27.3 C
Jakarta
Array

Polda Metro Jaya: Akar Radikalisme adalah Intoleransi

Artikel Trending

Polda Metro Jaya: Akar Radikalisme adalah Intoleransi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com, Jakarta – Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Kita harus bangga sebagai bangsa Indonesia. Karena apa? Kita adalah Negara dengan penduduk muslim terbesar. Jadi kita ini adalah the rising star. Indonesia ini akan menjadi Negara yang hebat ke depan. Akan tetapi, ada beberapa hal sebenarnya, terorisme, narkoba, radikalisme hoax dan heet speech, serta khilafah. Ini yang akan memecah belah Indonesia.

Itulah pernyataan yang pertama disampaikan oleh Dirbinmas Polda Metro Jaya, Kombes. Pol. Sambodo Purnomo Yogo, S.Ik, M.Tcp. saat menjadi pembicara dalam acara Seminar Nasional Kemasjidan yang diselenggarakan oleh Forum Silaturrahim Takmir Masjid Kemenerian/Lembaga dan BUMN di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (27/12/2018).

“Kita tahu sekarang, sebentar lagi kita mau masuk pemilu 2019. Tahun politik kata orang. Semua dipolitikkan. Hoax dan heet speech bertebaran. Semua saling menjelekkan, semua saling membaguskan. Januari, Februari, Maret, April, nanti tensinya terus,” tutur Kombes Pol. Sambodo, dalam penyajiannya. Dia pun menambahkan bahwa, masyarakat tidak boleh lupa kalau masjid akan ada kemungkinan dijadikan tempat untuk politik.

Pada seminar yang bertema “Mewujudkan Masjid sebagai Media Penyebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin dan Pemersatu Bangsa” ini, Kombes Pol. Sambodo juga menjelaskan bahwa ujaran kebencian adalah salah satu yang dapat memecah belah bangsa. Menurutnya, ujaran kebencian adalah segala bentuk tindakan penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, memprovokasi, menghasut, menyebarkan berita-berita bohong yang bertujuan untuk menghasut masyarakat dan sebagainya, kemudian berujung pada kekerasan, pembunuhan dan seterusnya.

Dia juga menekankan agar masyarakat lebih hati-hati untuk menggunakan media sosial (medsos), lebih baik menyampaikan secara face to face daripada mengunggahnya di medsos. Karena medsos saat ini sangat rentan terpapar hukum pidana tentang ujaran kebencian atau hoax. Masa sekarang adalah masa digital, berbeda dengan dulu. Jadi, kalau dulu mulutmu harimaumu, kalau sekarang jarimu harimaumu.

Selain itu, hal yang juga paling berbahaya adalah radikalisme. Menurutnya, radikalisme adalah yang menjadi latar belakang terjadinya terorisme. “Akar dari terorisme adalah radikalisme, akar dari radikalisme adalah intoleransi. Jadi setiap pelaku teror pasti dia radikal, walaupun setiap radikal belum tentu dia pelaku teror. Tapi awalnya itu dari sikap intoleransi,” terangnya.

Dalam data yang disajikan Kombes Pol. Sambodo, jumlah penduduk yang terpapar radikalisme masih sangat banyak ketika dikalkulisi dengan jumlah penduduk di Indonesia. Hal yang lebih mencengangkan adalah bahwa dari jumlah mahasiswa muslim yang ada di Indonesia, jumlah mahasiswa yang terpapar paham radikalisme kurang lebih adalah mencapai 23,5 persen. Hal itu diketahui ketika terdapat survei mengenai mahasiswa yang setuju terhadap penerapan Negara Islam.

Berdasarkan pemaparan data tersebut, lanjutnya, masyarakat masih mengalami potensi yang cukup besar terpapar paham radikalisme. Apalagi mereka juga paham legalisasi, mengidentifikasi diri, kemudian mengindroktrinasi.

Dia juga menegaskan bahwa pelaku teror itu juga dilahirkan dari tokoh-tokoh agama yang tidak sepenuhnya memahami ajaran agama. Bayangkan saja, untuk menjawab suatu persoalan yang ada  kaitanya dengan masalah agama, mereka harus melihat di internet terlebih dahulu. Padahal referensi yang ada di internet itu juga banyak konten-konten yang berpotensi untuk membuat orang berpaham radikal. Jadi penyebaran paham radikalisme dan terorisme bukan hanya dilakukan secara offline, melainkan juga online melalui suatu konten.

“Jadi kalau sekarang mau bikin pelaku teror, tidak perlu datang ke lurah-lurah, ke majelis , tidak perlu bergabung ke ISIS itu,” terangnya. Bahkan, tambahnya, untuk merekerut orang menjadi pelaku teror sudah bisa dari mana saja, termasuk dari konten-konten, video youtube, media internet lainnya, dan baca buku.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru