30.9 C
Jakarta

Radikalisme Mengancam Kedaulatan NKRI?

Artikel Trending

KhazanahResensi BukuRadikalisme Mengancam Kedaulatan NKRI?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Judul buku:  Islam dan Radikalisme di Indonesia. Penulis: Afadlal, Awani Irewati, Dhuroruduin Mashad, Dkk. Jumlah Halaman: xiv + 317 hlm. Penerbit : LIPI Press, Anggota IKAPI, Editor/Peneyelaras Kata: Endang Turmudi, Riza Sih budi. Desain Cover: Rahmatika Creative Design.

Era milenial seperti saat ini begitu gencarnya gerakan yang menjurus kepada radikalisme. Salah satu bentuknya adanya ajakan jihad yang salah kaprah dan sering dipahami sebagai legitimasi kekerasan. Hal ini karena jihad diyakini sebagai berperang melawan kaum kafir yang memerangi Islam dan membunuh kaum Muslimin.

Dalam konteks ini, kendati sesungguhnya sebutan kafir dan munafik bagi Zionis (Yahudi) dan Salibi (Kristen), kurang pada tempatnya, namun ideologi tersebut telah mengkristal sebagai ideologi jihad kelompok pelaku kekerasan. Misalnya dapat dilihat pada berbagai statemen pelaku peledakan bom Bali. Oleh karena itu, dapat dipahami mengapa misalnya, pernyataan Imam Samudera, salah seorang pelaku bom Bali, justru meyakini dan memahami apa yang dilakukannya sebagai melawan teroris, yakni Amerika. Dengan demikian, ia menggapnya sebagai jihad fi sabilillah.

Kini di era keterbukaan dan kebebasan telah muncul berbagai gerakan-gerakan  Islam yang cukup radikal. Disebut radikal karena para pengikutnya terkadang melakukan aksi-aksi yang melanggar ukuran normal atau sangat keras dan kasar. Kasus-kasus seperti ini tentunya sangat sering kita jumpai secara nyata maupun dalam media elektronik atau media cetak.

Aksi-aksi yang dilakukan gerakan-gerakan radikal tersebut antara lain mereka mendatangi tempat-tempat hiburan dan kemudian merusak atau mengobrak-abriknya karena dianggap sebagai pusat maksiat. Konsep jihad, yang salah kaprah itu dipahami berdasarkan penahapan hukumnya, yakni pertama, menahan diri, di mana umat Islam diperintahkan untuk menahan diri dari segala macam ujian, cobaan, celaan, serangan dan penindasan kaum kafir.

Kedua, tahapan diizinkan memerangi kaum kafir yang juga memeranginya; ketiga, tahap diwajibkan memerangi secara terbatas, yakni ketika kaum Muslim diperangi dan disiksa oleh kaum kafir, maka wajib baginya jihad; keempat, tahap diwajibkan memerangi seluruh kaum kafir dan munafik.

Problematika dan fenomena radikalisme Islam telah makin membesar karena pendukungnya juga semakin meningkat. Tetapi antara gerakan-gerakan Islam radikal ini terkadang juga mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Ada yang hanya sekadar memperjuangkan implementasi syariat Islam tanpa harus keharusan mendirikan “Negara Islam” namun ada pula yang yang memperjuangkan berdirinya “Negara Islam”.

BACA JUGA  Hadis-hadis tentang Politik Kebangsaan; Sebuah Telaah

Di Indomesia sendiri telah banyak bermunculan gerakan-gerakan Islam radikal seperti FPI yang baru saja dibubarkan, MMI, HTI dll. Namun antara Masing-masing organisasi radikal tersebut mempunyai  pola organisasi masing-masing mulai dari  gerakan moral ideologi seperti Majelis Mujahiddin Indonesia dan Hizbut Tahrir Indonesia sampai kepada gaya militer seperti Laskar Jihad, Front Pembela Islam (FPI), dan Front Pemuda Islam Surakarta (FPIS). Meskipun mempunyai pola organisasi yang berbeda-beda, umumnya mereka mempunyai persamaan dalam satu hal yaitu menghendaki penerapan syari’at di bumi Nusantara ini.

Munculnya gerakan-gerakan Islam radikal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain, gerakan-gerakan tersebut muncul sebagai reaksi atas maraknya kemaksiatan dan premanisme yang makin terjangkau oleh hukum, dst. Sebenarnya terdapat dua konsep penting yang dipunyai oleh tiap-tiap agama yang biasanya mempengaruhi pola pikir para pemeluk-pemeluknya serta memengaruhi dalam berhubungan di antara mereka, yakni: fanatisme dan toleransi.

Dua konsep inilah harus dipraktikkan secara seimbang, karena ketidakseimbangan antara keduanya akan menyebabkan ketidakstabilan sosial antar para pemeluk agama. Ketika fanatisme terlalu kuat, sementara toleransi rendah maka pada pemeluk  suatu agama akan muncul sikap permusuhan terhadap pemeluk agama yang lainnya.

Tetapi jika toleransi yang lebih dominan pada diri seorang pemeluk agama eksistensi agama mereka akan melemah karena dalam situasi ini para pemeluk agama tidak merasa bangga dengan agama yang dia peluk.

Sehingga terkesan agama tidak lebih hanya sekadar sebagai ritual yang tidak punya makna apa-apa karena agama bersangkutan sama derajat dan kebenaranya dengan Agama lainya yang ada.

Buku ini menyajikan kajian yang banyak positifnya mengambarkan tentang terkait radikalisme. Namun kekurangan juga tidak alpa menghampirinya. Di antaranya dalam pembahasan buku ini hanya berisi wacana-wacana atau tulisan saja tanpa disertai dengan cuplikan gambar-gambar yang terkait dengan pembahasan dalam buku.

Mungkin jika disertai cuplikan gambar-gambar dalam tiap-tiap pembahsan dalam buku akan bisa menambah semangat membaca bagi yang membacanya. Selain hanya berisi wacana dan  tulisan saja, dari desain grafis pada tiap-tiap halaman dalam buku ini juga terkesan biasa-biasa saja, kurang menarik. Mungkin jika disertai hiasan-hiasan seperti ornamen-ornamen atau yang lainya, sehingga si pembaca tidak merasa jenuh atau bosan dalam membaca bukunya.

Tgk. Helmi Abu Bakar El-Lamkawi
Tgk. Helmi Abu Bakar El-Lamkawi
Guru Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga dan Dosen IAI Al-Aziziyah Samalanga, Bireuen dan Ketua PC Ansor Pidie Jaya, Aceh.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru