Harakatuna.com. Bengkulu – Sekretaris Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Bengkulu, Wibowo Susilo, menegaskan bahwa peran orang tua dan guru sangat penting sebagai garda terdepan dalam mencegah benih radikalisme sejak dini.
Menurutnya, pola asuh yang diterapkan di rumah serta lingkungan pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak. “Anak-anak yang dididik dengan kasar akan memunculkan sikap radikal, sedangkan anak-anak yang diberikan pembelajaran humanis tidak mungkin bersikap radikal,” ujarnya, Jumat (31/1/25).
Wibowo juga menyoroti kurangnya kasih sayang sebagai faktor lain yang dapat mendorong anak ke arah radikalisme. “Ketika di rumah anak tidak mendapatkan kasih sayang, lalu masuk ke sekolah dan juga tidak menemukannya, maka ini dapat memunculkan bibit radikalisme,” tambahnya.
Lebih lanjut, ia menekankan tugas seorang guru tidak hanya sekadar mengajar, tetapi juga membentuk mental dan karakter siswa agar memiliki sikap yang toleran dan berpikiran terbuka. Namun, ia mengakui saat ini banyak guru yang merasa terbatas dalam mendidik karena khawatir dianggap melanggar hak asasi manusia.
Oleh karena itu, Wibowo berharap adanya kebijakan dari pemerintah yang dapat memberikan perlindungan hukum bagi guru. Dengan demikian, para pendidik dapat menjalankan tugasnya secara maksimal tanpa rasa takut akan konsekuensi hukum yang berlebihan.
“Guru harus diberikan perlindungan hukum agar mereka bisa mendidik dengan maksimal tanpa dibayangi ketakutan melanggar hak asasi manusia,” pungkasnya.