33.2 C
Jakarta

PKI Menyusup TNI, Kenapa Tidak?

Artikel Trending

EditorialIndonesiaPKI Menyusup TNI, Kenapa Tidak?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Setelah pekan lalu beredar isu bahwa TNI disusupi HTI melalui gerakan kemanusiaan, hari ini beredar kabar bahwa TNI sedang disusupi PKI. Isu PKI menyusup ini disampaikan oleh mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo. Video statement Jend. Gatot kemudian viral dan menjadi perbicangan warganet. Banyak yang menyangkal, namun tak sedikit yang membenarkannya.

Statement Gatot disampaikan ketika diskusi virtual bertema TNI vs PKI yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Islam. Dilansir dari Viva, klaim itu ia dasarkan pada hilangnya patung diorama Soeharto, Sarwo Edie dan Jenderal AH Nasution di Museum Darma Bhakti Kostrad. Sebab, patung yang hilang menggambarkan momen TNI menumpas PKI. “Ini berarti sudah ada penyusupan di dalam tubuh TNI,” terang Gatot.

Patung diorama itu, sambungnya mengisahkan sebuah perencanaan bagaimana mengatasi pemberontakan 30 September, di mana Soeharto sedang memberikan petunjuk kepada Sarwo Edie sebagai Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Hilangnya patung tersebut dinilai Gantot sebagai dendam PKI pada Soeharto saat penumpasan PKI tahun 1965.

Lalu bagaimana tanggapan atas pernyataan tersebut?

Ketua Badan Pengurus Centra Initiative, Al Araf, menilai penyusupan komunisme di tubuh TNI sulit terjadi. Ia menganggap isu tersebut sebagai komoditas politik belaka menjelang 1 Oktober. Politisasi terhadap isu komunisme, menurutnya, sesungguhnya tidak relevan dan tidak beralasan lagi pada saat ini. Apalagi, secara hukum, kata Araf, paham komunisme masih dilarang oleh TAP MPR.

“Jika ada pihak yang menuduh ada penyusupan paham komunis dalam organisasi TNI maka pihak yang menyampaikan itu sebaiknya menyebutkan nama-nama yang dituduhnya sehingga jelas siapa yang dituju,” tegasnya.

Pendapat Araf tersebut seirama dengan pendapat pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi. Menurutnya, tudingan mantan Jend. Gatot bahwa komunisme telah menyusup ke tubuh TNI tidak masuk akal. “Paham komunis ini sudah tidak laku dijual,” ujar Fahmi, dilansir Tribun News, Selasa (28/9) kemarin.

Tanggapan yang menarik dating dari anggota Komisi I DPR RI, Muhammad Iqbal. Berbeda dengan Araf dan Fahmi yang menyangsikan isu PKI di TNI, Iqbal justru berharap persoalan hilangnya tiga patung dalam diorama peristiwa G30S/PKI di Museum Darma Bhakti Kostrad bisa dibicarakan dengan baik-baik sehingga tidak memunculkan polemik di publik, bahkan dilakukan dengan penjelasan dari pihak TNI itu sendiri.

“Alangkah baiknya jika Pangkostrad Pak Dudung Andurachman sebagai junior mengundang Pak Gatot untuk menjelaskan alasan pemindahan patung tersebut agar hal ini tidak menjadi polemik yang berkepanjangan. Menurut saya pernyataan Jenderal Purnawirawan Gatot Nurmantyo lebih dimaknai berupa pendapat dan masukan sebagai senior dan mantan Paglima TNI agar TNI,” terangnya, dikutip dari JPNN.

Bagaimana para pembaca Harakatuna sekalian, apakah kalian setuju atau sebaliknya, dan bagaimana sebenarnya tumpang tindih isu dalam TNI ini?

Pertama kita harus mengakui dan menyadari bahwa militer adalah pertahanan nasional. TNI, dengan demikian, sangat strategis. Artinya, siapa yang menguasai TNI, maka ia menang, sekalipun belum menguasai tataran eksekutif dan legislatif dalam pemerintahan, juga meskipun TNI berada di bawah kementerian/lembaga.

Apa bukti dan upah dari kekuatan militer tersebut? Ini bisa dilihat dari sisi sejarah. Makar dan pemberontakan sering kali sukses bukan karena kekuatan para pemberontak, melainkan karena lemahnya militer. Lemah di sini beragam, baik karena kekuatannya kecil, atau kekuatannya besar tapi berpihak kepada pemberontak. Para radikalis-ekstremis dan juga para komunis mengincar ini.

Karena itu, menanggapi isu PKI menyusup TNI tidak boleh gegabah. Pihak TNI harus mengklarifikasi ke publik. Mengapa demikian? Karena PKI memang dendam dengan Orde Baru yang setelah tragedi genosida 1965. Artinya, mungkin para komunis sudah menyusup dan mungkin juga tidak. Kemungkinan tersebut tidak bisa ditebak, sebab komunis memang bergerak sembunyi-sembunyi, sebagaimana para radikalis-ekstremis dalam indoktrinasinya.

Seperti kita tahu, musuh bangsa ini mungkin dua pihak yang sama-sama perongrong NKRI, yaitu kalangan transnasional islamis dan transnasional komunis. Dua kubu ini dari dulu saling tuduh satu sama lain. Padahal, keduanya sama-sama penghancur bangsa. Sebagaimana kita harus berhati-hati kepada para radikal-teroris, kita harus wapada pula terhadap radikal-komunis. Pernyataan Gatot dijadikan refleksi saja dan bukan polemik.

Bagaimanapun, TNI sebagai elemen terpenting pertahanan nasional harus benar-benar dijaga. Dijaga dari penyusupan islamis seperti HTI, juga dijaga dari komunis PKI. Isu ini jangan sampah memecah belah persatuan, karena perpecahan bangsa adalah tujuan mereka semua.

Bagaimana teman-teman pembaca Harakatuna, kalian setuju atau tidak? Kirim tanggapan kalian ke Harakatuna. Selamat mengkaji.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru