26.1 C
Jakarta

Sakinah Itu Untuk dan Oleh Siapa?

Artikel Trending

KhazanahOpiniSakinah Itu Untuk dan Oleh Siapa?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Menarik memperhatikan penerjemahan surah ar-Rum [30] ayat 21. Ini adalah ayat yang hampir selalu menghiasi undangan pernikahan sampai disebut ayat undangan. Kebayang sekuat apa pengaruhnya pada calon mempelai dan masyarakat pada umumnya tentang sakinah dalam pernikahan itu untuk dan oleh siapa.

Perhatikan perbedaan sangat signifikan pada dua model penerjemahan atas ayat ini:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Model pertama adalah yang sangat lazim sehingga mudah ditemukan di mana-mana.

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri. Supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadaNya dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.

Problem Terjemah

Model penerjemahan seperti ini, akan mengantarkan kita pada kesimpulan bahwa: sakinah dalam perkawinan adalah untuk suami yang mesti dilakukan oleh istri.

Bahasa Arab ini dibangun dalam satu sistem jenis kelamin yang sangat ketat. Bagi yang paham perbedaan antara jenis kelamin dan gender, maka sistem gender sesungguhnya lebih pas. Tapi mengingat gender ini istilah baru, saya gunakan saja istilah jenis kelamin dengan catatan seperti di atas.

Jika masyarakat Jawa membangun sistem berpikirnya berdasarkan kelas sosial, maka masyarakat Arab dengan jenis kelamin.

Ketika bicara bahasa Jawa, kita tidak bisa melarikan diri dari pembagian kelas manusia. Ketiganya yaitu: Ngoko (rendah), Madyo (menengah), dan Inggil (atas). Lah piye mau melarikan diri wong konsep ini melekat dalam setiap kata. Mau bilang pergi saja minimal ada 3 pilihan: lungo, kesah, tindak.

Hal serupa terjadi ketika bicara Bahasa Arab. Kita juga tidak bisa melarikan diri dari pembagian jenis kelamin menjadi dua, yaitu mudzakar (laki-laki) dan muannats (perempuan).

Lah piye mau melarikan diri wong  konsep ini juga melekat dalam setiap kata benda (isim) dan kata kerja (fiil:faalafaalat). Kata sifat (jamiljamilah) dan kata sambung (isim maushul: alladziallati). Juga kata tunjuk (isim isyarah:hadzahadzihi).

Karenanya, bicara bahasa Arab mustahil netral gender. Bahkan Maha Suci Allah dari berjenis kelamin tapi dalam bahasa Arab menjadi berjenis kelamin tapi hanya lafaznya, bukan zatnya.

BACA JUGA  Kebebasan Manusia dan Peradaban Anti-Radikal

Salah satu aturan yang menarik dan relevan dengan pembahasan  tentang penerjemahan ayat di atas adalah bahwa grup laki-laki (jama mudzakar) itu bisa hanya meliputi laki-laki, tapi bisa pula meliputi laki-laki dan perempuan.

Makanya semua ayat tentang perintah salat, puasa, zakat, dan haji semua menggunakan jama’ mudzakar. Tapi tidak seorang ulama pun yang menyimpulkan kewajiban-kewajiban tersebut hanyalah untuk laki-laki.

Alternatif Memaknai Sakinah

Mempertimbangkan aturan di atas, maka terjemahan ar-Rum ayat 21 model kedua bisa dilahirkan:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian (laki-laki dan perempuan) pasangan (suamiistri) dari jenis kalian sendiri. Supaya kalian (laki-laki dan perempuan) cenderung dan merasa tenteram kepadanya (suami atau istri) dan dijadikan-Nya di antara kalian (laki-laki dan perempuan) rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.

Atau versi singkatnya:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian bojo dari jenis kalian sendiri. Supaya cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya di antara kalian rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.

Apa ada ya padanan bojo dalam bahasa Indonesia yang hanya satu kata?. Pernah pakai kata pasangan langsung diprotes karena ada konotasi lain.

Apa kesimpulan dari penerjemahan model kedua? Untuk siapakah sakinah dalam perkawinan? Untuk suami dan istri doooong. Mesti diupayakan oleh siapa? Ya oleh keduanya dooong.

Perbedaannya sangat signifikan bukan?

Lalu, manakah di antara dua model penerjemahan yang paling populer? Yuk cek model penerjemahan mana yang ada di terjemahan al-Qur’an atau di undangan pernikahan yang ada di dekat kita.

Bagaimana cara membuat terjemahan model kedua lebih populer? Selain dengan memahami struktur dan pernak-pernik tata bahasa Arab, adalah dengan menggunakan perspektif kesalingan dalam kemaslahatan yang telah dirumuskan dengan sangat jenius oleh Faqih Abdul Kodir dalam konsep yang juga jadi judul bukunya: Qiraah Mubadalah.

Wallahu Alam bi ash-Shawab...

 

Dr. Nur Rofiah Bil Uzm, M.Sc, Dosen Pascasarjana Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ) dan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Alumni Universitas Ankara, Turki.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru