26.9 C
Jakarta

Pergerakan HTI di Lapas Melalui Program Baca-Tulis Al-Qur’an

Artikel Trending

Milenial IslamPergerakan HTI di Lapas Melalui Program Baca-Tulis Al-Qur'an
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Setelah mengulas eksisnya HTI dengan melihat eksisnya tokoh-tokoh pentolan HTI di beberapa tempat strategis seperti di pemerintahan dan media, tulisan ini ingin mendedah gerakan HTI lebih dalam, yakni pada gerakan-gerakan yang mereka tanam di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas).

Sudah berungkali dikabarkan bahwa HTI telah hampir menguasai Lapas dalam kegiatan dan program keagamaan. Di bidang keagamaan di Lapas, HTI adalah organisasi pertama yang menguasai program, menjadi imam masjid, dan bahkan terakhir kabarnya ia juga membuat program baca-tulis Al-Qur’an.

Apus-apus Program HTI

Tak aling-aling, HTI sebenarnya telah melakukan beberapa program di Lapas. Di antaranya, pada 25 April 2019, mereka melakukan pelatihan mengajar Al-Qur’an bekerjasama dengan Yayasan Cinta Qur’an Foundation dan melalui program Indonesia Bisa Baca Al-Qur’an (IBBQ) di Aula Gedung III dan Aula Balai Latihan Kinerja (BLK) Lapas Gunung Sindur.

Kedua, pada 13 Mei 2019, mereka melakukan pelatihan baca Al-Qur’an yang juga bekerja sama dengan Yayasan Cinta Qur’an Foundation melalui program IBBQ, bertempat di di Masjid Al-Muhajirin dan Aula Gedung II Lapas Cilegon. Selanjutnya, pada 7 Mei 2019, mereka melaksanakan kegiatan belajar Al-Qur’an bersama Yayasan Cinta Al-Qur’an di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Tangerang.

Dan pada, 11 Maret 2020, mereka melakukan pelatihan baca tulis Al-Qur’an melalui Metode Tahrir digelar di Musala At-Taubah dan Aula Serbaguna Dr. Sahardjo, Lapas Kelas IIB Purwakarta. Terakhir, pada November 2020, mereka kembali melakukan pelatihan dalam pelatihan baca Al-Qur’an WBP Lapas Kelas II B Bondowoso. Dan pada Juni 2021, kegiatan serupa juga digelar di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Cilegon (Harakatuna/20/9/2022).

Fenomena Buruk Lapas

Dilihat dari kegiatan yang dilakukan oleh aktivis HTI tersebut, sesungguhnya apa yang terjadi di dan pada Lapas-lapas Indonesia? Lalu bagaimana ceritanya, Lapas bisa kecolongan, kalau tidak dikatakan ada unsur kesengajaan bisa bekerjasama dengan aktivis HTI, hanya sekadar belajar-mangajar Al-Qur’an?

Jika alasannya adalah yayasan Al-Qur’an yang dimiliki HTI, bukannya juga banyak yayasan-yayasan di Indonesia lebih baik dan bagus dalam pembelajaran Al-Qur’an. Jika alasannya adalah ustaz Fatih yang dianggap memiliki kapabilitas dan otoritas dalam pembelajaran Al-Qur’an bukannya terlalu banyak ustaz yang ampuh dan mumpuni dalam mengajari Al-Qur’an di Indonesia ini? Bahkan bisa dipastikan, lembaga dan ustaz/kiai yang lain, berada dalam satu alur dalam misi, visi, dan nasionalisme yang dibangun oleh Polri dan Negara Indonesia secara umum. Tapi faktanya telah terjadi demikian.

BACA JUGA  Overdosis Ajaran Radikal Manipulatif di Media Sosial

Ini adalah berita buruk untuk Lapas! Jangan sampai kemudian, Lapas menjadi pabrik peternak HTI. Orang-orang yang dulunya tidak berafiliasi dengan HTI, setelah Lapas memberikan tempat pada HTI, mereka menjadi kader HTI. Jangan sampai kemudian, orang-orang yang dulunya, tidak mengenal HTI, menjadi aktivis paling gigih dan fanatik dalam menyebarkan paham HTI. Akhirnya, Lapas menjadi tempat dalam menyuburkan gerakan HTI!

Inilah yang mesti kita lihat. Dikhawatirkan, program di Lapas, malah kontraproduktif dengan program pemerintahan hari ini, seperti program deradikalisasi, dan moderasi agama. Apa yang moderat dari gerakan HTI? Tidak ada. Justru ajaran HTI terbalik dengan program pemerintah Indonesia. Mereka ingin Indonesia tumbang karena Indinesia dianggap toghut. Mereka ingin masyarakatnya ikut pada khilafah. Mereka ingin mendirikan khilafah.

Jangan Sampai Menjadi Antek HTI

Jangan sampai kemudian, dengan alasan agama (positif), dan alasan ketidaktahuan di sisi lain, menjadi legitimasi dalam memberikan tempat dan kebebasan bagi para HTI. Sudah terlalu banyak program dan uang yang sia-sia dalam agenda penghapusan dari paham-paham radikalisme di Indonesia. Oleh demikian, Lapas juga jangan sampai merunyamkan dan ikut-ikutan menjadi penyumplai dengan memberikan tempat dan menggandeng lembaga-lembaga dan tokoh-tokoh HTI, seperti Yayasan Qur’an Foundation dan Muhammad Fatih Karim.

Harus diingat Yayasan Qur’an Foundation dan Yayasan Indonesia adalah milik HTI. Serta Fatih Karim dan Ismail Yusanto adalah tokoh penting di HTI. Lembaga dan tokoh-tokoh ini, nantinya yang akan menjadikan Lapas menjadi pabrik HTI, setelah mereka tidak memiliki tempat di masyarakat umum.

Harus diingat pula, mereka memiliki cara yang super baik untuk mengelabuhi orang dan bahkan untuk menipu para pejabat. Awalnya pasti mereka mencari celah di Lapas dan kemudian menawarkan progam-program untuk menutup celah tersebut. Setelah dari sini, mereka melakukan perekrutan, konfrontasi intelektual, dan mengubah cara berpikir masyarakat Lapas, serta menerima kekuasaan. Sejak lama cara inilah yang dilakukan HTI. Dan berhasil.

Jika hal tersebut berhasil, maka sangat mudah ia mengubah pandangan orang-orang untuk membenci Pancasila dan mencintai Khilafah. Akhirnya, potensial ia bisa mengubah ideologi nasional dengan mengusung Daulah Islamiyyah. Indonesia menjadi negara Khilafah.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru