33.8 C
Jakarta

Rijikers Mati Syahid, Kata Siapa?

Artikel Trending

CNRCTRijikers Mati Syahid, Kata Siapa?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Kata siapa mati karena membela dan mengawal Rizieq Shihab itu mati syahid? Coba tunjukkan ayat al-Qur’an dan hadits yang menerangkannya. Tidak ada. Ke-syahid-an pembela dan pengawal Rizieq Shihab sak wasangka belaka. Tidak salah kalau mau dijadikan harapan dan do’a, hanya saja hal itu terlalu muluk, jika kita mencermati latar belakang, konteks dan tujuan dari gerakan Rizieq Shihab tersebut.

Mereka bukan sedang berjuang dan berperang di jalan Allah swt melawan orang-orang kafir yang memerangi agama Allah swt. Mereka sedang membela dan mengawal seseorang yang bernama Muhammad Rizieq Shihab, yang diduga dan dilaporkan melanggar hukum. Hukum yang dilanggar Rizieq Shihab sejatinya adalah hukum syari’ah yakni melanggar ketaatan kepada pemerintah yang sah dan melanggar UU  yang notabene di dalam Fiqh Jinayat dan Nizhamul ‘Uqubat fil Islam merupakan hukum Ta’zir/Mukhalafat.

Sesuai dengan prinsip pemerintahan dalam Islam, bahwa kekuasaan milik umat (al-sulthanu lil ummah). Untuk merealisasikan prinsip ini, umat memilih satu orang yang mereka percaya dan anggap mampu mengemban amanah kekuasaan dari mereka. Mayoritas umat di Indonesia telah memilih  Pak Jokowi pada Pemilihan Presiden 2019 lalu dan mengangkatnya menjadi Presiden. Presiden Jokowi adalah representasi dari umat. Oleh karena itu, Pemerintahan Presiden Jokowi sah secara syar’i. Hal ini tidak perlu diperdebatkan lagi, karena tidak ada khilafiyah di dalamnya.

Prinsip Ahlu Sunnah wal Jama’ah adalah taat dan tsiqah kepada pemerintah yang sah. Jika terbukti pemerintah melakukan maksiat, maka wajib dinasehati, dikoreksi (muhasabah lil hukkam) dan diperbaiki dengan jalan amar ma’ruf nahi munkar yang adil dan beradab. Cukup bagian yang terbukti maksiat saja yang diperbaiki. Bukan melawan, memberontak, mengkudeta dan menghancurkan keseluruhan dari sistem pemerintahan.

Melawan, memberontak dan mengkudeta pemerintah yang sah samalah artinya dengan melawan umat yang telah mengamanahi kekuasaan kepada Presiden Jokowi. Sekali lagi, umat adalah pemilik sejati dari suatu kekuasaan. Melawan, memberontak dan mengkudeta pemerintah yang sah juga artinya melepas bai’at antara individu warga negara dengan pemerintah sebagai wakilnegara. Dengan demikian, tidak ada ikatan bai’at antara Rizieq Shihab dan Rijikers dengan Presiden Jokowi sebagai ulil amri/imam.

Nabi Muhammad Saw bersabda:

مَنْ خَلَعَ يَدًا مِنْ طَاعَةِ اللهِ لَقِيَ اللهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَحُجَّةَ لَهُ، وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِيْ عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً

“Siapa saja yang melepaskan tangannya dari ketaatan kepada Allah, niscaya dia akan menjumpai Allah pada Hari Kiamat dengan tanpa mempunyai hujah. Dan, siapa saja yang mati sedangkan di atas pundaknya tidak terdapat baiat, maka dia mati dalam keadaan jahiliyah.” (HR Muslim).

من مات وليس عليه إمام مات ميتة جاهلية

“Barangsiapa yang mati tanpa memiliki imam, maka matinya adalah mati jahiliyah.” (Ibn Abu Asim di dalam kitab al-Sunnah, hal. 489)

Ibn Hibban juga meriwayatkan di dalam Sahihnya, jil. 7 hal. 49:

من مات بغير إمام مات ميتة جاهلية

“Barangsiapa mati tanpa Imam, matinya adalah mati jahiliyah.”

Para Wali Allah swt, orang-orang yang derajatnya di bawah para Nabi as, sangat memegang prinsip ini. mereka tidak melawan dan memberontak kepada pemerintah yang sah, bagaimanapun keadaannya. Mereka mencela kelompok khawarij. Sahl bin Abdullah at-Tustary rahimahullah berkata:

‏هذه الأمة ٧٣ فرقة ٧٢ هالكة كلهم يبغضون السلطان، والناجية هذه الواحدة التي مع السلطان.

“Umat ini terpecah menjadi 73 golongan, 72 golongan yang binasa semuanya mereka membenci pemerintah, sedangkan satu golongan yang selamat mereka inilah yang bersama pemerintah.” Qautul Qulub, jilid 2 hlm. 242).

Al-Imam Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata:

جور ستين سنة خير من هرج ساعة، فلا يتمنى زوال السلطان إلا جاهل مغرور أو فاسق يتمنى كل محذور.

“Ketidakadilan (pemerintah) selama 60 tahun lebih baik dibandingkan pembunuhan (akibat memberontak) sesaat saja, sehingga tidak akan berangan-angan lenyapnya penguasa kecuali orang yang bodoh dan tertipu atau orang fasiq yang mengangankan semua keburukan.” (Sirajul Muluk, hlm. 48).

Dalam konteks ini, perkataan dan perbuatan; Ajakan, seruan dan gerakan Rizieq Shihab dan Rijikers untuk melawan pemerintah adalah maksiat. Rizieq Shihab dan Rijikers bukan sedang menegakkan syariah dan bukan pula sedang membela Islam. Dari perspekstif syariah, Rizieq Shihab dan Rijikers adalah ahli maksiat. Zhahirnya maksiat kepada pemerintah yang sah, akan tetapi yang pada hakikatnya adalah maksiat kepada Allah swt.

Walhasil, mati karena membela dan mengawal Rizieq Shihab tidak bisa dikatakan mati syahid karena latar belakang, konteks dan tujuan mereka melawan pemerintah yang sah layaknya kaum khawarij yang diperangi Khalifah Ali bin Abi Thalib dan pasukannya. Wallahu a’lam bish shawab.

Ayik Heriansyah
Ayik Heriansyah
Mahasiswa Kajian Terorisme SKSG UI, dan Direktur Eksekutif CNRCT

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru