32.9 C
Jakarta

Polemik Israel di U-20  dan Politisasi Kaum Radikal

Artikel Trending

EditorialPolemik Israel di U-20  dan Politisasi Kaum Radikal
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Polemik tentang keikutsertaan Timnas Israel dalam Piala Dunia U-20 yang rencananya akan digelar di sejumlah provinsi di Indonesia terus bergulir. Ramai-ramai penolakan tersebut utamanya diprakarsai oleh PA 212 dan gengnya, yang melakukan demo dan mengancam akan menghalangi Israel di bandara—jika benar-benar ke Indonesia. Polemik tersebut kemudian diangkat dalam diskusi di sebuah stasiun televisi dan trending di media sosial, terutama TikTok.

Garis besar yang diperdebatkan adalah “mengapa Indonesia mengizinkan masuk timnas dari negara penjajah” dan “apakah Indonesia hendak mengkhianati konstitusi yang memperjuangkan kemerdekaan Palestina”. Masalahnya berputar di situ dan yang menarik, kaum radikal mempolitisasinya. Mereka ingin menciptakan kesalahpahaman masyarakat dan menggiringnya untuk membenci dan menghujat pemerintah. Yang semula masalah olahraga pun bergesert jadi masalah politik.

Untuk diketahui, Presiden Jokowi melalui rilis resmi tegas mengatakan bahwa Indonesia akan selalu memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Seharusya, melalui keterangan tersebut, sudah jelas bahwa pemerintah tidak mengkhianati konstitusi. Namun ternyata kegaduhan terus berlanjut yang dikompori oleh kelompok-kelompok yang selama ini memang anti-pemerintah. Dengan alasan ngawur, mereka teriak-teriak bahwa Indonesia mendukung penjajahan dan terorisme.

Kaum radikal melakukan politisasi, yang di antaranya diprakarsai Novel Bamukmin. Mereka mengabaikan ketegasan pemerintah. Padahal, Israel tidak melulu soal zionisme. Dan selama kualifikasinya fair, mengapa Indonesia harus menoak Timnas Israel? Tidak adil. Jelas.

Sebenarnya, sikap pemerintah sudah cukup untuk menunjukkan posisi Indonesia dalam polemik U-20 Israel. Sepak bola memiliki law of the game sendiri, yang tidak bisa diprotes karena alasan yang politis. Di sini ketegasan pemerintah tidak bisa diprotes lagi. Pertama, dalam hal kedaulatan Palestina, Indonesia tetap dalam komitmen konstitusi bahwa “Kemerdekaan ialaj hak segala bangsa,” dan “Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.”

Indonesia tetap menentang okupasi Israel atas Palestina, dan Indonesia selalu berdiri bersama Palestina dalam upaya memperjuangkan kemerdekaan. Bukankah sudah tidak bisa disanggah lagi?

Kedua, dalam hal olahraga, khususnya U-20, Indonesia bukan mengundang Israel untuk hadir, melainkan negara tersebut lolos kualifikasi yang mau tidak mau Indonesia harus terima secara suportif. Sebelum Piala Dunia U-20, perwakilan atlet Israel juga beberapa kali hadir di Indonesia. Dan menariknya, tidak ada masalah. Dari sini justru yang mempermasalahkan U-20 perlu ditanya balik, mengapa pada event olahraga sebelumnya mereka mingkem?

BACA JUGA  Fitnah Keji Aktivis Khilafah Terhadap Toleransi di Indonesia

Memang, olahraga dengan politik, dalam satu aspek, tidak bisa dipisahkan. Namuan jika dikatakan bahwa FIFA adalah cara politik Barat untuk menghegemoni peradaban dunia, itu adalah anggapan yang grasah-grusuh. Indonesia, sesuai sikap tegas pemerintah, berdiri di rel yang presisi. Satu sisi, secara politik, negara ini berdiri tegak bersama Palestina. Di sisi lainnya, secara olahraga, memilih bersikap suportif. Dengan sikap yang tegas tersebut, segala nyinyiran tak berdasar terpental dengan sendirinya.

Masalah utama polemik Israel di U-20 adalah politisasi kaum radikal. Intinya di situ. Bisa dilihat dengan jelas, Novel Bamukmin yang notabene PA 212 hanyalah bermodal kemampuan orasi, namun otaknya—dalam melihat persoalan—tumpul. Hal itu lumrah. Dia dan gerombolannya bergerak berdasarkan pesanan donatur, namun seolah-olah memperjuangkan kedaulatan Palestina.

Sudah jelas-jelas Dubes Palestina untuk RI mendukung langkah RI, namun para kaum radikal ngotot ingin demo. Maklum, dari situlah PA 212 dan gengnya cari makan. Tanpa demo, donatur tidak akan kasih dana. Jadi sudah jela, bukan? Semua hanyalah politisasi para radikalis untuk mematahkan integritas pemerintah baik secara politik maupu  olahraga.

Ada dua tujuan mengapa kaum radikal kukuh mempolemikkan Israel pada event U-20. Pertama, ingin menghancurkan marwah pemerintah di kalangan masyarakat dengan mengadu domba kebijakan nasional dan sentimen masyarakat. Para radikalis tahu, Palestina adalah isu yang seksi dan Israel dibenci oleh mayoritas Islam Indonesia. Di situlah ada peluang besar untuk merecoki negara.

Kedua, cari cuan. Para kaum radikal, terutama para dedengkot mereka, masih belum move on dari peristiwa besar berkumpulnya umat Muslim di Jakarta, untuk melakukan demo, beberapa tahun silam. Demo yang digerakkan tersebut jelas diongkos oleh donatur, karenanya ia dijadikan momentum cari cuan. Polemik Israel di U-20  adalah bagian dari cara kaum radikal mencari pendapatan. Jadi, masihkah percaya kaum radikal, terlepas apa pun narasinya? Waspadalah. []

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru