26.1 C
Jakarta

Perintah Berakhlak Mulia Kepada Kedua Orang Tua dalam Al-Qur’an

Artikel Trending

Asas-asas IslamAl-Qur’anPerintah Berakhlak Mulia Kepada Kedua Orang Tua dalam Al-Qur’an
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diwahyukan kepada Rasulullah Muhammad saw. untuk membawa misi memperbaiki dan menyempurnakan tatanan kehidupan manusia di dunia. Banyak aspek kehidupan yang menjadi target Rasulullah dalam misi tersebut diantaranya adalah aqidah, muamalah, ekonomi, dan aspek lain. Semua aspek itu tak luput dari perhatian Nabi yaitu penyempurnaan akhlak atau moral kepada kedua Orang Tua. Sebagaimana dalam Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 22, bahwa Allah mengutus Rasulullah sebagai suri tauladan yang baik yang bertujuan untuk meyempurnakan tatanan kehidupan manusia sehingga menjadi kehidupan yang baik dan berada di jalan yang diridhai Allah swt.

Persoalan akhlak kepada kedua orang tua tentu tidak bisa lepas dari teladan umat Islam yaitu Rasulullah saw. Beliau adalah sebaik-baik dan paling sempurnanya manusia. Rasulullah dilahirkan dalam keadaan yatim, kemudian baru enam bulan berlalu ibunya wafat ditengah perjalanan pulang dari ziarah makam ayahnya. Dari sedikit kisah ini bisa dipahami bahwa sejak kecil Rasul sudah belajar untuk mandiri, dan dituntut untuk sabar dalam menghadapi kehidupannya, menghormati orang lain di sekitarnya. Hal tersebut menjadikan karakter Rasulullah terbentuk dengan sangat baik sehingga menjadi manusia yang paling mulia akhlaknya, dalam beberapa keterangan disebutkan bahwa akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an.

Lalu bagaimana akhlak mulia kepada kedua orang tua yang diajarkan oleh Rasul dalam Al-Qur’an? Banyak ayat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang masalah ini namun pembahasan ini berfokus pada dua ayat yang membahas penerapannya dalam kehidupan secara rinci. Dalam surah al-Isra’ ayat 23 dan 24:

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (23) وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا (24)

Menurut Mujahid lafadz wa qadla dalam redaksi ayat di atas adalah bertujuan untuk menyatakan perintah. Sehingga terdapat dua perintah dalam ayat ini; Pertama yaitu perintah untuk mengesakan Allah swt dan menjauhi perbuatan syirik. Kedua yaitu perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. Hal ini mengindikasikan bahwa orang tua mempunyai kedudukan yang tinggi, sebab setelah perintah menjauhi perbuatan syirik kemudian dilanjutkan dengan perintah berbuat baik (ihsanan) kepada kedua orang tua.

BACA JUGA  Saat Ramadhan, Ini Waktu Utama untuk Membaca Al-Qur'an

Lalu bagaimana penerapan “berbuat baik” yang dimaksud dari ayat tersebut? Pertama, larangan mengucapkan kata-kata yang dapat menyakiti hati dan perasaan kedua orang tua meskipun dengan sekecil ucapan. Kedua, larangan membentak kedua orang tua atau salah satunya, sebab hal ini merupakan perbuatan yang sangat tercela. Bagaimana mungkin seorang anak membentak orang tuanya yang telah membesarkan dan mendidiknya. Ibnu Katsir mengartikan redaksi tersebut dengan arti larangan melawan orang tua, baik dengan perkataan atau bahkan dengan tangan. Ketiga, perintah untuk bertutur kata yang baik dan sopan. Kata karim dalam ayat ini menurut Wahbah Zuhaili bisa bermakna lembut, baik, disertai dengan tata krama. Dalam ayat 24 terdapat dua perintah selanjutnya, yaitu:

Keempat, perintah untuk merendahkan diri di hadapan kedua orang tua, dengan maksud perintah untuk mentaati perintahnya dalam jalan yang Allah ridhai, dan larangan merendahkan kedua orang tua karena ilmu atau pangkat atau juga harta yang dimiliki oleh seorang anak. Kelima, perintah untuk mendoakan kedua orang tua, dengan doa yang baik dan memohon kasih sayang Allah untuk kedua orang tua sebagaimana orang tua mengasihi seorang anak dimasa kecilnya. dengan kelima perintah ini jika dilakukan dengan baik niscaya akan menjadikan seseorang yang mendapat ridha Allah swt. Karena dalam satu keterangan dikatakan “ridha Allah adalah ridha orang tua”.  Dan kehidupan seorang anak di dunia ini tak terlepas dari peranan penting kedua orang tua, oleh karena itulah seorang anak wajib hukumnya menyayangi kedua orang tuanya dengan berbudi pekerti/akhlak yang mulia.

Mohamad Zuhdi Salim, Mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, IAIN Pekalongan

 

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru