26.7 C
Jakarta

Rumah Tahfiz dan Penyimpangan Pembelajaran Al-Qur’an

Artikel Trending

Milenial IslamRumah Tahfiz dan Penyimpangan Pembelajaran Al-Qur’an
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Rumah tahfiz banyak dibicarakan oleh masyarakat luas, karena mengandung beberapa hal. Salah satunya adalah karena ditemukan pola pengajarannya mengarah pada radikalisme.

Temuan-temuan rumah tahfiz yang berkembang dan menjamur di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur menyimpan bara api yang dahsyat. Seperti ditemukan oleh jemaah ibu-ibu penghafal Alquran JMQH di Kota Blitar, ada sejumlah rumah tahfiz di sana melarang santrinya hormat terhadap Bendera Merah Putih. Ternyata, aktivitas kegiatannya juga berbeda dengan pesantren maupun rumah tahfiz pada umumnya.

Sekilas Biografi

Selain itu, ada Baitul Quran (BQ) Darul Muhajirin, binaan JAK Jobodetabek melalui Abu Jauhar Suherman yang berbasis  di Ds. Peseban. Kec Megamendung. Kab, Bogor. Rumah tahfiz Baitul Quran (BQ) ini intens menggunakan media sosial dalam penggalangan dana dan saranah dakwah. Rumah Qur’an ini, kita tahu, berafiliasi dengan Daulah Islamiyah.

Memang dari sejarahnya rumah tahfiz berdiri untuk menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar Al-Qur’an. Namun belakangan, sebagian rumah Qur’an hanya dijadikan sebagai penyebar paham keagamaan yang ekstrem.

Rumah tahfiz ini muncul seperti bunga-bunga di musim semi. Keberadaan tanahnya yang tandus, tetapi bunga-bunganya rontok karena tidak memiliki kekuatan yang dialiri dengan air-air kesucian. Kita temukan, rumah tahfiz lahir di gang-gang perumahan dan kadang-kadang memanfaatkan rumah-rumah kosong di perkotaan.

Promosi Program

Yang mereka tawarkan dan menjadi promosi adalah membentuk generasi Qur’ani. Kiranya, anak-anak yang masuk ke rumah tahfiz dianggapnya menjadi anak-anak yang bisa mengawal dan bisa menjadi penjaga Al-Qur’an, serta bisa menanamkannya ke tengah-tengah masyarakat.

“Satu hari satu jus”, adalah promo yang mereka tawarkan. Promo yang sangat ambisius dan dianggap bisa mengalahkan prodak metode yang telah lama dipakai oleh pesantren-pesantren salaf di Indonesia.

BACA JUGA  Indonesia Tidak Butuh (Generasi) Khilafah

Menurut mereka, motode pesantren salaf adalah metode yang sangat kolot dan buang-buang waktu. Karena itu, rumah tahfiz ini ingin menawarkan prodak baru dengan memanfaatkan teknologi, seperti Digital Qur’an, Smart Hafiz, dan lainnya. Mereka ingin melepaskan dari ajaran pesantren seperti yang dilakukan oleh kelompok salafi Wahabi karena dianggap jumud.

Bahkan, rumah tahfiz ini mendaku lebih otoritatif dibandungkan dengan pesantren konvensional pada umumnya. Jika di pesantren harus ada tempat khusus yang luas seperti masjid, tempat pembelajaran, kamar santri, harus ada interaksi pembelajaran antara santri dan kiai, dan mengedapankan nasab keilmuan, maka di rumah tahfiz cukup dengan mendengarkan bacaan dari alat canggih Digital Qur’an dan Smart Hafiz ini.

Melahirkan Manusia Radikal

Jadi yang terjadi hanyalah pembelajaran lewat digital semata. Ustaz-ustaza yang ada di sampingnya tidak perlu repot-repot tahu dan mendalami tentang ilmu Al-Qur’an atau hafal Al-Qur’an. Mereka yang penting hanya tahu tentang metode bagaimana cepat hafal yang didapat dari seminar-seminar, dan praktiknya mereka cukup sekadar pendengar alias menyimak, bukan murabby hafalan itu sendiri. Jadi baginya, memahami makna atau bahkan ilmu tafsir serta penerapannya tidak penting.

Jadi lembaga ini jauh dari bimbingan guru yang ahli dalam bidang Al-Qur’an. Bahkan mereka meninggalkan sanad keilmuan. Maka tak heran jika rumah Qur’an ini bergerak dalam jurang basah yang hanya mempelajari hal-hal yang mengarah pada intoleransi. Pada akhirnya, rumah tahfiz ini menjadi tempat ternak paham radikalisme dan menghasilkan manusia radikal dan calon-calon teroris baru, karena sejatinya rumah tahfiz ini dibiayai oleh kelompok radikal-teror. Sayangnya, kadangkala masyarakat luas tidak tahu.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru