34.3 C
Jakarta

Ramadan: Momentum Transformasi Ajaran Nir-Kekerasan

Artikel Trending

KhazanahOpiniRamadan: Momentum Transformasi Ajaran Nir-Kekerasan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Ramadan merupakan bulan mulia bagi umat Islam. Keberkahannya bahkan menjangkau ke seluruh manusia tanpa pandang agama. Misalnya saja dalam aspek sosial dan ekonomi. Kondusivitas Ramadan membuat kondisi sosial secara umum menjadi lebih aman dan nyaman. Perputaran ekonomi Ramadan juga dapat dinikmati seluruh pihak, tak terkecuali non-Muslim.

Nuansa bulan suci Ramadan tahun ini, menjelang permulaannya kemarin, ternodai oleh oknum yang melakukan kekerasan. Pertama adalah kasus bom bunuh diri Makasar dankedua adalah penyerangan Mabes Polri. Kejadian ini kembali patut dikutuk, apalagi terjadi jelang bulan suci Ramadan.

Ramadan yang sejuk dan kondusif menjadi momentum strategis guna mengoptimalkan ibadah, baik vertikal maupun horizontal. Salah satunya dalam membangun iklim kedamaian nirkekerasan. Transformasi ideologi Islam yang sejatinya penuh kedamaian dan nirkekerasan mesti dikuatkan di bulan Ramadan.

Ajaran Ramadan

Ramadan atau bulan puasa adalah sarana latihan mengendalikan diri. Bulan latihan juga penting dilakukan dengan latihan pula. Dengan demikian latihan pengendalian sudah penting dilakukan jelang Ramadan. Rasulullah SAW memberikan teladan menyambut Ramadan sejak tiga bulan sebelumnya dan semakin meningkat hingga sebulan sebelum Ramadan.

Muslim harus memiliki tekad yang kuat (‘azm) serta niat yang tulus dan jujur untuk mengoptimalkan Ramadan. Selanjutnya tekad yang kuat (‘azm) dan niat yang tulus tersebut akan membuat seseorang produktif dalam mengisi bulan berkah ini dengan berbagai ibadah dan amal saleh.

Dosa dan maksiat dapat menghalangi seseorang dari ketaatan. Sebab, dosa dan maksiat dapat mengotori dan menutupi hati. Pemilik hati yang tertutupi oleh karat dosa dan maksiat biasanya berat melakukan ibadah dan amal saleh. Untuk itu mesti melakukan taubat selama Ramadan.

Selama Ramadan, muslim juga harus membersihkan hati dari sifat jahat dan buruk terhadap sesama muslim. Dendam dan dengki (hasad) merupakan sifat tercela. Sementara terbebas dari sifat tercela tersebut merupakan ciri orang beriman dan bertakwa. Muslim hendaknya membersihkan dirinya dari sifat buruk ini. Agar ia berpuasa dengan hati yang bersih dan dada yang lapang.

BACA JUGA  Rekonsiliasi Pasca-Pemilu: Jalan Menjaga Solidaritas Kebangsaan

Agar dapat melaksanakan amaliah Ramadan dengan hati tenang. Jangan sampai berbagai kebaikan yang dilakukan berupa shiyam, qiyam, sedekah, tilawah, dan ibadah lainnya menjadi sia-sia karena sifat dengki (hasad). Sebab hasad dapat melahap kebaikan seperti api yang menghanguskan kayu bakar.

Anjuran Kedamaian

Esensi puasa adalah menahan nafsu dari perbuatan yang buruk. Di antara perbuatan buruk adalah kebencian dan kekerasan. Benci yang dianjurkan adalah benci terhadap kemungkaran dan perbuatan buruk lainnya.

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka hendaknya dengan lisannya. Dan apabila tidak mampu lagi maka dengan hatinya, sesungguhnya itulah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim).

Kemungkaran yang dibenci dalam hati masih selemah iman. Naik sedikit adalah melawan dengan ujaran perbaikan. Kebencian yang serampangan apalagi hanya berdasarkan unsur SARA semata jelas tidak dianjurkan agama. Benci menjadi pintu masuknya dendam dan dengki. Sebagaimana diuraiakan di atas kedua sifat ini adala tercela. Selama Ramadan tentunya benci semacam ini harus dijauhkan dari diri umat Islam.

Sebaliknya Ramadan harus dihiasi dengan sifat dan aktualisasi kedamaian dan welas asih. Kekerasan hingga menimbulkan korban pasti ditolak ajaran agama. Untuk itu mesti lahir dalam setiap diri ini kutukan terhadap kekerasan. Kutukan dalam hati masih lumayan meski selemah-lemah iman. Lebih baik jika kutukan digaungkan sebagai bentuk perlawanan.

Kutukan terhadap kekerasan mesti dibuktikan dan diwujudkan dengan laku kedamaian. Ajaran Islam yang penuh kedamaian mesti dibumikan. Pembumian ajaran berkedamaian yang gencar sejak dini merupakan upaya efektif mencehak radikalisme dan terorisme.

Upaya di atas sejalan dengan pendekatan terbaru BNPT yaitu soft approach atau pendekatan lunak. Berbeda dengan penindakan yang hanya bisa dilakukan pihak berwenang, pendekatan lunak dapat bahkan wajib melibatkan semua pihak. Termasuk di dalamnya adalah umat Islam yang mayoritas di negeri ini.

Salah satunya mengoptimalkan Ramadan dengan melawan kekerasan dan membumikan kedamaian. Aktualisasi ini mesti dilanjutkan dan ditingkatkan hingga pasca Ramadan secara berkesinambungan.

Ribut Lupiyanto
Ribut Lupiyantohttps://www.www.harakatuna.com/
Konsultan, Peneliti, Deputi Direktur Center for Public Capacity Acceleration (C-PubliCA). Website: www.ributlupiyanto.com

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru