27.7 C
Jakarta
spot_img

Perempuan dan Realitas Kehidupan: Antara Narasi Kesalihan dan Ancaman Ideologi Radikal

Artikel Trending

KhazanahTelaahPerempuan dan Realitas Kehidupan: Antara Narasi Kesalihan dan Ancaman Ideologi Radikal
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Pada sebuah cuitan di X, sebuah akun dengan foto profil laki-laki menceritakan bahwa istrinya setiap hari menempuh perjalanan 30 km untuk bekerja. Pekerjaan tersebut dilakukan istrinya demi menopang kehidupan keluarga. Suaminya sebenarnya juga bekerja, tetapi karena realitas kebutuhan yang sangat besar dan gaji yang belum mencukupi kebutuhan bulanan, mereka sepakat untuk bekerja bersama demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Kisah tersebut serupa dengan pengalaman seorang teman perempuan. Setiap pagi pukul 7, ia harus berangkat ke kantor, sementara anaknya yang masih berusia tujuh bulan dirawat oleh suaminya. Mereka tinggal berdua tanpa bantuan keluarga, sehingga harus berbagi peran dalam pengasuhan dan pekerjaan domestik. Suaminya mengurus anak serta menyelesaikan tugas rumah tangga, sementara pada malam hari, ia bekerja sebagai pengemudi ojek online.

Perspektif Agama

Ceramah agama yang sering kita dengar menekankan kewajiban perempuan untuk mengurus suami dan keluarga, mulai dari menyiapkan makanan hingga mendidik anak. Namun, realitas kehidupan modern menuntut adaptasi. Apakah perempuan yang turut bekerja demi mendukung ekonomi keluarga, bahkan menjalankan peran yang secara tradisional dianggap sebagai tanggung jawab suami, tetap bisa disebut salihah?

Realitas menunjukkan, banyak ibu yang harus bangun sebelum Subuh untuk berjualan di pasar, sehingga urusan memasak diserahkan kepada suami. Dalam situasi seperti ini, tentu kesalihan tidak bisa diukur hanya dari satu peran tertentu. Justru, kompromi antarpasangan demi tujuan kemaslahatan adalah nilai yang lebih relevan dan islami.

Ceramah agama harus menyentuh realitas kehidupan, menampilkan fleksibilitas peran dalam rumah tangga sesuai kebutuhan, dan menjauhi pemahaman yang bias gender. Al-Qur’an memberikan ruang untuk konteks yang dinamis, termasuk dalam penafsiran surah an-Nisa’ ayat 34, yang menyebutkan laki-laki sebagai pemimpin keluarga.

BACA JUGA  Pencegahan Terorisme: Pentingnya Pelibatan Ormas di Tataran Akar Rumput

Sebagaimana dijelaskan oleh Husein Muhammad dalam Fiqh Perempuan dan Nasaruddin Umar dalam Argumen Kesetaraan Gender, kepemimpinan keluarga tidak harus kaku, melainkan dapat bersifat kolektif. Dalam beberapa situasi, istri dapat mengambil peran pemimpin jika diperlukan, selama hal itu membawa kemaslahatan bagi keluarga.

Fenomena Perempuan Teroris

Namun, diskusi tentang peran perempuan tidak berhenti di ranah domestik. Fenomena semaraknya keterlibatan perempuan dalam jaringan terorisme menunjukkan bahwa bias pemahaman agama tidak hanya berdampak pada keluarga, tetapi juga dapat digunakan untuk menyusupkan ideologi radikal.

Banyak kelompok teroris memanfaatkan narasi kesalihan perempuan dengan cara manipulatif, seperti mengagungkan peran perempuan sebagai “pendukung jihad,” baik di rumah tangga maupun dalam aksi terorisme. Mereka memanfaatkan loyalitas perempuan terhadap suami atau kelompok untuk meradikalisasi perempuan demi tujuan destruktif.

Narasi yang menjebak perempuan dalam peran tertentu tanpa melihat kompleksitas kehidupan sering menjadi pintu masuk radikalisasi. Oleh karena itu, dakwah yang menyentuh realitas kehidupan keluarga juga dapat menjadi langkah preventif terhadap penyebaran ideologi radikal.

Pemahaman tentang kerja sama suami-istri dalam rumah tangga, penghargaan terhadap kemanusiaan, serta kontekstualisasi ajaran agama dapat menjadi narasi kontra untuk melawan ideologi yang memanfaatkan perempuan.

Agama mengajarkan kemaslahatan, bukan pemaksaan peran yang kaku. Dengan menghadirkan ceramah yang membumi, pendakwah dapat memperkuat fondasi keluarga sekaligus melawan propaganda ideologi radikal yang kerap menjadikan perempuan sebagai alat. Kolaborasi antara suami dan istri dalam berbagai peran rumah tangga adalah langkah awal menciptakan keluarga yang harmonis dan tahan terhadap pengaruh destruktif.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru