25.6 C
Jakarta

Peringatan 1 Abad NU: Merangkul Bersama dan Menguatkan Peran Masyarakat

Artikel Trending

KhazanahTelaahPeringatan 1 Abad NU: Merangkul Bersama dan Menguatkan Peran Masyarakat
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Sidoarjo, pada tanggal 7 Februari 2023 menjadi tempat bersejarah. Sebab di tanggal tersebut, diperingati acara satu abad NU, organisasi paling besar di Indonesia, yang memiliki peran luar biasa bagi bangsa Indonesia di tengah masyarakat yang beragam. Lebih dari satu juta orang akan hadir ke Stadion Delta Gelora, Sidoarjo, Jawa Timur.

Membayangkan lebih dari satu juta orang yang akan hadir, tentu, saya masih ingat tentang ajakan para pengurus Fatayat di ranting, khususnya di kampung halaman, ketika ingin menghadiri peringatan besar ini. Masyarakat dari akar rumput secara serentak hadir, dengan euforia membuncah untuk mengikuti peringatan yang sakral ini. Kehadiran ribuan masyarakat merupakan wujud kecintaan yang besar kepada NU dan menjadi salah satu wasilah bahwa NU tidak hanya menjadi organisasi, akan tetapi sudah mengakar dalam diri masyarakat.

Di Madura, misalnya. Ribuan masyarakat hadir berbondong-bondong untuk pergi ke Sidoarjo. Dari empat kabupaten yang ada di Madura, total puluan ribu masyarakat Madura yang akan pergi ke Sidoarjo dengan beberapa rincian sebagai berikut: Pamekasan, ada 10.201 orang. Sumenep, ada 5.764 orang. Sampang, ada 7.227 orang dan Bangkalan, ada 8000 orang (kabarmadura.id).

Satu Abad NU untuk Indonesia

NU, dalam sepak terjang sejarah memasuki awal abad kedua ini, tema yang diusung oleh NU adalah “Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru”.  Tema ini dipilih menurut Gus Yahya, ketua PBNU, berdasar kepada sebuah hadis Rasulullah Saw mengenai adanya pembaharu (mujaddid) setiap 100 tahun, sehingga kemudian diharapkan menjadi pemicu kebangkitan baru, dan bukan bermakna baru bangkit.

Kebangkitan ini bisa kita maknai secara luas. Mulai dari kebangkitan akademik, sains, teknologi, sastra, seni, dan lainnya. NU harus mampu menjawab tantangan zaman. Bangkit di semua sektor dengan tetap memegang teguh komitmen terhadap bangsa dan negara Indonesia.

Peran NU yang sudah hadir sebelum Indonesia merdeka, sudah pasti memiliki dasar pengalaman yang kuat bagaimana membersamai Indonesia sebelum merdeka hingga hari ini (sudah merdeka) dan memiliki berbagai tantangan kebangsaan dan keindonesiaan. Peringatan satu abad NU ini bukan hanya sebuah kebanggaan akan hadirnya organisasi yang cukup lama. Bukan hanya sebatas sebuah perayaan dengan berbagai rangkaian kegiatan yang cukup meriah dan dihadiri oleh berbagai kelompok masyarakat. Banyak refleksi, tanggung jawab besar yang dimiliki oleh NU sebagai organisasi dengan corak Islam tradisional sangat kuat dengan karakter masyarakat Indonesia.

BACA JUGA  Mengapa Isu Khilafah Terus Mengakar pada Waktu Pemilu?

Di tengah membaurnya gerakan Islam transnasional, dengan beragam corak yang berkiblat kepada Arab, dan memaksa diri untuk tumbuh di Indonesia, menjadi salah satu tantangan besar dalam relasi keagamaan. Kehadiran NU dengan para ulama yang menjadi sumber pengetahuan agama, yang sesuai dengan konteks keindonesiaan, menjadi privilege muslim di Indonesia. Sebab Islam yang berkembang di Indonesia pasti akan berbeda dengan Islam yang berkembang di Arab, Turki, dan yang lain. Maka dari itu, NU harus mampu mempertahankan corak Islam tradisional dengan ciri khas Islam Nusantara dan menolak segala bentuk paham keagamaan yang menghancurkan jati diri bangsa.

Muslim di Indonesia harus percaya diri dan harus bangga dengan warisan nenek moyang tentang ajaran agama yang berkembang di Indonesia. Gagasan Islam Nusantara yang oleh Greg Barton diyakini sebagai wujud dari Islam rahmatan lil ‘alamin, perlu terus disebarkan dan menjadi kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia, sebagai bangsa mayoritas muslim.

Bergandengan Tangan untuk Saling Merangkul

Salah satu praktek baik yang sangat berkesan dalam perayaan satu abad NU adalah keterlibatan organisasi lain untuk menyukseskan kegiatan bersejarah tersebut. Gereja Kristen Indonesia (GKI) Sidoarjo misalnya. Mereka menyediakan tempat istirahat, makan dan minum, serta fasilitas yang lain speerti toilet, Wi-Fi secara gratis. Bantuan tersebut disampaikan oleh Pendeta GKI Sidoarjo, Leonardo Andrew Immanuel dengan membentuk posko untuk para jamaah yang hadir.

Bantuan serupa juga diberikan oleh organisasi Islam Muhammadiyah. mereka menyediakan ambulance, ribuan porsi makan dan minuman untuk warga NU yang mengikuti acara Puncak Resepsi Satu Abad NU.

“Kami menyediakan makanan dan minuman yang dibagikan secara gratis, yaitu air mineral sembilan ribu botol, minuman kopi, teh, dan snack untuk dua ribu orang, nasi dua ribu bungkus, dan bakso tiga ribu porsi,” kata Dr. Sukadiono, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur dilansir dari laman PWMU.

Bantuan dari berbagai organisasi tersebut, adalah upaya dalam merekatkan hubungan sosial tanpa melihat latar belakang agama. Misi Islam rahmatan lil alamin, terlihat secara riil dengan menciptakan hubungan yang saling merangkul dan membantu sesama dalam sebuah pondasi kemanusiaan. Wallahu a’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru