29.7 C
Jakarta
Array

Radikalisme Agama

Artikel Trending

Radikalisme Agama
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Radikalisme Agama

Oleh: Hesty Kusumaningrum*

Sebenarnya apa itu sikap radikal? Dalam berbagai kamus, radikal adalah kata sifat yang berarti aksi mencolok untuk menyerukan paham ekstrem agar diikuti oleh banyak orang. Sementara radikalisme adalah ideologi yang memercayai perubahan menyeluruh hanya bisa dilakukan dengan cara radikal, bukan dengan cara evolusioner dan damai.

Radikalisme secara historis berawal di ranah politik oleh sayap kiri pada masa Revolusi Perancis (1787-1789). Pengertian ini terus berkembang sehingga mencakup tidak sayap kiri atau sayap kanan dalam politik, tetapi juga hingga ke bidang keagamaan (religious radical). Meski tidak baru, bahkan muncul lebih dulu daripada Revolusi Perancis, radikalisme keagamaan menemukan kembali momentum sejak pertengahan 1980-an ketika berbagai agama mengalami kebangkitan (religious revivalism) menantang modernitas dan sekularisme.

Gerakan radikalisme agama bagaikan musuh dalam selimut. Hal itu dikarenakan dapat membahayakan kehidupan berbangsa dan umat Islam sendiri. Dalam kehidupan berbangsa kekayaan budaya dan tradisi akan tereduksi dengan hadirnya formalisasi agama. Bagi Islam sendiri, hal tersebut berarti penyempitan pemahaman agama Islam yang Lilahitaa’la.

Hadirnya semangat menjadikan Islam sebagai agama sekaligus negara kembali merisaukan belakangan ini. Gerakan yang lebih dikenal dengan gerakan radikalisme agama mulai menemukan caranya dalam menyebarkan ajarannya. Gerakan ini dikatakan radikal karena lebih mengedepankan pemahaman literal terhadap teks dan cenderung mudah menggunakan kekerasan dalam memaksakan pemahaman mereka. Bila dahulu gerakan radikalisme agama dalam menyampaikan ajarannya hanya melalui jalan revolusioner, seperti Jamaah Islamiyah dengan bom bunuh dirinya, dan terbukti gagal maka sekarang turut menggunakan cara baru yaitu jalan evolusioner.

Boleh jadi munculnya gagasan mengubah Islam kedalam negara disebabkan oleh semangat berlebihan tanpa dibarengi pengetahuan agama yang memadai. Berawal dari situ maka munculah klaim kebenaran tunggal untuk menghindari pemahaman lain yang berseberangan. Pandangan yang berbeda atau bersebrangan harus diberangus dan dianggap sesat. Selanjutnya agama dijadikan dalih terhadap pemahaman literal mereka sehingga tanpa mereka sadari apa yang mereka perjuangkan adalah ideologi mereka dan bukan islam itu sendiri.

Karena itu alasan utama menolak radikalisme agama ialah untuk mengembalikan wajah Islam yang penuh rahmat sekaligus menyelamatkan NKRI dari keterpecah belahan. Seluruh masyarakat Indonesia perlu bersama mewujudkan islam yang lebih moderat dan akomodatif terhadap kekayaan budaya nusantara. Islam yang terbuka dan tidak meneriakkan kekerasan adalah kunci perdamaian di Indonesia sehingga gerakan radikalisme agama yang sekedar menekankan sisi luar dari Islam tidak akan pernah menemukan relevansinya di negeri ini

*Penulis analis agama dan isu keagamaan

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru