31 C
Jakarta
Array

Resep Takfirisme

Artikel Trending

Resep Takfirisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Belakangan ini, muncul kelompok keagamaan yang mempraktekkan agam secara serampangan. Dikatakan demikian karena laku beragama mereka jauh dari spirit agama yang dianut. Bagaimana tidak. Sama-sama menyembah tuhan sama, lafal syahadat pun tidak beda, pedoman hidup sama, juga ibadahnya sama-sama menghadap kiblat, tetapi hanya gara-gara tidak sepaham, dianggap kafir, sesat, dan sejenisnya.

Setidak-tidaknnya guna bersepon fenomena itulah, buku Islam Jalan Tengah yang ditulis oleh Yusuf Qardhafi hadir dihadapkan kita. Menurut ulama kelahiran Mesir itu, cara beragama tersebut akibat berlebihan dalam beragama. Sikap berlebih-lebihan dalam mengharamkan, lemahnya pengatahuan sejarah dan buruk sangka terhadap kelompok lain.

Buku ini merupakan telaah atas kelompok fundamentalis yang terjadi di pelbagai negara, termasuk Indonesia, yang menegasikan kembali masalah furu’iyah (pokok-pokok ajaran Islam) dalam karangka filosofis kolektivisme di tengah arus meluruhnya pemahaman keagamaan.

Dengan menelaah faktor penyebab sikap keekstreman keagamaan umat manusia, Yusuf memiliki pandangan bahwa, ada keseimbangan yang menyeluruh diantara sebab-sebab itu. Ada yang memang faktor agama, politis, ekonomis, psikologis, sosial, dan ada yang bersifat gabungan dari semua itu.

Buku ini sangat rekomended, karena penulisnya dapat memetakan secara mendalam, sumber ektremis bermula pada masyarakat sendiri; pada kontradiksi yang amat tajam, antara akidah dan prilaku, antara kewajiban dan kenyataan, antara agama dan politik, antara perkataan dan perbuatan, serta antara syariat Allah Swt. Dan ketetapan manusia. Tak hanya itu, pria yang memiliki nama lengkap Yusuf bin Abdullah bin Ali bin Yusuf ini kemudian mengelaborasi beberapa aspek mendasar terkait sikap ekstrem tersebut.

Resep

Buku ini mengajukan beberapa resep pengobatan agar umat Islam, menuju pada jalan tengah (moderat). Resep pengobatan.

Pertama, memahami yang detail dalam lingkup yang pokok. Perlulah kegairahan dalam pemkanaan nash-nash khususnya al-Qur’an, hadis-hadis dan sunnah Nabi Saw., serta menyalami sedalam-dalamnya tentang pelbagai periwayatan dan mampu memisahkan antara hukum dengan didasarkan atas suatu tradisi, kondisi dan prilaku pribadi, yang akan dieplimantasikan untuk memaslahatkan umat beragama demi memperindah kehidupan.

Kedua, membiasakan perasangka baik terhadap kaum muslim lain. Agar meninggalkan “kacamata kuda” saat memandang ke arah manusia, selain mereka, sehingga dapat memperkirakan adanya sifat-sifat kebaikan pada hamba Allah, dan mendahulukan baik sangka agar mereka menyadari bahwa kesucian adalah fitrah manusia, yang asli dan atas kehendak itulah menilai kaum muslim. Kita patut mendengarkan perkataan bijak bestari: “Daripada mengutuk kegelapan, nyalakanlah sebatang lilin untuk menerangi jalan!” (hlm.244).

Resep pengobatan yang telah di ajukan Yusuf dalam buku ini, barangkali haruslah diinternalisasikan dengan cara merombak paradigma kelompok ekstrem dewasa ini. Dengan membandingkan fungsi hakikat agama pada priode-priode awal perkembangan Islam dan masa kini. Dan merekonstruksi ajaran Islam yang terkandung di dalam ayat-ayat suci al-Qur’an dan hadist.

Jangan Kaku

Dengan begitu beragama tak akan merasakan kehampaan serta ketakutan bilamana dihadapkan pada persoalan yang sifatnya fleksibel dan relatif berbeda dengan pandangan kita. Karena kita tidak akan bisa melakukan penjeniusan pandangan (hukum) itu secara kaku karena situasi yang dihadapi oleh suatu masyarakat yang berbeda dengan situasi yang dihadapi masyarakat lain.

Adanya perbedaan dalam menghayati Islam merupakan suatu yang tidak dapat dihindari. Namun yang semestika kita lakukan adalah kelapagan hati dan menunjukkan bahwa Islam adalah yang senantiasa menempuh jalan tengah (wasath), dan membawa rahmat bagi semesta alam (rahmatal lil al-alamin).

Dengan pandangan Islam yang menampilkan diri sebagai sebuah agama yang toleran, moderat, dan adil tanpa harus kehilangan prinsip intrinsiknya, adalah napas segar yang harus ditampilkan dalam semangat keberislaman.

Buku ini sangatlah bernilai untuk diskursus keberagamaan Islam menuju cita-cita kefitrahan. Bagaimanapun kita patut menyadari semua perbedaan ini. Sudilah kita menghargai setiap kelompok, kerana setiap kelompok mempunyai sebagian ilmu, Oleh karena itu, barangkali mereka berpegang teguh dengannya, serta berusaha dengan welas asih menyadarkan orang-orang yang berselisih pendapat dengan mereka, agar menyetujui pandangan mereka. jika mereka menerima, patutlah kita berbangga hati, dan mereka menjadi idaman kita. Jika tidak, mereka tetap sebagai saudara kita dalam agama dan seiman [*].

Judul Buku      : Islam Jalan Tengah

Penulis             : Dr. Yusuf Qardhawi

Penerbit           : Mizan Pustaka

Cetakan           : 2017

Tebal               : 252 halaman

 

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru