31 C
Jakarta
Array

Rajab: Pesan Allah untuk Aktivis Medsos

Artikel Trending

Rajab: Pesan Allah untuk Aktivis Medsos
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Saat ini, segenap umat Muslim sedang menyongsong bulan rajab. Melalui surat at-Taubah: 36, Allah memberikan pesan indah nan mempesona. Bahwa bagi umat Islam, dianjurkan untuk menghormati empat bulan yang dimuliakan. Sebagaimana teks yang berbunyi, “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu (lauhul mahfudz). Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.”

Penggalan ayat di atas, menegaskan akan satu hal yang sangat menarik. Bahwa Allah sebagai robbul ‘alamin, memerintahkan –menurut penulis- tak hanya bagi kaum muslimin, namun juga kepada seluruh umat manusia untuk menghormati dengan cara sangat manusiawi, yaitu fa laa tudzlimu fi hinna anfusihim (jangan berbuat aniaya dalam bulan itu).

Mengomentari ayat Ini, Begawan tafsir kawakan, Ibnu Katsir menyatakan dalam karyanya bahwa:

وقال تعالى : فلا تظلموا فيهن أنفسكم : أي : في هذه الأشهر المحرمة ؛ لأنه آكد وأبلغ في الإثم من غيرها ، كما أن المعاصي في البلد الحرام تضاعف ، لقوله تعالى(: ومن يرد فيه بإلحاد بظلم نذقه من عذاب أليم) [الحج : 25] وكذلك الشهر الحرام تغلظ فيه الآثام ؛ ولهذا تغلظ فيه الدية في مذهب الشافعي ، وطائفة كثيرة من العلماء ، وكذا في حق من قتل في الحرم أو قتل ذا محرم

“Allah Ta’ala berfirman maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan (haram) yang empat itu. Maksudnya pada bulan-bulan haram ini, karena dosa (pada bulan-bulan tersebut) lebih kuat dan lebih parah dibandingkan pada bulan-bulan selainnya, sebagaimana kemaksiatan di tanah suci (Makkah dan Madinah) dilipatgandakan (dalam masalah besarnya dosa), berdasarkan firman Allah Ta’ala. Dan barangiapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih (Al-Hajj:25).

Demikian pula kemaksiatan (yang dilakukan) pada bulan-bulan haram, (juga) bertambah berat kadar dosa-dosa (yang dilakukan). Oleh karena itu, menurut madzab Syafi’iyyah dan banyak ulama memandang bahwa tebusan (diyat) (juga) bertambah besarnya pada bulan-bulan haram. Demikian pula orang yang melakukan pembunuhan di tanah suci atau membunuh saudara yang masih ada hubungan mahram dengannya” (Tafsir Ibnu Katsir: 3/26)

Rajab; Pesan Langit Untuk Pegiat Medsos

Di era millennial, interaksi manusia paling banyak terkuras habis melalui media sosial. Maka, jika dulu nabi Muhammad pernah menyatakan, salamatul insan fii hifdzil lisan (keselamatan manusia banyak diperoleh saat mampu menjaga lisannya), maka kontekstualiasi hadits ini dapat dipahami di era media sosial dengan, salamatul insan fii hifdzil status (selamatnya manusia hari ini, banyak didapatkan ketika mampu menjaga narasi statusnya).

Apa yang dimaksud dengan menjaga status? Dalam konteks tulisan ini adalah, menurut hemat penulis, maksiat di zaman now, tak hanya berupa maksiat lisan, mata, telinga, perut, kaki yang banyak diulas dalam kitab sulam taufiq sebagaimana kita pernah nyantri di zaman dulu. Namun, maksiat yang paling merajalela dewasa ini adalah semakin tak terkontrolnya ujaran kebencian, hinaan dan cacian yang diumbar melalui media sosial.

Saat ini, kita sangat mudah mendapatkan bagaimana seorang tokoh besar organisasi Islam, tokoh masyarakat yang sangat disegani, bahkan sampai aparatur dan lambang Negara, polisi dan presiden, tak luput dari ujaran yang terlahir dari virus kebenciaan. Ironisnya, seringkali hinaan itu cenderung tak manusiawi, meruntuhkan nalar kemanusiaan.

Untuk itulah, penggalan ayat yang menyatakan yaitu fa laa tudzlimu fi hinna anfusihim di atas, bisa dimaknai dalam konteks kekinian bahwa pada bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab, mari bersegara meninggalkan dan berhenti memproduksi, mempublikasi, mem-broadcast ujaran kebencian, hoax dan narasi-narasi lain yang dapat menyuburkan bibit permusuhan dan kebencian antar sesama bangsa Indonesia, sesama umat islam. Karena, dengan jalan itulah, untuk era sekarang, sama halnya kita sedang berusaha menghormati dan memuliakan bulan yang telah di-haram-kan (dimuliakan) oleh Allah SWT.

Usaha ini, tentu saja dengan selalu diiringi dengan meminta petunjuk, bimbingan dan pertolongan Allah melalui doa yang senantiasa kita panjatkan, Allahumma bariklana fii rojaba wa sya’bana, wa ballighna fi Ramadlana.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru