33 C
Jakarta

Refleksi HSN 2022; Santri Harus Merancang Komunitas Muslim di Masa Mendatang

Artikel Trending

KhazanahTelaahRefleksi HSN 2022; Santri Harus Merancang Komunitas Muslim di Masa Mendatang
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

 

Saat ini kita telah merdeka
Mari teruskan perjuangan ulama
Berperan aktif dengan dasar pancasila
Nusantara tanggung jawab kita

Harakatuna.com- Kalimat di atas merupakan bagian dari lirik Mars Hari Santri yang dilantunkan dengan keras dan tegas pada setiap kegiatan pesantren. Betul saja, dalam sejarahnya, kelompok santri memiliki peran besar terhadap kemerdekaan negara Indonesia. Resolusi jihad yang digaungkan oleh KH Hasyim Asy’ari adalah pengingat bahwa, santri merupakan kelompok penting dalam upaya mencapai cita-cita kemerdekaan di masa silam. Peran itu juga menjadi refleksi pada perayaan Hari Santri tahun 2022 dengan kegiatan Simposium Khazanah Pemikiran Santri dan Kajian Pesantren (Mu’tamad) yang dilaksanakan di Sunlake Hotel, pada 21-23 Oktober 2022. Kegiatan ini juga meneguhkan spirit kebangsaan para santri dalam melihat masalah kebangsaan dan keindonesiaan yang cukup kompleks. Melalui kegiatan ini, para santri, mulai dari akademisi, pegiat pesantren hingga orang-orang yang masih menempuh pendidikan di pesantren dipertemukan untuk berbagi wacana keilmuan. Melihat bagaimana kontekstualisasi Islam pada masa kini, bisa menjawab masalah-masalah kekinian serta menjadi rujukan masyarakat muslim modern.

Dalam menjalankan kehidupan di pesantren, santri memiliki privilege untuk melaksanakan kehidupan dengan nilai-nilai agama yang sangat kompleks. sebab hanya di pesantren, seluruh kegiatan yang dilakukan dalam 24 jam bernuansa terhadap keilmuan. Mulai dari ilmu yang berasal dari kitab kuning, mengkaji al-Quran hingga mengkaji fikih-fikih kontemporer yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Pola pembelajaran di pesantren, tidak ada bandingan dengan pola pembelajaran di pendidikan lainnya.

Saya meyakini bahwa, setiap orang yang pernah belajar di pesantren, akan merasa sangat beruntung karena sudah belajar di Lembaga pendidikan tersebut. Karena, segala ilmu yang didapat dari pesantren. Mulai dari ilmu kehidupan, ilmu agama, dll. Momentum hari santri menjadi pengingat kepada setiap orang yang pernah di pesantren, menjadi alumni pesantren, untuk mengingat kembali setiap waktu yang pernah dihabiskan di pesantren. Bakti kepada kiai, NKRI, adalah tugas kehidupan yang dimiliki oleh santri sepanjang masa.

Tentu, hal ini berbeda dengan adik-adik kita yang masih menempuh pendidikan di pesantren. Ada yang merasa terpaksa karena orang tua, adapula yang merasa tertekan karena tidak memiliki referensi pendidikan yang baik selain pesantren, sehingga mau tidak mau, harus menempuh pendidikan di pesantren. Tentunya, ada pula yang menikmati kehidupan di pesantren dengan mengaji, mengikuti setiap kegiatan di pesantren, hingga memiliki kesadaran bahwa, pesantren adalah ruang terbaik yang dimiliki oleh santri untuk mengembangkan diri, dan meningkatkan pengetahuan agama dari berbagai ragam pendekatan.

BACA JUGA  Belajar dari Keberhasilan Fatayat NU Jawa Barat dalam Penanggulangan Radikalisme

Melalui proses yang cukup panjang, santri memiliki kelebihan dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya. Sebab proses yang ditempuh untuk belajar, lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak belajar di pesantren.  Lalu, pasca menempuh pendidikan pesantren, bagaimana tugas santri kepada masyarakat?

Merancang komunitas muslim di masa datang

Di tengah pergumulan wacana keagamaan sangat kuat, kondisi ini menciptakan komunitas muslim yang beragam. Kita dihadapkan dengan komunitas muslim yang memiliki kecakapan organisasi cukup kuat sehingga diminati oleh banyak anak muda. Kita, adalah orang-orang yang mengaku setia kepada NKRI dan Pancasila, dihadapkan dengan tantangan kelompok muslim cukup kompleks.

Pada momentum hari santri, resolusi jihad yang dikumandangkan oleh KH Hasyim Asy’ari, menjadi spirit untuk menciptakan jihad kontemporer yang tidak terbendung. Hal itu bisa dilihat dari narasi radikal di media sosial yang sangat banyak dan beragam.  Untuk itu, kita semua sebagai santri,  harus cerdas secara literasi, dan harus tahu mengenai bagaimana indikasi-indikasi yang kiranya terdapat penyebaran paham yang mengarah kepada radikalisme dan terorisme. Di samping itu, Santri perlu memahami strategi untuk mereduksi narasi radikal yang digaungkan. Pengetahuan tentang media sosial, menjadi ilmu yang sangat penting untuk dimiliki oleh seorang santri untuk berdaya dengan topik keilmuan yang dimiliki oleh masing-masing.

Hari santri adalah momen semua santri untuk terus menciptakan ruang agar senantiasa menutup kesempatan bagi kelompok muslim yang bertentangan dengan NKRI. Kita semua harus mampu menciptakan komunitas muslim yang bisa mengajak muslim lainnya agar terus berdaya meneguhkan peran kebangsaan. Wallahu a’lam

 

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru