26.9 C
Jakarta
Array

Peran Pemikiran Islam menurut Hasan Al-Banna

Artikel Trending

Peran Pemikiran Islam menurut Hasan Al-Banna
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Judul Buku : Mengenal Al-Banna

Penulis : HD Gumilang

Penerbit : Bitread Publishing, Bandung

Cetakan : I, 2018

Tebal : xviii + 118 Halaman

ISBN : 978-602-53451-6-2

Hasan Al Banna adalah mujaddid pada permulaan abad ke-14 Hijriyah, sekaligus pendiri salah satu gerakan Islam terbesar dunia, Ikhwanul Muslimun di Mesir, sebuah gerakan yang dalam perkembangannya sudah memiliki pengaruh lebih di 70 negara dunia. Hasan Al-Banna juga mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pergerakan kebangkitan kaum muslimin di Indonesia terutama yang bercorak modern reformis.

Buku ini menjelaskan perjalanan Hasan Al Banna yang seakan-akan mendirikan pergerakan Ikhwanul Muslimun demi kemajuan kekuasaan negara Islam. Dalam buku ini terdapat pemikiran dan metode yang dikuasai Hasan dalam sejarah Islam. Tulisan ini menyerupai gaya pemikiran Islam yang selama ini menemukan kata kunci dari semua ilmu telah dipelajari oleh beberapa tokoh ulama. Selain menampilkan gagasan Al Banna juga identik dengan metode dan berfilosofi Islam yang kental dengan moderat yang sangat kuat sekali.

Hasan Al Banna sendiri semasa hidupnya merupakan tokoh kharismatik dan sangat diwaspadai oleh negara-negara Barat yang saat itu menjajah negeri-negeri muslim, hingga Richard Mitchell –cerita (alm) KH. Rahmat Abdullah- mengajukan rekomendasi agar mewaspadai pengajaran Sirah Nabawiyah karena akan membangkitkan militansi para pemuda muslimin. Perlu diketahui bahwa, pengajaran Sirah Nabawiyah menjadi salah satu pengajaran wajib dalam manhaj Tarbiyah yang digagas Hasan Al-Banna lewat Ikhwanul Muslimin disamping materi penting lainnya seperti Aqidah Akhlak, Alquran, Hadits, Ghazwul Fikri, dan lain-lain.

Warisan terbesar Hasan Al-Banna adalah Jama’ah Ikhwanul Muslimun, yang didirikannya pada bulan Maret 1928 Masehi, bertepatan dengan bulan Dzulqa’dah 1347 Hijriyah (hal 1-2).

Bagaimana pun juga, Hassan Al Banna turut menanamkan semangat cinta tanah air (patriotisme) dan nasionalisme ke dalam jiwa-jiwa anggota Ikhwanul Muslimun, sehingga tidak mungkin pada waktu yang sama ia menyerukan pemahaman takfiri. Mereka membentuk kepanduan, dan menyelenggarakan ribath dengan tujuan menjaga negeri dari segala mungkin ancaman yang datang. Akan menjadi semakin menarik lagi, apabila pemikiran Hasan Al-Banna ditinjau lebih dalam, untuk mengangkat gagasan-gagasan khasnya tentang perkembangan dan pergerakan keislaman (hal 9).

Hasan Al Banna memiliki suatu gagasan yang unik kepada mereka, yakni percobaan untuk dakwah di kedai-kedai kopi yang memang banyak tersebar di seantero Mesir umumnya. Pada mulanya, tentu saja mereka menolak gagasan tersebut. Mereka berpikir bahwa ceramah yang efektif adalah di mimbar masjid. Metode dakwah Hasan Al Banna memberikan prioritas kepada sepuluh kepribadian seorang muslim, yaitu qowiyul jism (kuat fisiknya), matinul khuluq (kokoh akhlaknya), mutsaqotul fikri (luas wawasannya) , qadirun ‘alal kasbi (mandiri finasialnya), salimul aqidah (selamat ibadahnya), shohibul ibadah (benar ibadahnya), mujahidun linafsihi (sungguh-sungguh terhadap dirinya), haritsun ‘ala waqtihi (penuh perhatian akan waktunya), munadzdzman fii syu’unihi (rapi urusannya), naafi’an lighairihi (orang lain merasakan kebermanfaatannya). Pada tahap pelaksanaan Al Banna menggambarkannya dengan, “Dakwah pada fase ini adalah jihad yang tidak mengenal lelah, kerja yang berkesinambungan hingga berhasil mencapai tujuan (hal 23-24).

Hasan Al Banna merangkum kembali karakteristik dakwah Ikhwanul Muslimun menjadi Rabbaniyatun ‘alamiyyatun atau Rabbani dan universal. Tujuan Ikhwanul Muslimun menjadi dua. Pertama, tujuan jangka pendek yang meliputi berperan aktif dalam medan kebajikan secara umum dan bakti sosial apapun bentuknya selam kondisi memungkinkan. Kedua, tujuan asasi yakni perubahan total dan integral yang melibatkan semua unsur kekuatan umat, saling bahu membahu, bersatu padu untuk menghadapi dan mengadakan perubahan secara total yakni menerapkan nilai-nilai Islam dalam seluruh aspek kehidupan (hal 32).

Oleh: M Ivan Aulia Rokhman, Mahasiswa Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia Universitas Dr Soetomo Surabaya. Lahir di Jember, 21 April 1996. Karyanya dimuat di koran lokal dan Nasional. Beberapa puisinya juga dimuat dalam antologi Bukan Kita (2017), Esensi (2018), Februari (2018). Bergiat di FLP Surabaya, dan UKKI Unitomo. Seorang Penulis ditengah Berkebutuhan Khusus.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru