27.3 C
Jakarta

Membongkar Propaganda HTI di Bulan Rajab dan Pentingnya Narasi Moderat

Artikel Trending

Milenial IslamMembongkar Propaganda HTI di Bulan Rajab dan Pentingnya Narasi Moderat
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), sebagai bagian dari gerakan Hizbut Tahrir global sering melakukan eksploitasi momen religius seperti bulan Rajab. HTI menggunakan bulan Rajab, yang dianggap bulan mulia dalam Islam, untuk memperkuat kampanye ideologis mereka.

Misalnya, mereka mengadakan berbagai kegiatan seperti seminar, diskusi, atau kampanye publik pada bulan Rajab. Tema-tema yang diangkat sering berfokus pada pentingnya persatuan umat, kritik terhadap sistem pemerintahan Indonesia, dan ajakan untuk mendorong kebangkitan khilafah.

Propaganda HTI

Salah satu momen yang HTI eksploitasi di bulan Rajab ini adalah runtuhnya Kekhalifahan Utsmaniyah yang berdiri pada abad ke-16 di Turki. Momen ini dimanfaatkan HTI untuk menarik simpati umat Islam dengan menggambarkan narasi keruntuhan kejayaan Islam yang mereka kaitkan dengan sistem pemerintahan sekarang.

Secara gamblang, jika seseorang kurang memahami sejarah Islam secara komprehensif, rasional dan kokoh, maka cara HTI ini berpotensi mempengaruhi keislaman seseorang, lalu kemudian bergabung dan bersama-sama mendirikan khilafah. Bagi HTI, momen ini dianggap sebagai titik awal kehancuran institusi politik Islam global dan simbol hilangnya persatuan umat Islam.

Karena itu, HTI membuat acara kolosal untuk menyerukan pentingnya mengembalikan sistem pemerintahan Islam dalam bentuk khilafah. Mereka menjadikan bulan Rajab sebagai momentum meningkatkan kesadaran umat Islam tentang pentingnya persatuan di bawah kepemimpinan Islam.

HTI menghubungkan apa pun terkait khilafah dengan keutamaan bulan Rajab. HTI sering mengaitkan keutamaan bulan Rajab dengan upaya mengingatkan umat untuk kembali kepada nilai-nilai Islam yang mereka perjuangkan. Misalnya bulan Rajab dianggap salah satu bulan haram (suci) dalam Islam, di mana umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah, seperti berpuasa dan menjauhi perbuatan dosa. Salah satu yang mereka anjurkan tetap menegakkan nilai-nilai Islam secara kaffah di bawah lindungan khilafah.

BACA JUGA  Doa Lampion Merah: Menelisik Ruh Imlek dari Kacamata Muslim Tionghoa

Propaganda Secara Sembunyi

Eksploitasi bulan Rajab terus dikembangkan kepada isu-isu politik global dengan pendekatan yang mengaitkan masalah umat Islam seperti Palestina dengan absennya sistem khilafah. Meski HTI tahu bahwa hal tersebut bisa memicu polarisasi di tengah umat Islam, tapi mereka tetap mingkem. Aktivis HTI justru berharap fokus umat Islam terpecah dan mendorong agenda ideologis mereka.

Di bulan Rajab ini, meski HTI sudah dibubarkan pada 2017 karena dianggap bertentangan dengan Pancasila dan mengancam keutuhan NKRI, mereka tetap aktif secara informal untuk menyampaikan dakwah ideologisnya melalui media sosial atau pertemuan-pertemuan kecil. HTI secara diam-diam terus menanamkan pemikiran yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan Indonesia. Jika eksploitasi ini terus dilakukan, sesungguhnya HTI memang sengaja menyebarkan paham radikal.

Mari Waspada!

Untuk itu, pada bulan Rajab masyarakat Indonesia harus waspada terkait gerakan dan propaganda HTI dengan menonjolkan narasi politik Islam terkait pendirian kembali khilafah. Langkah kecil yang bisa dilakukan adalah waspada terhadap penyebaran narasi ideologis HTI melalui platform digital yang sulit terdeteksi. Mereka sering membuat tulisan panjang dengan mengutip hadis atau ayat-ayat Al-Qur’an untuk mendukung khilafah lalu disebarkan ke grub-grub WhatsApp.

Karena itu juga, umat Islam seharusnya juga membuat narasi tandingan. Misalnya membuat tulisan yang mengkritisi tulisan-tulisan keagamaan yang telah dieksploitasi aktivis HTI. Selanjutnya, kita juga bisa membuat tulisan yang memperkuat pemahaman umat Islam moderat, toleran, dan sesuai dengan konteks kebangsaan. Dengan menjaga kewaspadaan tanpa mengorbankan ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam), kita dapat mencegah eksploitasi HTI pada bulan Rajab yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam rahmatan lil ‘alamin dan keutuhan bangsa Indonesia.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru