31 C
Jakarta

Ramadhan Bukan bagi Kelompok Radikalis

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanRamadhan Bukan bagi Kelompok Radikalis
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Tak terasa kita sudah melewati hari demi hari di bulan Ramadhan. Kendati hampir masyarakat Indonesia banyak beraktivitas di rumah saja, karena mematuhi imbauan pemerintah. Tiba-tiba sudah masuk pertengahan terakhir bulan. Di mana pada pertengahan bulan ini Ramadhan menghadirkan momen Nuzulul Qur’an dan Lailatul Qadar.

Nuzul Qur’an adalah peringatan turunnya Al-Qur’an. Karena, dalam surah al-Qadar ayat 1, disebutkan Al-Qur’an diturunkan pada Lailatul Qadar, yakni malam yang penuh dengan kemuliaan. Sehingga, dengan memperingati turunnya Al-Qur’an ini masyarakat mendapatkan berkahnya.

Sedang, Lailatul Qadar ini adalah momen yang tak kalah menariknya di benak banyak orang di penjuru dunia, tak terkecuali di negara Indonesia, terlebih lagi di pedesaan. Masyarakat berlomba-lomba menunggu Lailatul Qadar datang dengan penuh kekhusyukan.

Harapannya, kehadiran Ramadhan dengan bonus Lailatul Qadar dan Nuzul Qur’an dapat memberikan pesan positif yang dapat diterima oleh siapa saja yang menginginkannya. Pesan positif ini tentu bukan bagi mereka yang gemar bertindak radikal.

Diriwayatkan dalam hadis Nabi Saw.: Barang siapa memberikan buka puasa dari hasil kerjanya yang halal maka para Malaikat akan mendoakannya dengan pengampunan di seluruh malam-malam Ramadhan, dan Malaikat Jibril akan menjabat tangannya di Lailatul Qadar. Dan barang siapa yang dijabat tangannya oleh Malaikat Jibril maka hatinya akan menjadi lembut dan air matanya menjadi deras. (HR. Imam Baihaqi).

Hadis ini mengabarkan orang yang berhasil meraih Lailatul Qadar. Mereka akan menjadi lembut hatinya. Dengan kelembutan hati ini mereka akan memperlihatkan wajah yang ceria dan meneduhkan sehingga siapa saja yang memandangnya akan menjadi tenang. Lebih dari itu, sikapnya sangat santun, tidak egois, bahkan bukan teroris.

BACA JUGA  Memaknai Mudik pada Tahun Ini

Sikap kelembutan ini adalah bagian dari sikap umat yang moderat. Mereka berdakwah dengan hati, bukan dengan nafsu. Mereka mengislamkan orang lain dengan hidayah bukan dengan ego.

Ketenteraman sebagai efek dari Lailatul Qadar dapat mendamaikan siapa saja yang ada di sekitarnya. Jelas, ini bukan berbentuk aksi-aksi radikalis-teroris yang meresahkan banyak orang. Sehingga, kesan Islam karena teroris telah tercoreng dengan cibiran keras: “Islam itu agama teror.”

Saya pikir, Ramadhan adalah penentu masa depan manusia. Jika Ramadhan sebagai “riyadhah“, pelatihan, atau training, tentu kita adalah pesertanya. Peserta yang berhasil akan menghadirkan kebahagiaan, baik di benak si pelaku maupun di hati orang lain. Lebih dari itu, menghormati satu sama lain, karena semua adalah saudara.

Ibadah pada bulan Ramadhan jangan sampai sebatas rutinitas tahunan yang terlihat indah di permukaan dan keropos di dalam. Sehingga, tidak ada pesan dan kesan yang diraihnya. Ramadhan malah nanti bukan semakin menyadarkan manusia membangun sikap sosial yang baik.

Seperti yang banyak kita tahu dalam Al-Qur’an, Ramadhan adalah bulan untuk meraih takwa. Rasa takut melakukan dosa dan memilih dekat kepada Allah. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. al-Baqarah/2: 183).

Sebagai penutup, raihlah pesan Ramadhan yang mengubah peradaban semakin baik. Masyarakat dapat menyadari Ramadhan bukan hanya menghindari makan-minum, tapi menumbuhkan nilai-nilai sosial dan sufistik.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru