Harakatuna.com. Surabaya-Inisiator Hari Santri Nasional (HSN) KH.Thoriq Bin Ziyad menilai, wacana People Power itu bisa baik dan juga bisa tidak.
“Tapi kalau mengenai kekecewaan terhadap hasil pemilu dan pilpres yang sudah ada mekanisme baku dan konstitusionalnya, maka people power seperti seruan para politisi itu malah mengarah kepada makar dan inkonstitusional,” tegas Gus Thoriq sapaan akrabnya, Senin (13/5/2019) dini hari.
Pada beritajatim.com, Gus Thoriq yang juga Pengasuh Ponpes Salaf Babussalam Banjarejo, Kabupaten Malang memaparkan, pihaknya sebagai rakyat butuh kedamaian pasca Indonesia menggelar Pemilu 17 April 2019 lalu.
“Saya sebagai rakyat yang butuh kedamaian Indonesia, maka Pilpres kedepan, jika bisa melalui perwakilan seperti orde baru, dan itu Pancasilais seperti tertuang dalam sila ke 4 Pancasila,” tegasnya.
Gus Thoriq menilai, one man one vote atau satu orang satu suara untuk Pilpres kemarin, ternyata kita belum siap. “Untuk demokrasi macam itu, kita harus kembali ke demokrasi pancasila. Karena one man one vote kita belum siap nampaknya,” beber Gus Thoriq.
Ia menambahkan, perlu kejujuran dan keterbukaan pada sistem pemilu kita untuk menuju ke negara yang toyyibah-mardliyah. “Mustahil demokrasi dibangun dari pondasi hipokrasi dan penuh konspirasi,” tandasnya.