32.9 C
Jakarta
Array

Percaya Ramalan, Bolehkah?

Artikel Trending

Percaya Ramalan, Bolehkah?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sudah fitrah manusia memiliki sifat kepo, ingin mengetahui dengan sungguh-sungguh. Namun, seringkali hal tersebut tidak diarahkan pada hal yang tepat seperti pada ilmu pengetahuan. Tak jarang, sikap skeptis ini ditujukan pada hal-hal yang di luar kuasa manusia, seperti mengetahui jodoh, rezeki, hingga kapan ajal menjemput.

Skeptisme ini dilakukan melalui berbagai jalan, seperti mendatangi peramal, mengikuti ramalan zodiak, dalam literatus Islam dikenal dengan istilah ilmu nujum, yang termaktub dalam media cetak ataupun elektronik, hingga bergantung pada shio.

Ilmu nujum didasarkan pada peredaran bintang di langit. Benar jika dikatakan bahwa bintang dapat memberi petunjuk. Hal tersebut Allah firmankan dalam Alquran surat al-An’am ayat 97.

…وَهُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمٌ النُّجُوْمَ لِتَهْتَدُوْا بِهَا فِيْ ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَ الْبَحْرِ

Dan Dia telah menjadikan bintang-bintang bagimu agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut…

Ayat ini menunjukkan bahwa fungsi bintang, menurut Al-Baghawi, adalah untuk memberi petunjuk arah. Selain itu, juga dalam surat al-Mulk ayat 5, Allah menyebutkan dua fungsi lainnya, yakni sebagai penghias langit dan pelontar setan. Jika memfungsikan di luar tiga fungsi yang telah disebutkan tentu harus dilihat secara hukum agama.

Ramalan merupakan perkiraan peristiwa yang bakal terjadi tentang beberapa hal yang telah disebutkan di atas, atau tentang hujan, bahkan kiamat.

Tentang hal terakhir, Allah telah banyak menggariskan dalam Alquran yang pada intinya, tidak ada yang mengetahui satu orang pun kecuali Allah sendiri. Hatta Kanjeng Nabi Muhammad pun ketika ditanya oleh banyak orang terkait hal tersebut, Allah menyuruh menjawabnya ‘hal tersebut hanya diketahui oleh Tuhanku’.

Dalam Alquran surat Luqman ayat 34, Allah secara rinci menjelaskan lima hal yang tidak dapat diketahui oleh manusia, yakni hari kiamat, turunnya hujan, perihal mengenai apa yang ada di rahim, pengetahuan tentang apa yang akan manusia usahakan buat esok, dan kematian.

Hal tersebut dipertegas oleh Nabi Muhammad melalui hadisnya.

Barang siapa datang kepada tukang ramal kemudian dia menanyakan sesuatu dan ia mempercayainya, maka tidak diterima shalatnya selama 40 malam (Shahih Muslim, 273: XI).

Hadis tersebut menunjukkan bahwa memercayai ramalan dengan berbagai macam caranya tidak diperbolehkan oleh agama.

*Disarikan dari Fikih Progresif 2

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru