Selasa, 4 Desember 2018 Pusat Penelitian kemasyarakatan dan kebudayaan (P3KK) LIPI, mengumumkan hasil risetnya mengenai intoleransi dan radikalisme di Indonesia. Riset ini dilakukan di sembilan Provinsi di Indonesia, yaitu Aceh, Sumatra Utara, Banten, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim DIY dan Sulsel.
Hasil risetnya cukup mencengankan, karena era milenial ini ditandai semakin kritisnya para pembaca, hal ini sesuai hasil riset yang di lakukan oleh LIPI, data yang diolah dengan Metode SEM (Structural Equation Model) menunjukan bahwa tingkat rasionalitas pembaca sosmed sangat rendah. Rendahnya tingkat rasionalitas ini berimbas pada penyebaran hoax yang sangat massif tanpa terbendung sehingga mendorong seseorang untuk bertindak intolerasni yang berujung pada radikalisme.
Risetnya ini dilakukan dengan cara menyebarkan angket mengenai kemunculan organisasi terlarang PKI, kriminalisasi ulama dan dan mengenai teori bumi datar, dari reiset ini menunjukan bahwa 42,8 % responden mempercayai akan kemunculan PKI, 52 % responden percaya bahwa kriminalisasi ulama benar terjadi, dan 22 % responden menyatakan setuju dengan teori bumi datar.
Melihat hasil riset ini, terutama tingkat kepercayaan responden yang terhadap berita tersebut mengakibatkan intoleransi dan radikalisme di Indonesia bisa meningkat, padahal berita tersebut sampai detik ini belom bisa dibuktikan kebenaranya.
Hal yang menjadi perhatian dalam riset ini adalah berita yang beredar mengenai ulama yang di kriminalisasi oleh Negara, hampir 50% responden mengetahui mengenai berita tersebut, dan yang mengkhawatirkan lebih dari 50% responden yang mengetahui berita tersebut tersebut mempercayainya. Hal ini dapat menimbulkan ketidakpercayaan terhadap pemerintah yang dapat berujung pada kestabilitas Negara, jika terus dibiarkan, berita-berita yang secara massif ini disebarkan akan menjadi suatu kebenaran. Inilah yang sangat berbahaya dari penyebaran hoax secara massif.
Di akhir pembicaraanya, Dr Cahyo Pamungkas sebagai kepala tim penelitian ini menyatakan bahwa 55% responden setuju dengan cara kekerasan untuk menghentikan aliran sesat, dan 5% dari 1700 responden menyatakan setuju dengan adanya ISIS.
Dengan demikian sangatlah berbahaya apabila hal yang demikian terus dibiarkan, harus ada penangan secara khusus adar intoleransi dan radikalisme bisa ditekan jumlahnya.
[zombify_post]