuki oleh modernitas, sedang kubu yang kedua tetap menjaga tradisi dan mengelaborasikan tradisi dengan modernitas.

Menilik isu faktual di Indonesia sebagai contoh yakni perihal golongan fundamentalis-teroris yang melaksanakan bom bunuh diri sebagai tindakan dari konsep Jihad dalam beragama. Mencoba menganalisis termasuk dalam kubu manakah tindakan tersebut yang berhasil menyebabkan kesenjangan sosial dengan meresahkan warga.

Dalam benak penulis tindakan tersebut merupakan contoh pemahaman dari kubu pertama. Bagaimana bisa demikian? Mari menunjukkan upaya dalam menelusuri jawaban tersebut. Jihad merupakan konsep dalam agama Islam sebagai bentuk dari ketaatan agama. Dalam al-Qur’an kata ini banyak disebutkan dengan beragam pengertian.

Namun memang jika hanya melihat pada sebagian ayat kata Jihad banyak digunakan dalam konteks peperangan. Di sini titik kekeliruan teroris dengan bom bunuh diri itu, mengklaim dirinya sebagai fundamentalis tapi tidak membaca tradisi secara universal melainkan parsial.

Karena jika memandang tradisi secara utuh akan didapatkan pemahaman yang utuh mengenai konsep Jihad, yang mana al-Qur’an tidak hanya mengenalkan Jihad dengan kekerasan tapi juga banyak ayat yang menerangkan Jihad dengan sikap rendah hati.

Setelah terjadi peristiwa semacam itu, pengertian kata fundamentalis menjadi lebih sempit menjadi kata dengan artian sebuah golongan yang membaca sebuah teks secara literal -dengan mengabaikan aspek-aspek lain dalam tradisi. Dengan menyebutkan sedikit kisah ini menjadi contoh dalam dinamika pengertian kata fundamentalis.

Dari sini kata Fundamentalis telah memiliki banyak artian, pertama golongan yang memegang kukuh tradisi Islam, kedua golongan yang mengelaborasi tradisi dengan paham modern, ketiga muncul golongan yang keras dengan membaca al-Qur’an secara literal dan parsial.

Kemudian guna menjawab pertanyaan yang diajukan dalam judul artikel ini akan diberikan statement akhir. Bahwasanya menjadi fundamentalis bukan merupakan sebuah kesalahan tetapi pilihan, dengan tiga pengertian fundamentalis di atas bagaimanakah sebaiknya bersikap jika menjadi golongan fundamentalis? Tentukan pilihanmu!

[zombify_post]

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru