27.1 C
Jakarta
Array

Potong Sumbu Radikalisme dari Hulunya

Artikel Trending

Potong Sumbu Radikalisme dari Hulunya
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta- Ahmad Basarah, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) mengaku prihatin dengan menguatnya paham-paham intoleransi yang kini menjangkiti generasi muda. Terlebih penyebaran paham-paham intoleransi telah masuk ke sekolah-sekolah sampai ke kampus-kampus. Karena itulah masalah ini harus diantisipasi.

Ini sangat berbahaya, generasi mudah sudah terpapar paham radikalisme. Masalah ini harus kita antisipasi dengan penguatan ideologi Pancasila dan penguatan literasi berfikir moderat, kata Basarah saat memberikan ceramah kebangsaan di hadapan 6701 mahasiswa dan mahasiswi baru Universitas Negeri Malang di Kota Malang, Jawa Timur, Rabu 8 Agustus 2018. Doktor hukum lulusan Universitas Diponegoro ini melanjutkan, untuk menuju fase terorisme tentu tidak bisa serta. Pasti ada tahapannya dimulai dari tahap awal yakni sikap intoleran. Mulai dari sikap anti kebhinnekaan,melakukan ujaran kebencian, bergabung dengan organisasi intoleran atau melakukan tindakan persekusi terhadap orang atau kelompok yang berbeda keyakinan. Selama ini sikap masyarakat yang permisif menyebabkan penyebaran radikalisme ini begitu massif. Jika dibiarkan akan melangkah fase berikutnya hingga menuju puncaknya berupa aksi terorisme seperti bom bunuh diri di Surabaya beberapa waktu lalu.

Sehingga oleh karena itu, sambungnya, Pengenalan Kehidupan Kampus sangat penting dalam membentuk mental dan karakter mahasiswa agar berjiwa Pancasila. Perguruan Tinggi  harus punya petunjuk pelaksanaan dan teknis dalam pencegahan dan penanggulangan radikalisme yang sama di seluruh Indonesia sehingga menjadi suatu gerakan bersama mencegah jangan sampai mahasiswa terjangkit sikap intoleran atau bahkan terorisme.

Disamping itu, generasi muda kita perlu dikenalkan teladan para tokoh-tokoh bangsa. Jangan ajarkan abu perjuangan para pemimpin bangsa terdahulu kepada generasi muda kita, tetapi kita ajarkan dan wariskan api perjuangannya sehingga anak-anak muda tidak mencari idola yang bersumber baik dari Barat maupun dari Timur yang belum tentu sesuai dengan kepribadian bangsa, ujarnya.  Basarah yang juga penulis buku Bung Karno Islam dan Pancasila melanjutkan, bahwa pemahaman agama yang bersumber dari internet dan sosial media menjadi salah satu sebab utama dari menguatnya paham intoleransi yang saat ini menyergap kuat generasi muda. Di jejaring sosial sendiri dalam faktanya memang banyak sekali di temukan penyebaran ideologi radikal dengan terbuka dan massif.

Kemajuan teknologi inilah yang dimanfaatkan betul oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan ideologi kekerasan. Sehingga pemerintah diharap lebih pro aktif lagi mengawasi penggunaan internet dan media sosial yang digunakan sebagai agitasi dan propaganda ideologi radikal, tegas Ketua Umum DPP Persatuan Alumni GMNI ini.

Tiap-tiap warga negara wajib menyepakati konsensus dasar bernegara yaitu Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Tiap warga negara Indonesia tidak bisa menolak Pancasila dan menggantikannya dengan ideologi yang lain kecuali dengan tindakan makar dan kudeta politik. MPR RI saja tidak dapat merubah apalagi mengganti Pancasila karena wewenang MPR RI menurut Pasal 3 ayat (1) UUD NRI 1945 hanya berwenang merubah dan menetapkan UUD, sementara posisi Pancasila sebagai norma dasar (grundnorm) berada di atas UUD. pungkas Basarah.

Sumber: Gatra

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya

Artikel Terkait

Artikel Terbaru