30.9 C
Jakarta
Array

Relasi Akhlak Anak-Bapak (Bagian I)

Artikel Trending

Relasi Akhlak Anak-Bapak (Bagian I)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

“Tidak ada yang tidak iri pada bakat kemampuan seorang anak selain ayahnya”, kata Johann Wolfgang Von Goethe, sastrawan kenamaan Jerman.

Ayah seorang yang paling berjasa dalam kehidupan siapapun. Meskipun tiga kali Nabi saw menyebutkan ibu untuk selalu kita berbakti dan temani, namun kita tidak boleh menutup mata atas jasa-jasa ayah dibalik itu semua. Kita harus ingat, dialah satu-satunya manusia yang namanya akan selalu bersanding dengan nama kita mulai di dunia hingga di akhirat. Allah swt pun hingga bersumpah dengan ayah dan anaknya.

Seorang ayah pernah berkata kepada anak-anaknya, “Aku telah berbuat baik kepada kalian sebelum kalian ada di dunia ini”. Anak-anak pun bertanya, “Bagaimana bisa?” “Aku memilih untuk kalian seorang ibu yang tidak membawa aib bagi kalian”, jawab sang Ayah.

Kasih sayang seorang ayah merupakan hukum alam yang berlaku bagi setiap makhluk hidup. Hubungan emosional seorang bapak kepada anak-anaknya, yang tercermin dalam rasa kasih sayang, merupakan sebagian kecil dari satu rahmat kasih sayang yang dititipkan bagi penduduk dunia dari 99 rahmat kasih sayang Allah swt. Lalu apa yang bisa kita perbuat sebagai anak untuk membalas kebaikan ayah?

Sebagai seorang anak, berbakti kepada ayah adalah suatu keniscayaan. Apapun agamanya, apapun sukunya, apapun warna kulitnya, apapun bahasanya, semuanya sepakat berbakti pada orang tua merupakan suatu sikap kodrat manusia bermoral yang ditujukan bagi orang tuanya. Barangkali hanya melalui berbakti pada orang tua seorang anak setidaknya bisa sedikit membalas kebaikan dan kasih sayang keduanya.

Sejatinya berbakti kepada orang tua tidak perlu argumen apapun untuk melegalkannya. Hanya saja agama bergerak untuk selalu memberikan alarm bagi kelalaian manusia dengan nilai-nilai agama yang humanis itu. Menariknya sebagai pedoman agama Islam, Al-Quran mengingatkan manusia untuk berbakti hanya dengan kata ihsân yang berarti berbuat baik. Lihat Qs. Al-Baqarah [2]: 83, Qs al-Nisâ [4]: 36, Qs al-Nisâ [4]: 62, Qs. Al-Anʻâm [6]: 151, Qs. Al-Isrâ [17]: 23 dan Qs. Al-Ahqâf [46]: 15. Kata ihsân ini simpel namun sangat komprehensif.

Islam mengajarkan berbuat ihsân kepada siapapun walaupun terhadap orang yang berbuat jahat. Namun agama menekankan sikap berbuat baik itu untuk seseorang yang telah digarisbawahi oleh Al-Quran dengan kata penghubung bâ’, yakni ibu-bapak. Huruf bâ’ dalam bahasa Arab mempunyai fungsi ilshâq yang berarti melekat, ini penekanan pertama. Kedua, mendahulukan objek (wâlidayn) dari predikatnya (ihsânâ) memberikan kesan istimewa pada objek. Sehingga ihsân anak diharapkan selalu melekat dan terkhusus kepada orang tuanya, demikian pesan yang bisa ditangkap dari ayat-ayat Al-Quran tentang berbakti.

Ihsân seorang anak kepada orang tua terutama ayahnya sudah mencakup segala budi pekerti yang dituntunkan oleh manusia teladan terbaik, Nabi Muhammad saw. Setidaknya ada beberapa rincian akhlak yang diajarkan oleh agama Islam. Kesemuanya itu merupakan bagian-bagian terpenting yang terbingkai dalam ihsân dan berbakti kepada ibu-bapak. Penulis membagi ihsân kepada ayah menjadi tiga bagian; perasaan, ucapan dan tindakan.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru