Harakatuna.com. Baghdad – Ribuan warga Irak pada hari Ahad (3/1) mengutuk penjajah Amerika. Anggapan masyarakat terhadap AS sebagai penjajah era baru meletus kuat setelah terbunuhnya Jenderal Sulaimani yang ditengarai dilakukan oleh AS.
Dalam peringatan satu tahun setelah serangan pesawat tak berawak AS menewaskan komandan Iran Qasem Solaimani dan rekan Irak-nya Letnan Abu Mahdi Al-Muhandis. Berawal dari kisah tragis ini warga Irak terus memandang AS sebagai musuh bebuyutan yang tiada ampun.
Dilansir dari media setempat, kejengkelan Irak terhadap AS telah lama bersarang. Namun perpecahan ini dipicu lagi oleh terbunuhnya Sulaimani yang menyejarah bagi warga Irak. Sehingga dari itu, aparat keamanan Irak bersumpah untuk menyerang AS habis-habisan pasca dilantiknya Biden.
Peringatan setahun kematian itu juga diadakan di Iran dan oleh para pendukung di Suriah, Lebanon, Yaman, dan tempat lain. Asharq Al-Awsat melaporkan bahwa negara pemerintah Irak tidak akan pernah berdamai dengan AS apapun kondisinya. Bahkan Meraka mengutuk penjajah Amerika sebagai musuh turunan.
Menjelang peringatan, para komandan Syiah telah kembali meningkatkan ketegangan regional pada pekan-pekan sebelum Presiden AS Donald Trump, yang memerintahkan pembunuhan, mengakhiri masa jabatannya di Gedung Putih.
Di Irak, jaringan paramiliter Hashed al-Shaabi atau yang dikenal sebagai Pasukan Mobilisasi Populer (PMF) pro-Iran yang dipimpin mendiang Muhandis, telah memimpin aksi-aksi berkabung dan marah atas kematian kedua komandan tersebut.
Ribuan pelayat berpakaian hitam pada Sabtu malam berkumpul di tempat dekat bandara internasional Baghdad, lokasi AS merudal dua kendaraan yang menewaskan Soleimani, Muhandis, dan delapan orang lainnya. Dalam aksi ini ribuan massa mendeklarasikan diri untuk menolak dan mengutuk penjajah Amerika.
Dengan cahaya lilin, mereka menghormati “para martir” mereka dan mengutuk “Setan besar” dan penjajah Amerika di lokasi, di mana dinding di dekatnya masih ditancapi pecahan peluru