27.8 C
Jakarta

Pesantren dan Santri dalam Jerat Rayu Khilafahisme

Artikel Trending

Milenial IslamPesantren dan Santri dalam Jerat Rayu Khilafahisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Jumlah pesantren di Indonesia yang terdaftar di Kemenag sebanyak 36.600, dengan jumlah santri sebanyak 3,4 juta dan tenaga pengajar (kiai, ustaz) sebanyak 370 ribu (Situs Kemenag, 5-4-2022).

Menurut laporan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag, ada 4,37 juta santri yang tersebar di seluruh Indonesia pada tahun ajaran 2020/2021. Para santri itu tersebar di 30.494 pondok pesantren.

Berdasarkan gendernya, jumlah santri laki-laki lebih banyak ketimbang perempuan. Tercatat, jumlah santri laki-laki sebanyak 2,3 juta orang, sedangkan santri perempuan 2,07 juta orang. Jelas ini adalah angka yang sangat besar bagi sebuah kelompok umat manusia.

Potensi Pesantren

Potensi pesantren dan banyaknya santri tersebut, bisa dijadikan sebagai agen perubahan dalam umat manusia ke arah yang lebih baik. Karena fungsi pesantren dan santri selain menjadi ulama, faqih fiddin, dan individu yang akan berkiprah di masyarakat, bergerak untuk kemaslahatan umat. Pesantren dan santri juga harus menjadi garda terdepan mengubah kiprah masyarakat yang mulai masuk ke lubang kelam paham menyimpang, seperti radikalisme, ekstremisme, dan terorisme.

Dengan demikian, pesantren dan santri bisa melawan kezaliman dan keterbelakangan dari suatu pemikiran radikal. Jutaan pesantren dan santri yang berdiri di daerah-daerah Indonesia bisa memoderasikan dan mendekatkan pemahaman moderat masyarakat. Karena itulah santri bisa mengangkis masyarakat dan umat Islam di Indonesia dari pembajakan paham radikal.

Namun hingga kini, ternyata masih banyak aktivis khilafah yang mengkritik keberadaan santri dan pesantren. Mereka utamanya mengkritik dan tidak terima dengan pola program dan kehidupan yang didaratkan oleh pesantren, khususnya pesantren yang dikelola Nahdlatul Ulama (NU).

Menarget Pesantren

Mereka mengkritik, misalnya atas ikut sertanya santri dalam dunia bisnis dan fasyen. Acara Paragon Goes to Pesantren yang diadakan di Pondok Buntet Pesantren Cirebon, pada Sabtu (8-4-2023) tak lepas dari kritikan mereka. Acara Paragon Corp yang merupakan perusahaan asal Indonesia yang menaungi merek kosmetik Wardah, Kahf, dan Biodef dianggapnya menjadi bumerang bagi santri dan pesantren.

BACA JUGA  Menyelamatkan Masa Depan Bangsa dari Konten Radikalisme

Termasuk panggung fesyen yang pernah diadakan oleh Madrasah Aliah Ma’arif Nahdlatul Ulama (MA Ma’arif NU) Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah dan fashion show oleh para Ning-Gus pesantren, dalam acara Kick Off 1 Abad NU di Tugu Pahlawan Surabaya. Bagi aktivis khilafah, ini adalah salah satu bentuk dan cara untuk menjauhkan santri dan pesantren dalam ajaran keislaman dan dakwah islam. Bahkan menurutnya, hal tersebut termasuk strategi penggiringan santriwati untuk terjun ke dunia bisnis sehingga menjadi kapitalis.

Makanya, kini pesantren dan satri dicap sebagai antek dan sarang ideologi kapitalisme. Aktivis khilafah menyebutkan dengan manusia 7 F (fashion, food, film, free thinking (pola pikir liberal), fun, free seks, dan friction (perpecahan). Kurang apa coba? Bahkan santri dan pesantren kini katanya disengaja menjadi tumbal eksploitasi perekonomian Barat.

Membajak Potensi Pesantren

Pemerintah Indonesia dan Barat dianggap menjadikan santri dan pesantren sebagai perkumpulan umat manusia untuk melemahkan Islam. Bahkan moderasi agama dianggap sebagai agenda hakarah at-taghrib, yakni gerakan westernisasi segala aspek kehidupan kaum muslim. Aktivis khilafah menggap moderasi beragama sebagai cara untuk menjaukan ajaran Islam dan menyerang umat Islam.

Karena itulah aktivis khilafah menyarankan untuk menyudahi dan menjauhi program moderasi beragama yang digarap oleh Kementerian Agama Republik Indonesia. Bagi mereka, santri dan pesantren sekarang harus berkiblat pada apa yang telah dijalankan oleh khilafah, yakni mengatur kehidupannya sesuai syariat islam kafah dalam naungan khilafah islam.

Sampai sini, malah yang terlihat bukan pemerintah dan Barat yang membajak potensi santri dan pesantren. Tetapi aktivis khilafahlah dengan segala gombal rayuannya yang mencoba ingin menumbalkan santri dan pesantren ke lubang jahanam radikalisme. Aktivis khilafah ingin membajak dan ingin mengubah arah santri dan pesantren yang telah maju progresif dengan khilafah.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru