30 C
Jakarta

Radikalisme dan Budaya Kegiatan Keagamaan di Tengah Pandemi Corona

Artikel Trending

KhazanahRadikalisme dan Budaya Kegiatan Keagamaan di Tengah Pandemi Corona
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Radikalisme adalah sikap keras yang bertentangan dengan sikap moderat dalam beragama. Radikal dengan segala bentuk kesesatan yang ada membuat perilaku ekstrem yang membuat diri atau golongan paling benar, memahami al-Qur’an dan Hadits dengan kaidah golongannya masing-masing tanpa mempertimbangkan unsur-unsur yang lain untuk melihat persamaan dalam beberapa Mazhab yang digunakan. Begitu juga Corona.

Pandemi Corona membuat perubahan besar dalam setiap aspek kehidupan, tidak hanya dari aspek pendidikan, kesehatan dan ekonomi, tetapi isu dan perilaku radikalisme juga turut surut tidak terdengar di beberapa media, yang ada hanya tentang bahaya Corona, kebijakan pemerintah dan dampak besar dari Corona dalam aspek ekonomi dan kesehatan terutama dalam menghadapi bulan suci Ramadhan dan hari raya idul Fitri.

Radikalisme tidak hanya diidentikkan dengan kegiatan keagamaan. Radikal adalah kata yang memiliki makna sendiri, yang bisa disandingkan dengan objek yang lain, seperti radikal dalam mensikapi problematika Corona, sebenarnya. Sikap terlalu takut, sangat khawatir sehingga muncul dogma tentang Corona. Jadi bukan hanya terkait kegiatan keagamaan.

Dogma radikal agama bergeser menjadi dogma-dogma Corona yang sangat mengkhawatirkan keagamaan seseorang atau golongan, seperti sikap tidak sholat berjamaah di masjid karena Corona, sudah tiga kali tidak sholat Jum’at, sholat dengan tidak saf atau barisan yang rapat berjarak jarak hingga 1 meter atau bahkan ada yang 2 meter, problematika besar satu RT atau Satu RW atau bahkan satu kelurahan, desa, kecamatan menolak menerima mayat korban Corona karena khawatir tertular.

Di Balik Sedih Ada Radikalisme dan Corona

Ahli bait merasa sedih, tidak bisa memenuhi fardhu kifayah keluarganya korban Corona. Hanya ditayamummi saja langsung disholatkan dan segera dikebumikan atau bahkan tidak dilaksanakan Fardhu kifayahnya sama sekali. Karena sangat darurat, korban Corona langsung di kebumikan, sangat sedih hati keluarga ahli bait, hanya bisa menerima kenyataan yang ada dan memperbanyak doa. Lalu, dimana letak radikal kegiatan keagamaan di tengah Pandemi Corona, atau hanya ada dogma baru karena mensikapi Corona.

Muncul berbagai pemikiran baru atau bahkan aliran baru, dampak dari Fatwa MUI. Yang memperbolehkan tidak sholat Jumat diganti sholat Zuhur karena bahaya Corona. Di daerah, yang memang sangat rentan penularan Corona seperti di daerah Jakarta masuk zona merah, sehingga Masjid Istiqlal tidak melaksanakan kegiatan sholat Jumat. Tetapi masih ada juga yang melaksanakan kegiatan sholat Jum’at di daerah Kebun Jeruk Jakarta. Misalnya, ternyata ada ditemukan dari beberapa jamaah yang terkena Corona. Ada juga jamaah dari negara lain, hingga semua jamaah harus diisolasi beberapa Minggu. Hal ini sikap dogma-dogma karena corona, atau radikal terhadap apa yang di yakini.

Mengutip di laman NU, baru-baru ini sempat viral di medsos, bahwasannya perintah menetap diri di dalam rumah guna memutus mata rantai penyebaran virus Corona. Bahkan telah diisyaratkan oleh al-Qur’an dalam surat al-Ahzab: 33, yang berbunyi “Wa Qarna Fî Buyūtikunna” (dan hendaklah kamu tetap di rumahmu).” Kata Dosen Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, H Yusuf Baihaqi. Hal ini beragam orang mensikapinya dengan pengalaman dan pengetahuannya masing masing. Ada yang merasa lebih tahu, ada yang merasa biasa biasa aja atau bahkan ada sikap radik terhadap hal tersebut. Hal ini adalah sikap kultural yang harus dihormati dari perbedaan yang ada, bukan mengatakan itu tidak benar yang benar adalah ini. Semua harus berlandaskan keilmuan yang jelas ada dan penafsirannya.

BACA JUGA  Bimtek PPIH 2024: Upaya Kementerian Agama Melahirkan Uwais Al-Qarni di Zaman Modern

Penjelasan Ustad Adi Hidayat tentang bahaya Corona, bahwasanya manusia terdiri dari akal, fisik dan ruh. Bila ada sakit pasti di akibatkan oleh ketiga hal tersebut. Ketika Allah Subhana wata’ala men-isra’ mi’raj Nabi Muhammad Saw, tujuannya adalah untuk memberikan ketenangan kebahagiaan agar Rasulullah SAW tidak larut dan bersedia, mengobati ruh nya agar selalu bersih dan tenang, hingga akhirnya Allah Subhana wata’ala memberikan hadiah yang Maha Mengobati yaitu sholat kepada seluruh umat manusia.

Hindari Paham Radikal

Virus Corona, dari Pemerintah sudah menyampaikan banyak bantuan dan kebijakan dalam aspek fisik manusia. Kini, harus kita kembalikan juga pada kondisi ruh manusia, untuk selalu tenang, bahagia, tidak terlalu khawatir, takut dan hal lainnya yang bisa membuat hati menjadi sakit gundah gelisah sehingga membuat kondisi fisik jadi lebih tidak baik.

Kembali dijelaskan Ustadz Adi Hidayat menyangkut virus Corona ini kita akan bagi menjadi 2 bagian. Pertama, secara fisik apa yang disampaikan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan agar diikuti. Bagaimana berperilaku hidup sehat, menjaga kebersihan dan mencari makanan yang dibutuhkan. Ini ikhtiar. Kedua, ada bagian yang sangat penting menyangkut ruh. Karena jika ruhnya lemah akan berpengaruh terhadap kondisi fisik, seperti di sampaikan pada kalimat sebelumnya.

Contohnya iri hati, dengki, perasaan pesimis, perasaan tak enak hati. Nabi Ayyub ‘alaihissalam diserang penyakit yang begitu kuat, tapi karena ruhnya (nilai spritual) kuat beliau masih bisa menjalani kehidupan. Beliau baru meminta pertolongan kepada Allah Ta’ala ketika penyakitnya telah mengganggu aktivitas ibadahnya. Bagaimana dengan sikap kita, harus kita terus membuat hati kita sakit dan gelisah hingga membuat fisik kita bertambah lemah.

Semoga Allah Subhana wata’ala melindungi kita, hilang sikap radikalisme, jangan sampai munculkan dogma agama-agama baru dari Pandemi Corona yang ada. Paling penting, tata kembali hati kita, bangun lingkungan yang religius, dan bersama kita saling dalam kebaikan. Juga saling membantu, menghargai, hal ini sikap besar dari muslim yang moderat.

Oleh: Sumarto

Penulis, Dosen IAIN Curup, Inisiator Literasi Kita Indonesia.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru