Harakatuna.com. Ternate – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mencatat secara umum di Indonesia kelompok perempuan dan anak muda merupakan kelompok yang rentan terpapar radikalisme dan terorisme. Hal ini didorong oleh tingginya aktivitas kelompok ini dalam mengakses situs-situs yang berpotensi mengandung unsur radikalisme dan terorisme.
Kabag Keuangan BNPT, Syaiful Rachman mengatakan hasil penelitian BNPT menunjukkan bahwa anak muda dan perempuan termasuk kelompok paling aktif menggunakan media sosial. Kondisi ini perlu menjadi perhatian bersama karena dapat meningkatkan risiko paparan paham-paham radikal secara mudah.
“Radikalisme tidak hanya terkait agama, tetapi juga mencakup aspek sosial dalam kehidupan yang hedonis. Oleh karena itu, BNPT mempunyai tanggung jawab untuk melindungi perempuan dan anak,” jelas Syaiful, belum lama ini.
Sementara itu, terkait data serangan terorisme dari BNPT mencatat penurunan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan pihaknya menerangkan bahwa Indonesia nol persen serangan teror dalam dua tahun terakhir ini.
“Alhamdulillah, pada tahun 2023 angka serangan terorisme mencapai nol persen, dan tahun 2024 juga menunjukkan tren yang sama. Meski begitu, kita tidak boleh berbangga, karena ancaman radikalisme bisa muncul dalam bentuk yang tidak selalu fisik tetapi bentuk di luar fisik yang membahayakan,” ujar Syaiful, mengakhiri.
