Harakatuna.com – Pada Hari Pahlawan, yang diperingati setiap tangggal 10 November, kita diingatkan kembali dengan perjuangan para tokoh bangsa Indonesia dalam menegakkan kemerdekaan dan menjaga keutuhan NKRI. Hari ini, perjuangan bukan tentang lagi mengusir penjajah dari bumi pertiwi, akan tetapi perjuangan mempertahankan NKRI dari berbagai kelompok yang mencoba melakukan berbagai upaya dan propaganda, untuk memecah-belah bangsa Indonesia. Mengapa ini terjadi?
Seperti yang kita ketahui bahwa, tantangan masyarakat Indonesia tidak datang dari luar. Tidak ada lagi penjajah yang mencoba merebut bangsa Indonesia seperti yang terjadi sebelum tahun 1945 silam. Namun, justru tantangannya semakin kompleks dengan banyaknya masalah yang terjadi di Indonesia. Masalah kemiskinan, misalnya. Kemiskinan menjadi masalah yang sangat krusial di tengah kondisi perekonomian yang tidak stabil. Hutang Indonesia yang semakin naik, banyak pekerja yang di-PHK, hingga daya beli masyarakat Indonesia yang turun, menjadikan sebuah sinyal bahwa kondisi ekonomi kita sedang tidak baik-baik saja.
Bagaimana dampak kemiskinan ini berpengaruh buruk terhadap kondisi sosial masyarakat Indonesia dan menyebabkan kehancuran? Salah satu faktor penting dalam keterlibatan seseorang masuk lingkaran radikalisme-terorisme adalah kemiskinan. Ketika seseorang tidak memiliki kemampuan secara ekonomi untuk bertahan hidup, kemudian ada kelompok yang menjamin kesejahteraan, maka mereka akan memilih untuk masuk dalam kelompok tersebut, melalui ideologisasi. Tentu, loyalitas yang diberikan terhadap kelompok ini sangat besar, melebihi sikap nasionalisme. Sebab kecintaan terhadap Indonesia, dipatahkan dengan kondisi negara yang belum menjamin kesejahteraan bagi bangsanya.
Celah pada ruang di atas, perlu dipikirkan oleh kita semua dengan mengupayakan berbagai strategi, agar nasionalisme terus tegak pada setiap diri bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila perlu diberikan kepada segenap anak bangsa, pada ruang pendidikan, kehidupan masyarakat, dan memberikan pemahaman bahwa tugas yang perlu diemban saat ini adalah merawat Indonesia. Sebab Indonesia didirikan dengan susah payah dan perjuangan totalitas oleh para pendahulu. Mereka para pahlawan berupaya dengan sekuat tenaga dan mengusir kelompok yang ingin mendelegitimasi kebhinekaan Indonesia.
Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan upaya lebih konkrit di tingkat praktis terhadap penanaman nilai-nilai Pancasila di tingkat pendidikan. Pada tatanan pendidikan, pemahaman nilai-nilai Pancasila menjadi sangat penting karena dari sinilah perilaku individu berasal untuk dipraktekkan kepada masyarakat. Selain itu, pendidikan menjadi modal dasar bagaimana individu menampakkan perilakunya di tengah masyarakat.
Upaya Apa yang Bisa Dilakukan?
Pada momentum ini, Hari Pahlawan tidak hanya dikenang sebagai peringatan atas gugurnya para pahlawan yang sudah memperjuangkan Indonesia untuk terus berdiri tegak. Lebih dari itu, peringatan Hari Pahlawan adalah refleksi bersama yang harus direnungi oleh kita sebagai bangsa Indonesia untuk melanjutkan perjuangan. Melanjutkan perjuangan bukan berarti kita berperang seperti yang dilakukan di masa silam. Bangsa Indonesia pada hari ini menemukan banyak sekali tantangan. Dalam ranah pendidikan, masih banyak kita menemukan kasus diskriminasi atas nama agama.
Artinya, penanaman nilai-nilai Pancasila di sekolah hanya sekedar diajarkan, tapi belum mendalam yang bermuara pada praktik nilai yang menciptakan kultur kebhinekaan. Jika di tingkat pendidikan, kasus semacam ini masih kita temui, maka masih akan sangat banyak praktik demikian kita temukan di masyarakat. Diskriminasi atas nama agama, konflik antarkelompok, perpecahan antarsuku dan agama, adalah tantangan nyata yang dihadapi oleh bangsa Indonesia hari ini.
Di sinilah momentum Hari Pahlawan menjadi sebuah refleksi kita bersama, bahwa menjaga keutuhan NKRI pada hari ini, adalah tugas penting yang diemban oleh seluruh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, menjaga NKRI dari kelompok-kelompok yang berusaha memecah-belah bangsa adalah tugas kita bersama. Pancasila adalah dasar dari perilaku kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Wallahu A’lam.