26.1 C
Jakarta
Array

Puasa Di Zaman 4.0

Artikel Trending

Puasa Di Zaman 4.0
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Ibadah puasa sejak diwajibkan oleh syariat nabi yaitu sekitar abad ke 7 M hingga sekarang abad ke 21 M atau yang dikenal dengan zaman 4.0 adalah sama. Maksudnya dari mulai tatacaranya, waktunya, hal-hal yang membatalkan puasanya tetap sama hanya saja zamanya yang berbeda.

Pada zaman Nabi waktu puasa dimulai dari fajar hingga terbenamnya matahari, di zaman 4.0 pun waktu puasanya sama, yaitu dari fajar hingga terbenam matahari. Pada zaman Nabi makan dan minum termasuk hal yang membatalkan puasa, di zaman 4.0 pun hal sama, makan dan minum tetap menjadi hal yang membatalkan puasa.

Dengan pengertian yang sedemikian maka ibadah puasa sejak mulai disyariatkan hingga menjelang kiamat kurang dua hari tatacara dan aturanya sama. Karena hal yang demikian sudah menjadi ajaran yang pokok Islam dan tidak bisa di modifikasi atau disesuaikan dengan zaman dan situasi. Memodifikasi ibadah puasa maka termasuk bid’ah yang sangat jelek, dan pelakunya diancam dengan neraka.

Zaman 4.0 adalah zaman dimana keterbukaan dan akses infomasi sangat cepat, jarak tempat sudah tidak menjadi halangan seseorang untuk bepergian, jarak tempat sudah tidak menjadi halangan seseorang untuk berkomunikasi, semuanya dimanjakan dengan teknologi.

Pada zaman ini perkembangan infomasi bisa di update tiap detik dan bisa diketahui oleh orang di seluruh dunia pada detik itu juga. Seseorang di zaman ini bisa mengetahui informasi dari belahan dunia manapun dalam hitungan waktu yang sangat singkat tanpa seseorang itu bepergian ke arah tempat tersebut.

Salah satu yang menjadi ciri utama zaman ini adalah kepraktisan, memang sudah menjadi tabiat manusia menyukai dan menyenangi hal-hal yang praktis. Mulai dari hal apapun bisa sangat praktis, makanan cepat saji tersedia banyak, ingin makan tanpa repot pergi keluar bisa langsung pesan dan makanan diantar sampai kerumah.

Namun demikian tantangan berpuasa pada zaman ini tentunya berbeda dengan zaman nabi, mungkin bisa dikatangan puasa di zaman ini lebih berat. Sebagaimana contoh orang berpuasa dilarang untuk berbohong, barang siapa berbohong maka pahala puasanya hilang. Pada zaman nabi tentu ada kebohongan, akan tetapi zaman ini kebohongan (hoax) lebih banyak lagi.

Sebagaimana contoh juga orang yang berpuasa dilarang melihat lawan jenis dengan sahwat, tentu dizaman nabi hal ini terjadi akan tetapi jumlah sedikit bila melihat zaman ini, banyak orang melihat dengan sahwat karena banyak orang yang berpenampilan tidak menutup aurat.

Oleh karena hal yang demikian buat kita yang hidup di zaman 4.0, agar supaya mampu meningkatkan keimanan, dan menjaga diri agar puasa yang kita jalani tetap mendapatkan pahala. Karena nabi pernah bersabda “berapa banyak orang yang berpuasa, akan tetapi tidak mendapatkan pahala dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga saja”.

Orang berpuasa yang hanya mendapat rasa lapar dan dahaga ini karena mereka tidak bisa menjaga hal-hal yang telah di peringatkan Nabi mengenai sesuatu yang bisa mengurangi pahala puasa atau bahkan membatalkan puasa, padahal hal-hal tersebut sangat masif terjadi dan berkeliaran di zaman 4.0 ini.

Nabi bersabda “lima hal yang menjadikan puasanya batal yaitu kebohongan, mengunjing, mengadu domba, melihat dengan sahwat dan sumpah palsu”.

Kita lihat pada zaman ini terutama di sosial media kelima hal tersebut masif berkeliaran. Kebohongan atau yang pada zaman 4.0 ini dikenal dengan istilah hoax merajala lela, bahkan bisa dikatakan hoax sengaja diproduksi untuk dikonsumsi masyarakat.

Tak hanya itu ujaran kebencianpun hampir setiap hari tersebar di media sosial. Dengan demikian puasa pada zaman 4.0 lebih berat karena kita di tuntut untuk bisa menjaga dari hal itu semua.

Menjadi sangat disayangkan juga pada zaman 4.0 ini ibadah puasa yang bernilai spiritual sakral hanya dianggap hal biasa yang menjadi rutinitas yang datang setiap tahun. Banyak diantara mereka tidak berpuasa akan tetapi semangat sekali untuk mengikuti buka bersama, dan dilanjutkan berbincang-bincang sampai meningalkan shalat tarawih.

Ada juga yang sibuk untuk menyusun serangkaian agenda ngabuburit. Walaupaun kegiatan Ngabuburit boleh saja asal tidak bertentangan dengan aturan agama.

Namun demikian yang lebih membanggakan pada zaman ini syiar Islam bergema dimana-mana baik lewat sosmed maupun secara langsung. Banyak diselenggarakan Ngaji Online, banyak di adakah kegiatan sedekah dan bakti sosial, banyak sekali santunan anak yatim.

Melihat itu semua pada dasarnya ibadah puasa dari zaman nabi sampai zaman 4.0 adalah sama, hanya saja tantanganya yang berbeda. Umat muslim dituntut untuk cerdas dalam menjaga hal-hal yang mengurangi keutamaan puasa namun disisi lain dituntut untuk kreatif mengisi ibadah puasa dengan hal-hal yang bermanfaat.

[zombify_post]

Ahmad Khalwani, M.Hum
Ahmad Khalwani, M.Hum
Penikmat Kajian Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru