26.9 C
Jakarta
Array

Ramadhan dan Spirit Anti Radikalisme

Artikel Trending

Ramadhan dan Spirit Anti Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Beruntung sekali di tahun ini kita masih menjumpai semarak Ramadhan, bulan yang didambakan oleh umat Islam. Betapa tidak, menurut sebuah riwayat, para nabi sebelum Rasulullah SAW juga turut mengagungkan bulan penuh rahmat ini, bahkan mereka ingin turut merasakan menjadi umat nabi Muhammad Saw karena hanya umat beliaulah yang diperkenankan oleh Allah menemui bulan Ramadhan

Ramadhan identik dengan istilah bulan penuh rahmat dan kasih sayang. Pengistilaahan tersebut tak lepas dari aktivitas-aktivitas yang dijalani di bulan Ramadhan selalu mengedepankan nilai-nilai kasih sayang dan kebersamaan. Bisa kita lihat betapa orang banyak bersedekah makanan, takjil, mengadakan acara buka bersama, santunan anak yatim dan lain sebagainya. Tentunya ritus ini menjadi suatu pondasi untuk menebar kasih sayang.

Kasih sayang menjadi perilaku solidaritas kemanusiaan yang akan memupuk keharmonisan di tengah masyarakat yang berbhineka. Apalagi belakangan ini, solidaritas kamanusiaan di Indonesia kembali tercoreng dengan adanya teror-menteror melalu ledakan bom di beberapa wilayah nusantara yang dilakukan oleh kelompok yang bisa dinilai minim nilai solidaritas kemanusiaannya.

Perilaku radikalisme tersebut tentu saja akan merusak keharmonisan kebhinekaan yang sudah lama dirajut oleh bangsa Indonesia. Tentunya alasan keyakinan atau agama tidak bisa dijadikan pembenar untuk menghalalkan segala cara, apalagi sampai mencederai solidaritas kemanusiaan. Memang perdebatan mengenai masalah makna jihad, radikalisme dan kemanusiaan sudah lama menjadi perdebatan di berbagai negara, hingga sebagian besar manusia yang bersih akalnya akan mengecam perilaku radikalisme tersebut. Namun faktanya masih banyak kejadian yang silih berganti menandai bibit-bibit radikalisme masih saja tumbuh di negeri ini.

Upaya demi upaya telah dilakukan baik dari pihak yang bertanggung jawab dengan keamanan negara ataupun pihak yang bertugas mensosialisasikan pencegahan radikalisme di sebuah negara. Namun segelintir kelompok yang memandang dogma dan syariat secara tekstual yang bersifat baku tetap saja mengambil ancang-ancang, strategi untuk melawan pencegahan dan pengecaman tersebut.

Perilaku mereka benar-benar terlepas dari nilai solidaritas dan kasih sayang tehadap sesama manusia. Ramadhan menjadi momentum yang tepat untuk merefleksikan nilai-nilai kemanusian dan kasih sayang terhadap sesama, karena tidak bisa dipungkiri bahwa mereka yang terlibat dalam perilaku radikalisme salah satu alasannya bukan saja masalah jihad, agama atau keyakinan, melainkan merasa terpinggirkan oleh golongan, masyarakat ataupun pemerintah. Sehingga dengan realita tersebut mereka begitu mudah menerima paham yang menjanjikan kebahagiaan dunia dan akhirat, yang tidak mereka rasakan di kehidupan sebelumnya.

Dengan memakai sudut pandang yang lebih luas disertai rasa kasih sayang yang mendalam terhadap sesama., Manusia akan memandang keyakinan, golongan dan kelompok keagamaan sebagai sebuah kesepakatan pada prinsip solidaritas kemanusiaan. Karena pada dasarnya manusia memang memiliki hak untuk memilih jalannya masing-masing untuk sampai kepada tujuan, termasuk sampai kepada Tuhan. Dalam etika global pun tidak mengharuskan semua untuk diseragamkan, apalagi dengan paksaan yang mendegradasi nilai kemanusiaan.

Berbicara mengenai prinsip menyikapi perbedaan untuk mendapatkan nilai mendasar dari kemanusiaan, kita mengenal sebuah prinsip epistemologis yaitu “transiden” yang berarti berjalan melampaui (to go beyond). Dalam artian bahwa kita dalam menyikapi dinamika kebhinekaan harusnya selalu terus menerus melampaui apapun dan secara permanen melihat ke depan, melampaui dogmatisme dan rumusan baku dari sebuah ajaran. Tentu transiden yang dimaksud di sini bukan untuk mengubah atau melampaui ketentuan yang bersifat aqidah, melainkan untuk melampaui ego identitas yang menjadi latar belakang matinya respect  terhadap manusia yang berbeda golongan atau keyakinan.

Dengan pemahaman transiden dan juga pemupukan nilai kemanusiaan yang dilengkapi kasih sayang terhadap sesama umat manusia, maka kebhinekaan akan terjaga secara harmonis. Hal ini yang kemudian akan menjadi prinsip mempertahankan kebhinekaan yang kian waktu, kian dipermasalahkan. Kedamaian sebuah negeri akan tercapai ketika solidaritas sesama warga negaranya kian erat dan saling bersinergi. Maka di momentum yang tepat ini, seharusnya kita bahu-membahu menebar kasih sayang terutama terhadap mereka yang merasa terpinggirkan ataupun mereka yang disinyalir mulai mensetujui paham radikalisme.

* Wasis Nur Naini, Mahasiwa Fakultas Syariah di IAIN Ponorogo

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru