30.8 C
Jakarta
spot_img

Resolusi Kebangsaan 2025: Mengarusutamakan Spirit Merawat Kebhinekaan

Artikel Trending

KhazanahOpiniResolusi Kebangsaan 2025: Mengarusutamakan Spirit Merawat Kebhinekaan
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Lembaran 2025 telah digelar. Segala cita dan asa bangsa Indonesia pada 2025 ini patut kita perjuangkan seoptimal mungkin. Kita sadar bahwa perjalanan 2025 ke depan penuh tantangan. Apalagi, dalam konteks Indonesia yang notabene adalah bangsa yang bhineka. Dari sini tentu perlu resolusi kebangsaaan yang matang. Jangan sampai kita terseret pada pusaran konflik yang melemahkan fondasi bangsa.

Bangsa ini yang Bhinneka ini tentu ingin tetap Tunggal Ika. Selalu toleran, bisa hidup berdampingan secara damai, harmonis, serta mampu bekerja sama menjalankan kehidupan berbangsa dan beragama. Meskipun, dalam kondisi objektif bangsa Indonesia yang majemuk; heterogen, kita tentunya sadar bahwa salah satu kunci sukses meniti kehidupan berbangsa adalah senantiasa menebar toleransi. Karena, toleransi adalah energi lembut yang menyatukan segala perbedaan.

Bangsa Indonesia diharapkan terus berusaha menciptakan hidup rukun dan saling menghargai di tengah kemajemukan identitas yang ada. Selama kita punya cita-cita dan keinginan kuat, tentu akan selalu ada celah terbuka untuk tumbuhnya sikap menghargai, menghormati, dan bersatu padu.

Adalah menjadi penting mengokohkan spirit toleransi ini. Senantiasa kita rawat untuk menjaga iklim kondusif. Senantiasa berdoa kepada Tuhan, dan tentunya dengan saling menghormati satu sama lainnya adalah kunci sukses meniti kehidupan berkebangsaan. Bagaimana mungkin umat beragama dapat hidup harmonis, bila tidak saling memahami; tidak saling toleran satu dengan lainnya. Bagaimana mungkin orang bisa menjalankan puasa dengan tenang jikalau toleransi tidak kita tegakkan.

Kalau kita kuliti sejarah Islam, sedari dulu agama Islam telah mengajarkan bagaimana berhubungan dengan umat agama lain yang dicontohkan langsung Rasulullah. Sebagai umat Islam juga harus senantiasa menyemai toleransi untuk menjaga kerukunan antar umat beragama. Sebagaimana telah diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada kita umatnya.

Banyak akhlak Rasulullah SAW yang bisa kita teladani, di antaranya laku kebangsaan adalah toleransi. Ini juga yang menjadi kunci kemajuan masyarakat Madani di Madinah kala itu. Pesan toleransi ini tampak jelas pada Piagam Madinah. Dengan piagam inilah diharapkan masyarakat Madinah kala itu yang notabene beragam tetap hidup rukun berdampingan. Kondisi seperti ini tentunya sama dengan Indonesia yang dikenal sebagai negara majemuk.

BACA JUGA  Generasi Terdidik dan Masyarakat Awam: Siapa yang Lebih Butuh Pemahaman Moderasi Beragama?

Makanya, akan sangat relevan jika toleransi sebagaimana diajarkan Nabi SAW, patut kita refleksikan dalam konteks keindonesiaan. Indonesia merupakan bumi bagi kita bersujud dan rumah kita bersama dalam menunaikan ajaran agama secara damai. Dan setiap kali perayaan hari besar agama apa pun kita harus menjaga toleransi ini.

Dalam kaidah fikih dikatakan laa yatimmu wajib illa bihi fahuwa wajib. Artinya, umat beragama tidak akan bisa menjalankan ibadahnya dengan baik, tenang, tenteram, dan merdeka dalam suatu negara yang terjajah dan terbelakang. Pemikiran-pemikiran pendek dan intoleransi yang akhir-akhir ini marak harus kita jauhi. Segala bentuk provokasi dan adu domba ataupun tindakan yang bisa memperkeruh suasana genting harus kita berantas sampai tuntas.

Laku toleransi menjadi syarat utama yang harus dipenuhi agar mampu meredam gesekan antar umat beragama. Sebaliknya, provokasi, adu domba, dan tindakan intoleran harus kita lenyapkan di tubuh bangsa ini. Ibarat shalat, kita harus memenuhi syarat dan rukunnya serta terlepas dari hadas kecil dan besar dengan bersuci lewat wudhu atau mandi besar. Tak ada tempat para provokator. Mereka adalah hadas besar bangsa yang harus disucikan.

Toleransi yang kita kobarkan tentunya bukan toleransi yang statis bersifat kaku. Namun, toleransi dinamis yang bersifat menyesuaikan dengan kondisi negeri. Mari sebagai bangsa yang menghargai segala keberagaman sudah sepatutnya kita jadikan momentum untuk merawat dan meningkatkan toleransi dalam kehidupan berkebangsaan.

Kita tentu tak ingin bangsa Indonesia terpecah belah, bangsa ini harus bersatu. Makanya, segala daya dan upaya harus senantiasa kita curahkan untuk membantu pemerintah dalam rangka meniti kehidupan beragama dan berkebangsaan. Mari kita songsong 2025 ini dengan semangat persatuan. Tentunya dengan tetap semangat guna menjawab berbagai tantangan kebhinekaan dengan langkah tegap penuh optimisme. Karena kebhinekaan bukanlah masalah yang harus kita ratapi tapi ia adalah anugerah bangsa yang harus kita syukuri.

Suwanto
Suwanto
Pengurus Takmir Masjid Kagungan Dalem, Lempuyangan Yogyakarta dan Pengajar di Pondok Dompet Dhuafa Jogja

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru