26.1 C
Jakarta

Pondok Pesantren Milik Khilafah yang Luput Dari Kacamata Kita

Artikel Trending

KhazanahTelaahPondok Pesantren Milik Khilafah yang Luput Dari Kacamata Kita
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Sebuah pondok kecil bernama pondok tahfidz Ukhuwah Karawang. Pondok Pesantren Tahfidz Al Ukhuwah Karawang, diresmikan pada tanggal 6 Dzulqoidah 1438H. Lokasinya tepat di RT 07/03, Desa Wanakerta, Kecamatan Bungursari – Purwakarta.

Ada apa dibalik pendirian pondok ini? Pendirian pondok ini tidak lain sebagai salah satu penyebar ideologi khilafah kepada masyarakat. Pendidikan berbasis khilafah, menjadi basis pendidikan utama yang diusung oleh pondok pesantren tersebut sebagai kepak sayap kebanggaan khilafah yang semakin menjamur di dunia pendidikan.

Memberantas khilafah, juga mewaspadai lembaga pendidikannya

Fobia terhadap hal yang dibawa kelompok khilafah, itu harus! Sebab waspada harus terus dikedepankan mengingat organisasi yang dilarang itu semakin tidak terbendung gerakannya meskipun sudah dilarang keras. Keberadaan kelompok ini tidak lain penyebaran ideologi khilafah yang harus ditegakkan di Indonesia. Bertentangan dengan pancasila dan NKRI. Mengapa itu harus diberangus? Sebab mereka akan membawa kehancuran di Indonesia.

Tentu, kita masih ingat sosok Ismail Yusanto yang menjadi dalang di belakang pada lembaga pendidikan yayasan Insantama yang dikenal dengan Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT). Lembaga pendidikan tersebut  tersebar di seluruh Indonesia dengan kemajuan yang sangat pesat.

Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Insantama jika kita lihat,  didirikan pada tanggal 16 Juli 2001. SDIT Insantama ini juga telah tumbuh dan berkembang di 12 kota di Indonesia, yakni Kota Bogor sebagai pusatnya, lalu Serang (Banten), Banjar (Jawa Barat), Bekasi (Jawa Barat), Banjarbaru (Kalimantan Selatan), Makasar (Sulawesi Selatan), Cilegon (Banten), Leuwiliang (Kabupaten Bogor) dan Bandar Lampung (Lampung), Kendari (Sulawesi Tenggara), Ternate (Maluku Utara) dan Malang Jawa Timur di tahun 2015.

Ada apa dengan Ismail Yusanto? Ia bisa dikatakan sebagai campaigner yang paling berani mengatakan dirinya sebagai jubir HTI meskipun HTI sudah sudah dibubarkan. Dilansir dari CNN Indonesia, Ismail Yusanto secara tegas mengatakan bahwa menegakkan khilafah adalah kewajiban.

Namun Ismail membantah jika HTI dianggap bertentangan dengan Pancasila. Ismail menyebut khilafah sebagai ajaran Islam sehingga tidak mungkin bertentangan dengan Pancasila.

“Malah ada sebagian yang mengatakan justru khilafah itu paling cocok dengan sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradab,” Ucap Ismail.

BACA JUGA  Melihat Fenomena Takut Menikah, Benarkah Akibat dari Sistem Liberal?

Khilafah juga disebut tak bertentangan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ismail juga menjelaskan juga menjelaskan bahwa Indonesia akan menjadi pusat perkembangan khilafah yang akan mendunia perlbagai kesuksesan hampir di seluruh aspek kehidupan.

Jika dihubungan dengan lembaga pendidikan, dimana Ismail Yusanto berada di belakangnya. Bisa dikatakan bahwa lembaga pendidikan yang dikelola oleh kelompok khilafah, tidak lain mengusung ideologi khilafah sebagai basis pengetahuan agama yang diberikan kepada siswa, masyarakat, serta seluruh elemen yang ada di lembaga pendidikan tersebut.

Apa yang bisa kita lakukan? Menolak segala bentuk lembaga yang dikelola oleh kelompok khilafah! Baik itu lembaga pendidikan umum bahkan pondok pesantren yang membawa background Islam sangat kental, wajib ditolak! Sebab di dalamnya mengusung ideologi khilafah sebagai basis gerakan sosial yang dilakukan.

Tidak hanya itu, jika lihat perkembangan hingga 2021 ini, secara logika, kita akan berpikir bahwa sudah berapa banyak lembaga pendidikan miliki kelompok khilafah yang berkedok Islam dengan ideologi yang dibawa sebagai basis pendidikan utama? Walllahu a’lam

Tantangan lembaga pendidikan

Disaat banyak lembaga pendidikan mengusung pengajaran untuk memupuk nasionalisme kepada bangsa Indonesia melalui lembaga pendidikan, memupuk moderasi agama agar memiliki sikap dan semangat cinta keberagaman pada kondisi Indonesia, hal itu dipatahkan oleh lembaga pendidikan yang mengusung ideologi khilafah.

Mengapa demikian? menjamurnya lembaga pendidikan milik khilafah, termasuk pondok pesantren tahfidz yang berdiri dengan semangat Islam yang begitu kuat, bukanlah sebuah kenyataan baru yang harus diterima.  Kelompok-kelompok ini menjamur dengan basis dakwah yang tertanam secara kolektif. Maka bentuk pendiriam lembaga pendidikan yang terus menerus, tidak lain bagian dari dakwah yang harus dilakukan secara massif.

Memilih pondok pesantren tahfidz, yang paling penting bagi kita saat ini melihat bagaimana sanad keilmuan yang dimiliki oleh gurunya. Sanad keilmuan seorang guru yang menjadi pengajar siswa harus diketahui oleh orang tua. Jangan sampai, gurunya adalah seorang ustaz, kiai, yang mengusung pembubaran pancasila, anti NKRI bahkan getol menyebut Indonesia sebagai negara taghut. Wallahu a’lam

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru