29.8 C
Jakarta

Strategi Reinkarnasi Bukti FPI Tidak Akan Pernah Bubar

Artikel Trending

KhazanahTelaahStrategi Reinkarnasi Bukti FPI Tidak Akan Pernah Bubar
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Reinkarnasi, sebuah  kata yang tidak asing didengar, melambangkan sebuah makna atas suatu proses kelahiran kembali. Dalam ajaran Hindu, Proses kelahiran ini bisa terjadi pada semua makhluk. Hal ini karena, menjadi sebuah hukum alam bagi semua makhluk untuk menikmati segala perbuatan yang sudah dilakukan di masa silam.

Jika ia belum menikmati segala hasil atas perbuatannya, maka reinkarnasi menjadi suatu kenyataan yang tidak bisa dihilangkan, agar seseorang bisa memiliki kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidupnya.  Lalu, apa hubungannya FPI dengan reinkarnasi? Jawabannya sederhana, bahwa pembubaran FPI pada tanggal (30/12/20) silam nyatanya bukanlah tindakan yang final atas dilarangnya organisasi tersohor ini.

FPI terus menjelma menjadi apapun, dengan tujuan mendirikan “negara bersyari’ah”. Tujuannya baik bagi mereka (Simpatisan FPI) , akan tetapi mematikan “negara Indonesia” dengan melakukan berbagai kerusakan yang justru menghancurkan kesatuan dan persatuan. Ini yang banyak tidak disadari oleh para pengikut yang sekedar ikut-ikutan saja, membela habib, atau dengan dalih  membela “Islam” dll.

Beberapa waktu silam, menjadi kenyataan manis bagi orang-orang yang sudah lama sekali bosan mendengar perilaku FPI yang tidak pernah absen dari berbagai sorotan media. Saya rasa pada kenyataan ini, FPI semakin naik pamor keberadaaannya berkat ulahnya yang selalu bikin “gaduh”. Betapa tidak, ketika pemerintah seharusnya benar-benar fokus terhadap pemulihan ekonomi, masyarakat akibat Covid-19, nyatanya masih disibukkan dengan penanganan kasus-kasus FPI yang selalu berujung pada absurditas, serta tidak pernah menemukan titik terang.

Bagi para pengikutnya, atau bagi sebagian kelompok masyarakat. Kehadiran FPI memang perlu untuk menghiasi wajah Indonesia yang plural dan demokratis dengan kritikannya yang tajam serta semangat revolusioner yang tinggi, katanya. Tidak boleh rasanya jika kita menegasikan berbagai sikap dan perilaku baik yang ditorehkan oleh FPI dan para pengikutnya, hal ini tercantum jelas dalam firman Allah, yang artinya:

Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa, (Al-Maidah:8)

Kita boleh untuk tidak sepakat dengan perilaku-perilaku yang ditorehkan sebagai bagian dari prestasi. Nyatanya memang benar, kehadiran FPI menjadikan kenyataan semakin “rusak”, kelompok-kelompok intoleran semakin tinggi, kelompok “merasa paling benar” semakin mewabah dan menghiasi wajah penduduk Indonesia.

BACA JUGA  Menerapkan Sikap Toleran dalam Menghadapi Pemilu

Bagaimana tidak, ketika kita lihat berbagai aksi yang dihiasi dengan berbagai aksi frontal, kemudian diparipurnai dengan pengepungan rumah Menpolhukan di Madura. Semakin membuat jengah publik dengan tindak tanduk FPI yang suka menyakiti, bikin onar, bikin gaduh yang terus-terusan.

Pembubaran FPI bukan babak akhir dari kisah “manis” yang ditorehkan. Mereka gencar berjuang dengan mengganti nama Front Pesatuan Islam dengan dalih melanjutkan perjuangan, melawan rezim dzalim, membela agama, bangsa dan negara sesuai dengan pancasila dan UDD 1945 (Suara.com).

Masa Depan Front Persatuan Islam

Nama baru yang dideklarasikan oleh orang yang sama, yakni para pengurus FPI, Di antaranya Ketua FPI Ahmad Sabri Lubis hingga Sekretaris Umum Munarwan menunjukkan betapa gigihnya para FPI untuk terus membumikan “dirinya” kepada publik. Semakin disorot media, maka organisasi ini akan merasa “besar”, merasa menjadi “panglima” yang siap melawan rezim dzalim. Organisasi baru, FPI (Front Persatuan Islam) akan terus menggemakan semangat yang tinggi kepada para simpatisannya untuk berjuang, berjihad dll.

Mereka akan terus tersohor di pelosok negeri dengan berbagai aksi baru yang terus direncanakannya. Nasib yang sama, dimana terjadi pada organisasi HTI yang sudah “Illegal”, nyatanya terus diam-diam semakin berkembang, menggerogoti setiap pengikutnya dengan pemikira-pemikiran dibalut dengan “negara syari’ah”. Saya rasa, FPI harus belajar pada HTI tentang pergerakan lembutnya dalam berjuang di jalan Allah untuk ego kelompoknya sendiri.

Kedua organisasi ini akan terus jadi momok yang menakutkan bagi sejarah perjalanan NKRI. Mereka akan terus menjelma, lahir terus menerus meski sudah dimatikan. Sebagian besar orang, para ulama dan founding fathers terus berusaha untuk menjaga kuutuhan NKRI, sedang mereka berusaha untuk membubarkan melalui narasi “syariah” yang terus menggema. Semoga kita semua tidak turut serta menjadi bagian perusak. Wallahu a’lam

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru