31.1 C
Jakarta

Perempuan Menghalau Intoleransi dan Radikalisme

Artikel Trending

KhazanahPerempuan Menghalau Intoleransi dan Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Pada tanggal 08 Maret 2020. Perempuan dunia, tengah menyaksikan perayaan momentum hari perempuan internasional. Pada momentum ini, semangat yang harus mereka bawa, yaitu menghalau intoleransi dan radikalisme yang mencoba-coba mempengaruhi psikilogis dan moderatisme keagamaannya.

Koalisi perempuan Indonesia, cukup sering dihantui tindakan intoleransi dan radikalisme. Dua isu ini, tidak pernah sepi dari muara kehidupan mereka yang terbiasa dengan keadaan yang ramah. Tidak sedikit, seeluruh perempuan di daerah-daerah yang terpapar intoleransi dan paham radikal.

Dalam survei The Wahid Foundation, keterlibatan perempuan dalam aksi intoleransi, radikalisme, bahkan dalam bentuk terorisme. Dalam kasus terorisme 2016, setidaknya ada 6 perempuan telah ditangkap atas tuduhan terlibat aksi terorisme. Angka ini, walaupun terkesan kecil, namun jumlahnya meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Beberapa nama tersebut antara lain Dian Yulia Novi, Arinda Putri Maharani, dan Anggi alias Khanza mantan Tenaga Kerja Wanita di luar negeri.[Alamsyah M Dja’far, dkk. 2017: 6]

Survei The Wahid Foundation membenarkan bahwa perempuan terpapar intoleransi dan radikalisme. Adapun sebelumnya mereka sebagai korban simpatisan menjadi aktor utama tindakan kekerasan, label agama kadang kala digunakan hanya untuk mencapai kepentingannya dalam urusan politik.

Kenyataannya banyak perempuan Indonesia yang menjadi korban simpatisan gerakan ekstrem dan radikal. Misalkan, ISIS (Islamic State of Iraq and Syria), dan eks Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Mereka (woman) terjebak atas kekerasan doktrin agama dan apa yang telah dijanjikan gerakan ISIS dan HTI.

Tatkala eks HTI tak pernah melakukan aksi kekerasan yang berdampak pada fisik dan psikologis. Tak terkecuali, tindakan intoleransi mereka (khilafah) yang efeknya pada ideologis. Agama hanya memoles bahwa gerakan mereka itu Islam. Gerakan-gerakan yang dipoles oleh isu agama gampang laku.

Dari sudut lain, isu agama merupakan isu sensitif yang bisa saja membuat disalahgunakan untuk berbuat tindakan intoleran dan radikal. Inspirasi tindakan mereka biasanya banyak berangkat dari gerakan hijrah dan jihad. Sedangkan wawasan agama mereka lemah, hal itu bisa terjadi kapan saja.

Dilema Perempuan Terpapar Radikalisme

Faktor perempuan gampang terpapar sikap intoleransi dan paham radikalisme, karena pemahaman agamanya yang sempit. Hal ini memudahkan gerakan intoleransi dan radikal mempengaruhi pengetahuan agamanya yang dangkal. Gerakan hijrah salah satunya yang paling efisien dan efektif.

Omar Ashour (2009: 4-6) membagi gerakan radikalisme dalam dua tipologi. Pertama, radikalisme ideologis. Hal ini perubahan sikap yang lebih agresif melakukan pengerasan terhadap pergantian ideologi negara. Kedua, radikalisme tingkah laku. Hal ini atas dasar acuan sikapnya yang tidak suka pada perbedaan dan pandangan.[hal. 4]

BACA JUGA  Kontra-Radikalisme dan Disinformasi di Tengah Hiruk Pikuk Pemilu 2024

Pentingnya evaluasi kebijakan pemerintah mendorong program moderasi beragama dalam konteks menghalau gerakan-gerakan intoleransi dan radikalisme. Sebagian perempuan korban simpatisan ISIS dan eks HTI penting bagi pemerintah untuk dilakukan deradikalisasi dan pembinaan paham moderasi agama.

Survei The Wahid Foundation, bukan hanya menjadi kesalahan tanpa evaluasi. Akan tetapi, tatkala tak ada langkah evaluatif bisa mendorong perempuan menyebarkan paham-paham yang intoleran, dan radikal. Dua isu itu bisa menemukan dan bertindak dengan jalan kekerasan atas nama agama sendiri.

Perempuan Agen Perdamaian

Perubahan penting bagi kaum perempuan bagaimana perannya berubah dari aktor kekerasan, aksi intoleransi dan radikal. Kemudian, menjadi aktor perdamaian dunia. Agama di dunia penting melibatkan partisipasi koalisi masyarakat civil dari golongan perempuan sebagai jurus jitu menangkal ideologi itu.

Pandangan Jamhari (2003: 84) banyak barang bukti untuk membangun argumen jika perempuan merupakan kelompok penting dalam membangun toleransi, dan perdamaian. Perempuan menjadi pihak yang terlibat dalam upaya-upaya rekonsiliasi konflik di masa-masa awal republik berdiri. Bahkan kaum perempuan dari ormas-ormas keagamaan terlibat aktif bersama kaum laki-laki dalam kemerdekaan republik Indonesia.

Kiprah perempuan dalam membangun kemerdekaan merupakan teladan perubahan. Perubahan mereka harus mendorong negara dan ormas-ormas agama, serta koalisi masyarakat civil dari golongan perempuan. Agar mereka memperkenalkan sikap-sikap keagamaan yang sopan, santun, dan ramah.

Terlebih sikap-sikap toleransi perempuan yang bisa dijadikan obat mujarab menembuhkan penyakit radikalisme yang mengancam kebersamaan umat beragama. Di Indonesia, perempuan harus diberikan posisi penting dalam rangka menangkal gerakan-gerakan intoleransi dan radikalisme.

Perempuan sebagai agen perdamaian dan peletak kehidupan umat beragama yang rahmah, harus lebih berusaha lagi menghalau kekerasan-kekerasan atas nama agama yang mengancam ideologi. Supaya bisa efektif pencegahannya harus ada pengawasan ata kontrol sosial dari pemerintah dan Komnas Perempuan, serta Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Hal ini lebih leluasa bagi perempuan menjaga keluarga sekitar, terutama anaknya agar tidak terpapar tindakan intoleransi dan paham radikal.

Peran dakwah adalah momen tepat bagi gerakan kaum perempuan, mulai dari Muslimat NU, Fatayat NU, dan gerakan dakwah perempuan dari Muhammadiyah. Dakwah Islam mereka hadir dalam rangka mendorong semua perempuan untuk tidak mudah menerima pemahaman agama dari ustadz yang baru muncul di media sosial. Apalagi ceramah agama yang bisa memecah belah, hal itu harus didorong agar bisa dihindari.

Oleh: M. Aldi Fayed S. Arief

Penulis, adalah Pemerhati Keislaman, dan Alumni Pondok Pesantren at-Taqwa Pusat Putra, Bekasi.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru