31.8 C
Jakarta

Peringatan Maulid Nabi: Memahami Perayaan Cinta dan Menepis Racun Keburukan terhadap Sesama

Artikel Trending

KhazanahTelaahPeringatan Maulid Nabi: Memahami Perayaan Cinta dan Menepis Racun Keburukan terhadap Sesama
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Bulan Rabiul Awal, adalah salah satu bulan yang dinantikan oleh sebagian besar umat Muslim. Hal ini karena ada peringatan kelahiran Rasulullah Saw., di mana setiap daerah di berbagai belahan dunia, merayakan dengan cara yang unik, sesuai dengan adat dan budaya yang berkembang.

Perlu kita ketahui bahwa, perkembangan agama Islam di setiap daerah, tidak lepas dari budaya yang berkembang di daerah tersebut. Artinya penyebaran agama Islam sendiri, bercampur dengan berkembangnya budaya dalam suatu daerah. Keduanya tidak bisa dipisahkan karena menjadi satu kesatuan yang sempurna. Maka dari itu, sebagai masyarakat yang sangat kental dengan budaya, kita tidak boleh menghilangkan budaya yang menjadi bagian dari laku kehidupan masyarakat.

Perayaan maulid Nabi, adalah suatu perayaan yang kerapkali mendapatkan sorotan oleh sebagian kelompok masyarakat. Sebab hal ini tidak ada perintah serta tidak ada dalil yang menjadi landasan mengapa perayaan ini perlu dilaksanakan. Meski begitu, sebenarnya kita tidak butuh dalil untuk menampakkan kecintaan terhadap Rasulullah Saw., makhluk agung yang diciptakan oleh Allah yang diutus ke dunia untuk menyempurkan akhlak.

Praktik yang dilakukan dalam perayaan maulid Nabi dinilai sebagai bid’ah hasanah, sama sekali tidak menyimpang dari ajaran Islam. Kegiatan maulid Nabi berupa membaca Al-Qur’an, memberi makanan, sedekah, melantunkan pujian-pujian tentang maulid ;syair maulid ad-Diba’i yang lumrahnya dibacakan di lingkungan nadhliyin dan di penghujung bacaan mereka berdiri secara bersamaan tepatnya ketika membaca tentang kelahiran Nabi Muhammad Saw., dan syair-syair zuhud yang dimungkinan dapat menggugah untuk melakukan kebaikan dan amal akhirat.

Praktik tersebut tentu sangat jauh dari kata buruk jika kita melihat ke dalam konteks ajaran Islam. Sebab umat Muslim sendiri tidak hanya memperkuat relasi batin kepada Rasulullah Saw. melalui shalawat yang dilantunkan akan tetapi relasi kepada sesama manusia untuk saling berbagi satu sama lain.

BACA JUGA  Perayaan Isra’ Mi’raj Versi HTI: Strategi Licik Merebut NKRI

Penguatan Iman dan Relasi kepada Sesama

Seperti yang kita ketahui bahwa kualitas manusia berkaitan dengan tiga hal: pertama, kekuatan iman. Iman merupakan keyakinan dengan sepenuh hari terhadap Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir. Lima sendi keimanan tersebut merupakan barometer kehidupan manusia dalam hidup dengan ejawantah praktik dari keimanan. Kedua, kehendak beramal saleh.

Amal baik merupakan manifestasi dari keimanan yang dimiliki oleh seseorang. Ini juga berkenaan dengan kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang saling terhubung satu sama lain dengan manusia lainnya. Hidup tolong-menolong dan saling berbagai merupakan kehidupan yang memiliki dimensi untuk mengangkat kepentingan hidup bersama, tidak rakus dan harus memelihara kelestarian lingkungan. Keterikatan manusia tidak hanya kepada sesama manusia, akan tetapi juga alam, serta makhluk hidup yang lain.

Ketiga, ilmu pengetahuan. Iman dan amal saleh yang dimiliki oleh seseorang, harus berlandaskan pengetahuan sebagai sarana/jembatan. Di sinilah ilmu pengetahuan menjadi titik sentral kehidupan manusia karena hanya dengan ilmu, manusia mampu membedakan benar dan salah, serta dalam konteks ajaran Islam sendiri, orang yang memiliki ilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah.

Manifestasi dari perayaan maulid Nabi yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Muslim, bisa dikatakan sebagai perbuatan amal saleh. Hal ini karena tidak lepas dari praktik berbagi kepada sesama pada euforia perayaan maulid. Masyarakat senantiasa menyisihkan sebagian rezekinya untuk berbagi makanan kepada sesama sehingga, sikap rakus dalam diri, bisa terkikis.

Kesadaran bahwa manusia saling membutuhkan terhadap sesama dan berbagi kebaikan, adalah wujud lain dari perayaan maulid Nabi yang setiap tahun dirayakan. Meskipun di setiap daerah memiliki budaya yang berbeda-beda, namun melalui perayaan maulid Nabi, umat Muslim senantiasa belajar agar saling memberi terhadap sesama. Wallahu A’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru