29 C
Jakarta

Persaudaraan Menolak Rasisme

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanPersaudaraan Menolak Rasisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Rasisme yang menerjang masyarakat Papua beberapa hari kemarin menjadi catatan yang serius bahwa persaudaraan mulai tidak berarti saat perkembangan dunia melesat bagai kilat. Siapa yang tidak terluka hatinya jika dirinya dijelek-jelekkan dengan sebutan “monyet”? Seakan sebutan ini menyudutkan orang yang dimaksud seperti monyet, baik rupanya maupun sikapnya.

Beberapa abad silam Nabi Muhammad Saw. berpesan: Muslim itu adalah orang yang dapat menyelamatkan orang lain dengan lisan dan tangannya. Kendati pesan ini disampaikan sekian abad lamanya, kandungan yang terlukis di dalamnya masih tetap terasa sampai sekarang. Okay, dulu orang menyakiti saudaranya sendiri dengan ucapan, karena dakwah bil lisan begitu akrab, sementara dakwah bil kitabah belum terlalu terlihat. Sekarang berbeda. Digitalisasi mengubah semua interaksi manusia hanya cukup dilakukan dengan jari sehingga bila tidak dapat menjaga jari (tangan) dengan baik akan berpotensi melukai orang lain, termasuk saudaranya sendiri.

Sebagai agama semitik Islam tidak mengajarkan pemeluknya bersikap baik hanya kepada saudara yang seagama, bahkan yang sepemahaman. Karena, ajaran Islam memiliki cakupan yang amat luas dan sangat mungkin non-muslim mengamalkan nilai-nilai agama Islam. Buktinya, banyak non-muslim yang memuliakan sahabatnya yang muslim tanpa memandang status agamanya. Sikap terpuji ini adalah salah satu wujud perintah Islam menghormati tetangga atau sahabat dekat. Karena itu, dia berhak menyandang status muslim, kendati agamanya bukan Islam. Sebaliknya, sungguh tidak patut status muslim disematkan kepada orang yang ngaku beragama Islam, tapi sikapnya tidak mencerminkan nilai-nilai Islam.

BACA JUGA  Dari Nonis Berburu Takjil Hingga Jihad Melawan Radikalisme

Islam bukan hanya sebatas status, tapi harus diwujudkan dalam bentuk perilaku. Karena, mengaku muslim sedangkan sikapnya belum Islami termasuk ciri-ciri orang yang munafik. Sebab, ucapan dan sikapnya tidak serasi. Sesungguhnya tipikal orang semacam ini sudah digambarkan dalam permulaan surah al-Baqarah yang menguraikan ciri-ciri orang mukmin, kafir, dan munafik.

Islam memerintahkan siapa saja membangun dan menjaga persaudaraan tanpa memandang status agamanya. Bahkan, saking pentingnya persaudaraan ini Islam melarang pemaksaan dalam beragama. Karena, pemaksaan itu akan berujung pada permusuhan dan perpecahan. Pemaksaan dalam beragama biasanya dilakukan oleh kelompok garis keras yang merasa benar sendiri dan memonopoli kebenaran. Seakan kebenaran hanya miliknya sendiri, sementara orang lain tidak berhak merengkuh kebenaran yang sama dengan cara yang berbeda.

Biasanya rasisme itu terjadi karena sebagian pihak tidak siap menerima perbedaan. Seakan perbedaan itu adalah perpecahan. Perpecahan itu kesalahan yang fatal. Kesalahan itu adalah kesesatan. Kesesatan balasannya neraka. Cara pandang semacam ini akan sangat mudah memicu seseorang bertindak ekstrem sehingga menyebabkan pertumpahan darah. Prediksi kekhawatiran malaikat yang disampaikan kepada Allah–seperti tersebut dalam Al-Qur’an–sesungguhnya ditujukan kepada manusia yang fanatis ini. Karena, mereka sangat berbahaya untuk keberlangsungan tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi.

Melalui uraian tersebut, sesungguhnya saya ingin menyampaikan pentingnya menjaga teguhnya tali persaudaraan, membudayakan sikap yang terpuji, dan menghindari rasisme. Paling tidak dengan cara inilah kita benar-benar disebut muslim yang terpuji secara lahir dan batin.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru