27.5 C
Jakarta

PPKM Sampai Kapan dan Bayang-bayang Terorisme Nanti?

Artikel Trending

EditorialPPKM Sampai Kapan dan Bayang-bayang Terorisme Nanti?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Pertanyaan PPKM sampai kapan mencuat setelah pemerintah memperpanjang masanya. Tapi di balik pertanyaan itu ada yang tidak disadari, yaitu adanya bayang-bayang terorisme yang oleh BNPT mutakhir tampak tersadarkan. Kesadaran itu muncul dari adanya ekspansi ideologi luar dan asyik masyuknya gejala lain.

Ekspansi ideologi transnasional radikal memang benar adanya. Bukti riilnya adalah ketika bom terjadi, dan ketidakberterimaan dengan Pancasila yang dijadikan asas negara di Indonesia.

Maka itu, bila Jokowi sebagai kepala negara, meminta semua pihak waspada terkait rivalitas antarideologi sebenarnya sudah tepat. Apalagi dia mencoba mengingatkan soal meningkatnya ideologi transnasional di era disrupsi teknologi yang kian tak terbendung (Harakatuna 4/6/2021).

Mengutip detik, Jokowi bicara lantang tentang isu tersebut. Katanya, “yang harus kita waspadai adalah meningkatnya rivalitas dan kompetisi termasuk rivalitas antarpandangan, rivalitas antarnilai-nilai, dan rivalitas antarideologi. Ideologi transnasional cenderung semakin meningkat, memasuki berbagai semua lini kehidupan masyarakat, dengan berbagai cara dan berbagai strategi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga mempengaruhi lanskap kontestasi ideologi,” ujar Jokowi (detik 01/6/21).

Bahwa dengan meningkatnya teknologi menjadi isu yang genting di Indonesia itu persoalan lain. Tapi yang pasti, teknologi apapun namanya itu, telah menjadi wadah bagaimana paham atau ideologi disebarkan dan dipropagandakan. Jika masyarakat tidak antisipasi, pasti kena dampaknya.

Sebagaimana Jokowi mengatakan, “ketika konektivitas 5G melanda dunia, interaksi dunia juga akan semakin mudah dan cepat. Kemudahan ini bisa digunakan ideolog-ideolog transnasional radikal untuk merambah ke seluruh pelosok Indonesia, ke seluruh kalangan, dan ke seluruh usia, tidak mengenal lokasi dan waktu. Kecepatan ekspansi ideologi transnasional radikal bisa melampaui standar normal ketika memanfaatkan disrupsi teknologi ini,” tutur Jokowi (detik 01/6/21).

Apa yang dikatakam Jokowi itu proteksi awal. Yang jelas, pelan tapi pasti kita akan merasakan sendiri apa akibatnya bilamana dari sebagian kita pongah akan hal tersebut. Maka, di pihak lain kekhawatiran terjadi. Sebagaimana kekhawatiran Presiden. Kendati, milenial dianggap kurang mumpuni dalam pelbagai hal, lemah pemahaman agamanya di satu sisi, dan lemah nalar kritisnya di sisi yang lain. Karena itu, para radikalis dan teroris ini memilih milenial lahan sasarannya (Harakatuna 3/6/21).

BACA JUGA  Metamorfoshow: Indoktrinasi Ajaran HTI Kembali Terjadi

Pada abad ini, teknologi telah menjadi kehidupan itu sendiri. Dia menggantikan dunia yang ada, bapak, ibu, pikiran, dan mungkin juga pacar. Semuanya diurus oleh digital. Jika kita pengen jajan, sekali klik datanglah makanan. Jika kita pengen belajar agama, datanglah bahan atau konten yang mengajari tentang agama. Nah, disitulah kerentatan kita sebenarnya. Pikiran hilang tergantikan digital. Urat terpinggirkan digantikan digdayanya digital. Maka, pikiran dan urat telah mati.

Bahwa teknologi telah menjadi kehidupan nomor satu di badan milenial itu benar. Apa-apa yang diperlukan mereka lebih memilih digital sebagai jalan pintas utamanya ketimbang dunia nyata. Maka, kemudahan-kemudahan tersebut, bisa menjadi lembah yang mudah juga digunakan ideolog-ideolog transnasional radikal untuk merambah ke seluruh pelosok Indonesia, dengan memanfaatkan disrupsi teknologi. Jika kecepatan konektivitas 4G saja telah sehebat itu jualan ideologi transnasionalnya selama ini, bagaimana jika 5G kelak.

Mengingat kita yang sebentar lagi bakal berada pada perangkat yang super canggih, sudah saatnya kita memperkakaskan diri. Salah satunya sejak sekarang kita sudah menyiapkan atau meraba apa yang bakal terjadi. Di pihak negara, dengan memperjelas bahtera ekspansi ideologi transnasional dan bahayanya. Sementara kita, sepatutnya menghindari atau mengkaji apa-apa yang membahayakan orang terdekat dengan mengkonter narasi ideologi.

Kendati demikian, sudah saatnya kita menerapkan konsep dan arahan presiden Indonesia. Menolak dengan keras ideologi transnasional, radikal dan terorisme. Termasuk konsep khilafah, HTI dan ISIS. Jika bisa dilakukan, maka bayang-bayang radikalisme dan terorisme bakal tidak punya tempat dan wadah di NKRI.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru