Harakatuna.com. Kabul – Puluhan perempuan Afghanistan turun ke jalan-jalan di kota Kabul pada Rabu (29/12) menuntut pencairan aset negara tersebut yang dibekukan setelah Taliban mengambil alih kekuasaan pada pertengahan Agustus lalu.
Para pengunjuk rasa berbaris melalui jalanan di ibu kota sambil membawa poster dan meneriakkan slogan-slogan. Banyak dari mereka yang menyerukan pengiriman bantuan untuk membantu mengatasi situasi ekonomi di negara yang bermasalah itu. Sebab selama ini, mereka memandang AS tidak sama sekali empati dengan masalah yang menimpa negaranya itu.
Pendanaan internasional untuk Afghanistan telah ditangguhkan dan miliaran dolar aset negara itu yang berada di luar negeri – sebagian besar di Amerika Serikat. Pasalnya sejumlah aset negara mereka telah dibekukan setelah Taliban menguasai negara tersebut. Sehingga hal ini berdampak pada kesejahteraan masyarakatnya.
Kurangnya pendanaan telah menghancurkan ekonomi Afghanistan dan menyebabkan meningkatnya kemiskinan, sementara kelompok-kelompok bantuan telah memperingatkan bencana kemanusiaan yang membayangi negara tersebut.
Pegawai negeri, mulai dari dokter hingga guru dan pegawai negeri sipil (PNS), sudah berbulan-bulan tidak mendapatkan gaji. Sementara pihak bank telah membatasi berapa banyak jumlah uang yang dapat ditarik oleh pemegang rekening.
Delapan puluh persen anggaran pembangunan Afghanistan berasal dari masyarakat internasional. Tanpa akses yang lebih besar pada pendanaan internasional ini, ekonomi Afghanistan kemungkinan akan berkontraksi sekitar 30 persen pada tahun ini, memicu lebih jauh terjadinya krisis kemanusiaan.