Harakatuna.com. Jakarta. Organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sengaja mengutip ayat Al-Qur’an yang menyebutkan kata khalifah. Kemudian, HTI mengutip penjelasan para mufassir terkait hukum nashb al-imam (pengangkatan pemimpin).
Hal tersebut, menurut Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Ishomuddin, tidak ada hubungannya sama sekali.
Kiai muda asal Lampung itu menyebut HTI telah mengkhianati konsensus atau kesepakatan kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pasalnya, NKRI merupakan hasil kesepakatan final bersama seluruh rakyat Indonesia dalam mendirikan negara.
“Ide dan tujuan HTI yang berjuang untuk mendirikan negara bebentuk khilafah islamiyyah adalah bentuk pengkhianatan atas konsensus kebangsaan (al-mu’ahadah al-wathaniyyah). Dan bukti nyata perlawanan terhadap kesepakatan final seluruh rakyat Indonesia tentang bentuk negara kita,” ungkap Kiai Ishom, sapaan akrabnya, seperti dilansir NU Online pada Kamis (15/3).
Kiai Ishom mengatakan bahwa perilaku HTI jelas menentang sikap kebangsaan dan kenegaraan seluruh pendiri bangsa. Khususnya, perjuangan mendirikan NKRI yang tidak bisa dipisahkan dari perjuangan para ulama, kiai, santri, dan warga NU.
“Pernyataan tersebut bukanlah omong kosong karena dapat dibuktikan dengan banyaknya tokoh NU yang bergelar sebagai pahlawan nasional,” katanya sembari menyebut sejumlah ulama dan kiai. Di antaranya Hadlratussyeikh KH Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahid Hasyim, KH Zainul Mustofa Tasikmalaya, KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Idham Chalid, dan KH As’ad Syamsul Arifin dari Situbondo.
Sumber : NU Online