Harakatuna.com- Supaya tidak terkesan sedang menyebarkan ideologi khilafah terhadap masyarakat, HTI menggelar kegiatan yang berkedok Isra’ Mi’raj dengan melakukan long march dan orasi. Long march Aksi Palestina berupa masirah tersebut dilakukan berawal dari Silang Monas menuju Kedubes AS dengan tajuk “Isra’ Mi’raj Umat Bersatu Bebaskan Al-Aqsha dan Palestina”, pada Minggu (26/01/25).
Berdasarkan informasi yang dilansir dari Muslimahnews.net, ada tiga puluh ribu lebih komponen umat Islam yang terdiri dari ulama, muballig-muballigah, pengusaha, intelektual, praktisi hukum dan masyarakat umum dari Jabodetabek dan sekitranya yang memadati Silang Monas. Aksi tersebut juga dilakukan dalam rangka menyuarakan pembelaan terhadap Palestina dengan jihad dan khilafah.
Salah satu pesan besar yang ingin disampaikan dalam acara tersebut kepada publik adalah bahwa, HTI tetap eksis, solid dan sampai hari ini masih ada. Mereka juga ingin mengatakan bahwa pemerintah belum cukup mampu untuk menghempas mereka dari bumi pertiwi dengan dalih perjuangan atas nama Islam.
Momentum Rajab, khususnya Isra’ Mi’raj, bagi HTI adalah momentum perjuangan yang tidak boleh dihilangkan. Selain karena, merupakan salah satu bulan haram bagi umat Islam, bagi HTI bulan Rajab harus diselenggarakan haul khilafah. Haul yang biasa kita gelar dengan acara doa bersama, atau bentuk konferensi, justru diselenggarakan dengan cara berbeda. Mereka turun ke jalan, dan merupakan sebuah simbol yang dengan lantang seolah-olah mereka mengatakan bahwa, “Kami masih hidup! Dan pemerintah tidak bisa memberantas kami,”.
Isra’ Mi’raj dan Makna Persatuan bagi Bangsa Indonesia
Isra’ Mi’raj memiliki makna yang sangat mendalam bagi umat Muslim. Hal ini karena menjadi peristiwa luar biasa yang dialami oleh Rasulullah SAW. Isra’ perjalanan horizontal dari Masjidil Haram ke masjidil Aqsha, dan Mi’raj, perjalanan vertikal dari Masjidil Aqsha menuju Sidratul Muntaha.
Tulisan ini bukan mengandung kebencian terhadap kelompok tertentu. Akan tetapi, kita selalu diingatkan bahwa, tantangan kebangsaan sampai hari ini masih menjadi PR panjang yang harus dipikirkan oleh semua elemen bangsa Indonesia, termasuk kita anak muda. Ideologi yang merusak NKRI, sudah seyogyanya harus dihempaskan dari NKRI karena kita tidak boleh hidup dalam bayang-bayang ideologi yang merusak keharmonisan bangsa Indonesia yang sangat beragam. Kita selalu diingatkan bahwa, bangs aini tegak dengan keberagaman yang absolut. Banyak sekali perbedaan yang ada di Indonesia.
Pancasila menjadi payung dari perbedaan yang ada di Indonesia. Pancasila juga sudah sejalan dengan nilai-nilai Islam karena mendasari prinsip keadilan sosial, persatuan umat. Ia sudah mampu dan terbukti sampai hari ini merangkul segala bentuk perbedaan sosial yang ada. Oleh karena itu, kita tidak perlu repot-repot untuk keukeuh mendirikan negara Islam di Indonesia karena ketidakpuasan kita terhadap kebijakan-kebijakan yang ada. Kritik menjadi salah satu upaya yang tidak boleh lepas dari diri kita sebagai bangsa Indonesia, namun bukan berarti kita berjuang untuk mendirikan negara khilafah.
Eksistensi HTI yang sampai hari ini masih tegak, menjadi suatu ancaman bagi keberlangsungan NKRI. Sebab mereka tidak hanya berdiri di ruang hampa. Segala kegiatan dan bentuk propaganda terus digencarkan dalam berbagai bentuk, mulai dari kampanye hitam, ideologisasi yang berkedok aksi bela Palestina, hingga kaderisasi yang berkedok menyelamatkan NKRI, harus kita sadari bersama. HTI adalah musuh kita bersama. Selayaknya musuh, bukan orangnya yang kita benci, akan tetapi ideologi yang diperjuangkan mati-matian oleh mereka yang harus kita berangus. Wallahu A’lam.